- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1121
Mobil perlahan–lahan menuju kediaman yang indah. Di dalam kediaman itu ada dua kastil.
Yang satu dingin, yang satu tampak indah dan romantis.
Carla menatap kastil yang indah dan romantis dari jauh, “Kastil itu indah sekali, seperti kastil di dalam
dongeng putri.” ucapnya dengan antusias.
“Itu adalah rumah Mami, juga rumah kalian.” Tracy menatap anak–anak sambil tersenyum.
“Wah, bagus sekali.” Carla berseru kegirangan, “Aku suka kastil ini, senang sekali!”
“Kastil satu lagi milik Paman, ‘kan?”
Carlos tampak gelisah ketika melihat kastil yang tampak dingin itu.
Walaupun Pamannya memperlakukannya dengan istimewa, tetapi temperamennya itu masih sangat
menakutkan.
“Benar.” Tracy menganggukkan kepala, “Kita pergi bertemu Paman dulu. Malam ini makan di rumah
Paman, malaman baru pulang.”
“Huhu, aku takut.”
Carla menyelinap ke dalam pelukan Tracy. Wajah kecilnya lengket di dada Maminya, ia tak berani
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmendongakkan kepala.
“Jangan takut, Paman tidak akan menyakitimu.” Tracy menepuk punggung Carla dengan lembut.
“Ada Mami di sini, Carla jangan takut. Kita langsung pulang setelah makan.” Carlos juga menenangkan
Carla.
“Baiklah.” Carla mengerucutkan bibir, agak tak senang.
“Nona Tracy.” Naomi maju melapor, “Minta Paula antarkan Tabib Hansen dan yang lainnya pulang
dulu?”
“Iya.” Tracy menganggukkan kepala, “Tabib Hansen tidak suka makan–makan, biarkan ia istirahat. Kamu
minta Paula menjaga mereka, jangan sampai ada kesalahan.”
“Paham.” Naomi menganggukkan kepala, lalu menelepon Paula.
Paula membawa beberapa mobil kembali ke kastil Tracy dulu, sedangkan di sisi lain, mobil Tracy dan
mobil Louis menuju kastil Lorenzo.
“Di sini besar sekali.” Carla tetap dalam pelukan Tracy, memandang pemandangan salju di luar dengan
rasa penasaran, “Apa Paman lebih hebat dari Papi?”
“Mereka mirip.” Tracy berkata sambil tersenyum. “Hanya saja latar belakangnya berbeda.”
la tidak banyak menjelaskan kepada anak–anak, tetapi Carlos paham apa yang dimaksud dengan latar
belakang..
“Oh, oh, berarti Papi juga hebat.” Carla menganggukkan kepala dengan bangga.
Tracy membelai rambutnya dan berkata dengan rasa syukur, “Mami sungguh cemas, sakitmu akan
kambuh dalam perjalanan panjang. Sekarang Mami sangat lega setelah melihatmu semangat.”
“Tubuhku sangat sehat kok...”
Saat Carla sedang bicara, tiba–tiba bertemu dengan tatapan bermakna dari Carlos. Ia lekas memegang
bagian jantungnya dan tampak kesakitan.
“Sebenarnya masih merasakan sedikit sesak di dada, agak sulit bernapas dan sedikit pusing. Tapi tidak
apa, bertemu dengan Paman lebih penting.”
“Carla, kamu sakit? Coba Mami lihat.”
Tracy panik dalam seketika, ia lekas memegang kening Carla, memeriksa suhu tubuhnya.
“Suhu tubuhmu normal, tidak tahu apakah ada masalah lain. Tahu begitu kamu dan Kakek Hansen
pulang dulu.”
“Tidak apa, Mami. Sekarang aku sangat semangat, malaman pulang juga tak apa.” Carla lekas berkata,
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Kita pergi menyapa Paman dulu.”
“Jika ada yang tak enak, harus beritahu Mami. Mami akan meminta Kak Naomi mengantarmu pulang
dulu.” pesan Tracy.
“Iya.”
Tetap dalam pelukan Tracy, Carla bertukaran pandangan dengan Carlos.
Carlos dengan cepat mengalihkan pandangan, menoleh kepala melihat pemandangan malam di luar.
Tracy memandang Carlos dengan dalam. Ia tak bicara apa–apa, hanya merapikan
kerah bajunya.
Dengan cepat, sekelompok orang itu tiba di kastil Lorenzo.
Belasan pengawal berbaris rapi menjadi dua barisan. Mereka menyambut kedatangan Tracy dan Tuan
Besar Louis.
Tracy membawa anak–anak turun dari mobili, Lorenzo berjalan keluar menyambut Tuan Besar Louis
dulu, kemudian ia menoleh memandang Tracy, “Sudah pulang!”
“Kakak!” Tracy menyapa dengan tersenyum, lalu berkata kepada anak–anak, “Carlos, Carla, panggil
Paman!”
“Halo, Paman.” Dua anak menyapa dengan patuh.