- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1114
Daniel menundukkan kepala merokok, tidak bicara sepatah kata pun.
“Hanya berpisah dua bulan.” Ryan menghiburnya, “Setelah dua bulan dan segalanya stabil. Anda bisa
ke sana menjemput tiga anak, mungkin nanti Nona Tracy juga bersedia pulang dengan Anda.”
Ucapan ini seperti mengingatkan Daniel. Ia tiba-tiba mendongak. Matanya yang sedikit menyipit
bersinar dengan tekad, “Benar, masih ada harapan!”
Sekalipun lelah hingga ambruk, sekalipun harus menyerahkan segalanya, ia tetap harus menjemput
kembali wanita dan anaknya.
Mobil perlahan menuju ke arah bandara.
Setelah bujukan sepanjang perjalanan, Tracy tetap tak berhasil menenangkan Carla, “Carla, setelah
kamu sembuh, Papi akan datang menjemputmu. Jangan menangis, ya. Anak baik!”
Ia berulang kali mengatakan kalimat ini. Selain kalimat ini, ia tidak tahu harus berkata apa....
Kemudian ucapan Carlos membuat Carla berhenti menangis, “Carla, jika kamu menangis lagi, sakitmu
akan semakin parah. Waktu kamu kembali akan diperpanjang.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtTernyata kalimat ini memang berhasil. Carla terkejut ketika mendengarnya. Ia terisak beberapa kali dan
mulai berhenti menangis, kemudian ia menyeka air matanya, “Carla tidak menangis, ingin cepat
sembuh dan cepat pulang!”
“Carla, anak baik!” Tracy menyeka air matanya dengan sedih.
Carles duduk di sudut sambil meneteskan air mata. Ia tak berani menangis dan tak berani berulah. Ia
takut akan mempengaruhi Carla dan juga takut Mami sedih.
Tetapi sebenarnya ia sangat tidak rela Maminya pergi...
Tiba di bandara, perpisahan tetap harus dilakukan.
Carles menerjang ke dalam pelukan Tracy, akhirnya ia menangis, “Mami, aku tak ingin Mami pergi.”
Tracy memeluknya dengan erat dan menepuk punggungnya, “Tidak apa, Carles. Kita akan segera
bertemu. Kamu adalah laki–laki, harus kuat.” Tracy menenangkan.
Carles juga ingin kuat, tetapi ia tak sanggup.
Tangisannya membuat Carlos dan Carla ikut menangis.
Ketiga anak menangis bersama.
Orang–orang di sekeliling melihat ke arah mereka dengan tatapan sedih.
Tracy menenangkan mereka sejenak, hingga Naomi mengingatkan ketiga kali. Ia baru melepaskan
Carles dengan tidak rela. Ia memegang wajah Carles dan menyeka air matanya, lalu berkata dengan
suara serak.
“Carles, harus patuh dengan Papi, jaga diri sendiri. Ada apa–apa telepon Mami kapan pun, ya?”
“Iya, iya.” Carles menganggukkan kepala sambil menangis.
“Sudah sana, pulang dengan Paman Thomas, Mami sudah harus masuk.” Tracy menepuk kepala
kecilnya.
“Carles.” Carlos mendekat memeluk Carles, “Masih ingat ucapanku? Harus menjaga Papi, ada apa–
apa beritahu aku.”
“Ingat.” Carles menundukkan kepala menangis, “Kakak juga harus menjaga Mami dan Carla.”
“Tenang saja.” Carlos menyeka air mata Carles, tetapi air matanya sendiri tak berhenti mengalir keluar,
“Pergilah, sudah waktunya kami masuk.”
“Kak Carles...” Carla berlari memeluk Carles, “Bantu aku jaga Roxy.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Iya.” Carles menganggukkan kepala, “Carla, kamu harus sembuh, jangan menangis.”
“Iya...” Carla menganggukkan kepala sambil menangis.
Tracy memberi kode mata, Naomi dan Paula membujuk kedua anak masuk, Thomas juga
menggendong Carles bersiap pergi.
“Thomas.” Tracy memanggil Thomas dan menyerahkan selembar dokumen kepadanya, “Tolong bantu
aku, berikan ini pada Danny. Dan juga tolong jaga Windy.”
“Tenang saja, Tuan Daniel sudah menyuruhku menjaganya.” Thomas menerima dokumen itu.
“Terima kasih.” Tracy berterima kasih dan berbalik badan pergi.
Mata Thomas mengantarkan Tracy dan yang lainnya pergi, lalu ia pulang sambil memeluk Carles.
Carles menyeka air mata dan bertanya kepada Thomas dengan sedih, “Paman Thomas, apa
kedepannya aku sudah tak punya Mami?”
“Bukan begitu, anak bodoh. Papimu juga sedang memikirkan cara. Setelah dua bulan, ia akan ke
Negara Emron menjemput Mamimu, Carlos dan Carla pulang”
“Benarkah?” Carles bersemangat ketika mendengarnya.
“Tentu saja.” Thomas sangat percaya diri, “Tidak ada yang tak bisa dilakukan Papimu, ia pasti
menepati janjinya!”