- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1123
“Carlos menguasai lima bahasa.” Tracy menjelaskan sambil tersenyum. “Bahasa Emron dan bahasa
Prancisnya lebih baik dariku.”
“Ugh...” Tuan Besar Louis tertegun.
“Tidak apa, IQ dan EQ anak itu sudah sama seperti orang dewasa.” Lorenzo menjelaskan dengan
tenang, “Wajar jika ia memahaminya.”
Tuan Besar Louis mengusap–usap hidungnya, ia agak merasa canggung.
“Kamu sungguh hebat.” Lorenzo memandang Carlos dan mengapresiasinya, “Ini memang buatan koki
Bunaken.”
“Iya, buatannya tak buruk.” Carlos menganggukkan kepala memuji.
“Jika kamu suka, kedepannya boleh sering kemari makan.”
Lorenzo sangat menyukai Carlos. Ketika bicara dengannya, nada bicaranya menjadi lebih lembut.
“Baiklah, terima kasih, Paman.” Carlos tersenyum kepadanya dan lanjut makan.
“Kak Carlos, kalian sedang membicarakan apa?”
Carla tidak paham satu kata pun, ia memandang Carlos dengan rasa penasaran.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Sedang membahas makan malam...”
Carlos menjelaskan dengan sederhana kepada Carla, kedua kakak adik berbicara menggunakan
bahasa Mereka.
Lorenzo minum habis anggur dalam gelasnya, kemudian matanya menatap tracy, “Malam nanti aku
masih ada urusan. Kamu bersedia menikah atau tidak, katakan langsung padanya.”
Tracy menghentikan gerakan tangannya yang sedang memotong stik daging sapi. Keningnya berkerut,
walaupun ia agak kesulitan, tetapi ia tak berani langsung menolak di hadapan banyak orang.
Itu bukan saja melukai harga diri Tuan Besar Louis, juga melukai harga diri Lorenzo.
Bagaimanapun, Lorenzo yang mengundangnya datang.
Walaupun ia selalu bilang tidak memaksa keinginan Tracy, tetapi ia juga telah menunjukkan sikap
mendukung, maksudnya sudah sangat jelas sekali....
“Tidak buru–buru.” Duke lekas membantu Tracy ketika melihat ia dalam kesulitan, “Jika Tuan Lorenzo
ada urusan, besok saja baru kita bicarakan. Toh, aku dan ayah akan tinggal beberapa hari di sini, tidak
akan pergi begitu cepat...”
Tuan Besar Louis inemberi kode mata kepada Duke agar ia tak bicara lagi, sayangnya Duke berpura–
pura tak melihat kode itu.
Tuan Besar Louis kesal sekali. Jelas–jelas Lorenzo sedang menekan Tracy, memaksanya membuat
keputusan. Begitu anak ini bicara, masalahnya akan berubah
lagi.
“Atau sekarang kita diskusi di ruang kerja.” Tracy meletakkan alat makan, “Menurutku masalah besar ini
harus didiskusikan dengan baik.”
“Tentu saja.” Tuan Besar Louis menganggukkan kepala setuju, lalu bertanya pendapat Lorenzo, “L,
bagaimana menurutmu?”
“Baiklah.” Lorenzo meletakkan gelas alkohol dan memberi gestur tangan. Pengawalnya, Jasper maju
mengantar semua orang menuju ruang kerja.
“Carlos, Carla, kalian lanjut makan. Sebentar lagi Mami akan kembali.” Tracy membelai kepala Carlos
dan Carla, “Anak baik!”
“Baik, Mami.” Carla menganggukkan kepala dengan patuh.
“Pergilah, Mami.”
Carlos juga tak bicara banyak, ia lanjut makan.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmHanya saja setelah Tracy pergi, tatapan Carlos menjadi ruwet.
“Kak Carlos, sekarang waktunya?” Carla mendekat bertanya.
“Sst–” Carlos mengernyitkan kening menghentikannya dan berbicara dengan suara rendah, “Carla
bodoh, kamu jangan tanya–tanya, dan juga sikapmu itu terlalu kelihatan. Kita sekarang sedang bermain
permainan akting, kamu harus alami sedikit, paham?”
“Iya, iya.” Carla menganggukkan kepala dan bicara secara spontan, “Kalau begitu, apa yang harus aku
lakukan?”
Setelah bicara, ia lekas menggunakan tangan kecilnya menutup mulut. Wajah cantiknya memerah dalam
sekejap.
Carlos melihat sekeliling, kebetulan tidak ada yang memperhatikan. Ia memberikan pil gula putih kepada
Carla.
Carla lekas menelan pil gula putih itu dan mengunyah beberapa kali, “Manis sekali
dan enak,” ucapnya dengan terkikik.
“Mulai hari ini, jangan asal bicara.” Carlos menyerahkan boneka Carla kepadanya.
Carla duduk di atas kursi sambil memainkan boneka, ia tampak baik–baik saja.
Carlos lanjut memotong daging stik, tetapi ia sudah tak berselera makan.
Hatinya sangat cemas ketika memikirkan Mami mungkin akan menikah dengan orang lain, kedepannya
mereka berlima akan terurai–berai.