- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1104
Dengan cepat, mobil tiba di tujuan.
Ketika Tracy turun dari mobil, ia mau tak mau tercengang...
Ternyata jalan Bahagia nomor satu!
Tempat yang pernah ia tinggali bersama dengan Bibi Juni dan anak–anak.
Sebenarnya tempat ini menyimpan banyak kenangan indah. Ia sudah kembali ke Kota Bunaken begitu
lama, seharusnya sejak awal ia mengunjungi rumah ini...
Tetapi ia tak berani.
Ketika ia kehilangan ingatan, hatinya selalu sakit ketika melewati jalan ini.
Sekarang ingatannya telah kembali, ia semakin tidak berani menginjakkan kaki di rumah ini.
Ia takut melihat foto Bibi Juni, takut tak bisa menahan kesedihan ketika mengingat kenangan itu...
Jadi, ia selalu menghindar.
Hanya saja tak disangka, saat ia akan pergi, Daniel malah membawanya dan anak anak kemari...
“Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Tracy sambil mengernyitkan kening.
“Ini adalah rumah kita.” Daniel berbicara dengan suara rendah, “Kamu tidak ingin masuk melihat–
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtlihat?”
“Tapi...”
“Wah, ternyata Papi membawa kita pulang.”
Suara antusias Carles menyela ucapan Tracy. Ia menunjuk jendela dan berkata dengan gembira,
“Mainanku waktu kecil dan pakaianku masih ada. Sudah lama aku ingin pulang.”
“Benar, penemuan pertamaku juga di sini.” Carlos agak emosional, “Sekarang tidak tahu bagaimana
kondisinya.”
“Juga ada boneka Emily, Olivia, Daisy di sini.” Carla mendongakkan kepala kecilnya mengamati rumah
itu.
“Aku masih ingat ulang tahun tahun lalu, Papi membawa kita kemari. Papi bilang jika Mami pulang,
siapa tahu akan kemari mencari kita, jadi kita harus sesekali pulang melihat–lihat.”
Ketika mendengar ucapan ini, hati Tracy bergetar, ia memandang Daniel secara spontan.
Kebetulan sekali, Daniel juga sedang memandang kemari. Kedua orang saling bertatapan, ada
perasaan rumit yang sedang bergejolak.
Tracy lekas mengalihkan pandangan dan berpura–pura dingin.
“Sekarang Mami sudah kembali.” Daniel membungkukkan pinggang merangkul Carla, “Artinya
harapanmu waktu itu terwujud!”
“Benar!” Carla menatap Tracy dengan tersenyum manis, “Harapanku selama dua tahun berturut–turut,
berharap Mami bisa kembali. Sekarang mimpi telah menjadi nyata!”
“Carla, anak baik!” Tracy membelai wajahnya dengan lembut.
“Sayangnya Mami sudah harus pergi.” Carles tak bisa menahan diri untuk sedih ketika teringat ini.
“Carles, kedepannya Mami masih bisa kembali menemuimu.” Tracy menepuk punggung Carles
dengan ringan.
“Sudahlah, ayo kita ke atas.”
Daniel menggandeng Carlos dan Carles berjalan di depan.
Tracy menggendong Carla mengikuti dari belakang. Roxy hinggap di pundak Carla, sedangkan burung
elang Roxy terbang di atas ambang jendela menunggu mereka dari tadi.
Lima orang satu burung masuk ke dalam apartemen.
Paman satpam menyapa mereka dengan ramah. Mereka ingat tiga anak kembar dan satu burung beo
itu. Walaupun setiap tahun hanya pulang sekali, tetapi kesan yang ditinggalkan mereka kuat.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSekeluarga berjalan masuk ke dalam, menarik perhatian banyak orang.
Tetangga–tetangga apartemen itu melihat mereka. Ada juga bibi-bibi tua yang mengenali mereka
setelah dua tahun, “Bukankah mereka putri Bibi Juni dan cucunya?” katanya dengan semangat.
“Benar, mereka. Aku langsung bisa mengenali burung beo kecil itu.”
“Anak–anak sudah besar, perawakan mereka agak berubah. Tapi mereka masih menggemaskan
seperti dulu.”
“Putrinya agak berubah, agak kurus dan dandanannya berubah.”
“Wajar dong. Dengar–dengar ia menikah dengan orang kaya. Temperamennya pasti juga berubah.”
“Apa yang tinggi itu adalah menantunya? Tampan sekali.”
“Benar, dia. Dua tahun lalu ia membawa anak–anak pulang, tapi istrinya tidak pulang. Kali ini benar–
benar lengkap.”
Mendengar obrolan ini, hati Tracy menjadi emosional. Dulu ketika mereka tinggal di sini, Tracy selalu
pergi pagi–pagi sekali dan pulang malam. Ia jarang sekali berbicara dengan tetangga.
Tetapi setiap kali Bibi Juni pergi antar jemput anak, pergi beli sayur. Ia selalu menyapa para tetangga
jadi mereka pun dapat mengenali dirinya.