- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1152
“Hah, kenapa?”
Carles bertanya dengan heran.
“Papi tahu, kamu setiap hari video call dengan Carlos dan Carla....”
Daniel bertanya dengan menerka–nerka, “Kalian akan saling menceritakan kondisi kehidupan kalian
masing–masing, sepertinya kamu juga sudah memberitahu mereka, kondisi tubuh Papi belakangan ini
tidak begitu bagus, ‘kan?”
“Aku, aku…..”
Carles merasa sedikit bersalah.
“Agar mereka tidak khawatir, bantu Papi rahasiakan hal ini dari mereka sementara waktu, oke?”
Daniel mengelus kepala kecilnya dengan lembut, “Dengan begini, Papi baru bisa menjalani pengobatan
dengan tenang, nanti saat Papi sudah sembuh, kita pergi ke Negara Emron menjemput mereka.”
“Oke.”
Carles berhasil diyakinkan, ia mengangguk dengan sungguh–sungguh, “Papi tenang saja, aku pasti
tidak akan memberitahu mereka, tapi Papi harus berjanji padaku, harus menjalani pengobatan dengan
baik...“|
Saat berbicara sampai setengah, suaranya tercekat lagi, “Aku akan menunggu Papi!”
“Mengerti.”
Daniel memeluknya, “Anak pintar, kita sama–sama berusaha, sampai ketemu dua bulan lagi!”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Ya, ya!”
Sore itu, Sanjaya membawa Carles pergi, setiap berjalan selangkah, ia selalu membalikkan kepalanya,
melihat Papinya dengan perasaan enggan, ia tidak berhenti melambaikan tangannya.
Daniel melihat kepergiannya sambil tersenyum, menunggu hingga iring–iringan mobil itu menghilang dari
pandangannya, lalu ia mencengkeram jantungnya, dan terjatuh.
“Tuan Daniel!”
Ryan dan Thomas bergegas ke sana untuk memapahnya, “Cepat mulai pengobatannya, tidak bisa
ditunda lagi.”
“Aku akan segera mengaturnya….” Lily segera pergi mengaturnya.
Daniel malah berkata: “Tunggu sebentar, masih ada satu hal yang ingin kulakukan.” “Tuan Daniel, Anda
bisa menyuruhku untuk melakukannya.” Kata Thomas dengan
cemas.
“Papah aku kembali ke kamar.”
Ryan dan Thomas hanya bisa membantunya kembali ke kamar, ia bersandar di sofa, memerintah
dengan suara rendah, “Ambilkan ponselku.”
Ryan mengambil ponselnya, dengan tangan gemetar, menekan nomor telepon Tracy.
Sebelumnya Tracy pernah memblokir nomor teleponnya, tetapi kemudian keduanya bekerja sama untuk
menyelamatkan anak–anak, jadi dia membatalkan blokirnya.
Telepon sedang menyambung, namun pihak yang dituju tidak menjawab untuk waktu yang lama.
Daniel mendengarkan nada tunggu “Tut, tut” di ujung telepon, hatinya mulai khawatir…
Apa dia tidak ingin mengangkat teleponnya?
Atau, apa
dia sekarang sedang tidak bisa mengangkat teleponnya?
Memikirkan gambaran “Tidak ingin mengangkatnya“, hati Daniel rasanya seperti tertusuk–tusuk…..
Mungkinkah, dia sekarang sedang bersama Duke?
Tiba–tiba, nada tunggu “Tut, tut” di telepon sudah berhenti, teleponnya sudah tersambung, tetapi orang
di ujung telepon itu tidak berbicara.
Daniel mencoba berbicara “Halo“, lalu suara yang akrab dan terdengar dingin itu menjawab: “Ada
keperluan apa?”
Itu adalah suara Tracy.
Walaupun tidak ramah dan sedingin es, tetapi bisa mendengar suaranya, hati Daniel sudah sangat
senang.
Ia buru–buru duduk tegak, lalu tanpa sadar merapikan baju dan rambutnya, padahal
ini hanya telepon, namun ia merasa bahwa Tracy seperti bisa melihatnya.
“Jika tidak berbicara, aku tutup saja.”
Tracy berkata dengan dingin, bersiap untuk menutup teleponnya.
“Tunggu sebentar.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Daniel buru–buru menahannya, tetapi selanjutnya, ia tidak tahu harus mengatakan
apa.
“Ada keperluan apa?” Tracy bertanya sekali lagi.
“Carlos dan Carla, bagaimana kabar mereka?”
Daniel akhirnya membuka suara, tetapi ia malah mengatakan hal yang tidak relevan.
“Kamu punya nomor telepon mereka, bisa kapan saja menelepon mereka.” Jawab Tracy.
“Ya, benar.”
Daniel juga merasa ia menanyakan hal yang tidak berguna, “Kalau begitu, bagaimana kabarmu?”
“Aku baik–baik saja.”
Sikap Tracy dingin dan arogan, “Ada keperluan apa lagi?”
“Berita, aku sudah melihatnya….”
Daniel akhirnya memberanikan diri mengatakan hal ini, “Kamu, benarkah kamu mau menikah dengan
Duke?”
“Apa hal semacam bisa dijadikan lelucon?” Tracy merasa konyol dan balik bertanya.
“Kamu mencintainya?” Daniel berkata tanpa berpikir, lalu merasa dirinya menanyakan hal lain yang tidak
berguna lagi.
“Cinta atau tidak cinta itu bukan masalah, perasaan bisa dipupuk perlahan–lahan.”
Tracy berkata, “Kamu meneleponku hanya untuk menanyakan hal ini? Tidak merasa ini hal yang tidak
berguna?”