- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1157
“Aku bisa main piano.”
Wini menyedot ingusnya, dengan ekspresi wajah yang serius berkata, “Aku pintar main piano, Bibi.”
“Oh...
“Dia ingin kamu berhenti menganggunya sekarang.”
Gadis kecil di atas meja kerja itu berkata tanpa mengalihkan pandangannya, “Namaku Biti, halo Bibi!”
“Halo!”
Tracy tidak bisa menahan tawanya, nama ketiga anak ini sungguh mudah diingat.
Mereka benar–benar sangat imut, sedikit mirip Carla saat masih kecil, tetapi rambut mereka ikal secara
alami, rambutnya juga sangat tebal, tampang mereka sedikit mirip blasteran, jadi mereka lebih kelihatan
seperti boneka barbie.
“Ini semua adalah nama panggilan, nama formalnya belum diberikan.”
Jasper menambahkan.
“Dimana ibu mereka?”
Tracy bertanya dengan suara rendah.
“Sulit dijelaskan.....”
Jasper sepertinya tidak bisa berkata–kata, “Jangan bahas ini dulu, pesawat pribadi sudah disiapkan,
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtTuan memintaku mengantar kalian ke bandara tepat jam l nanti, lalu ketiga anak ini, mohon
bantuannya.”
“Apa yang terjadi?” Tracy bingung, “Sekarang sudah jam dua belas, jam satu sudah harus berangkat?”
“Benar.”
Jasper mengangukkan kepala, “Nona cepat minta seseorang untuk berkemas, saat Tuan pulang nanti,
Tuan akan mengatakan beberapa patah kata pada Nona, lalu kita akan berangkat.”
“Kapan kakak pulang?”
Tracy mengerutkan kening dan bertanya.
“Seharusnya sudah mau tiba.”
Jasper melihat jam tangannya, “Paling lama sepuluh menit lagi.”
Tracy hanya bisa membiarkan Naomni kembali dan meminta seseorang untuk mengemasi barang
bawaannya, mempersiapkan dokumen, dan meminta mereka mengabari Carlos dan Carla, jam satu
berangkat ke bandara.
Naomi segera kembali dan mempersiapkannya.
Kebetulan ada waktu luang selama menunggu, Tracy duduk di atas sofa, mengobrol dengan ketiga anak
itu.
Tini lebih manja, masuk ke dalam pelukan Tracy, mengobrol dengannya tanpa henti.
Wini masih memainkan pianonya, sementara Biti lanjut menulis dan menggambar di atas meja kerja.
“Tracy.”
Pada saat ini, Lorenzo bergegas kembali dengan tergesa–gesa dan mendorong pintu ruang kerja,
melihat ketiga anak itu, ekspresinya yang selalu tenang itu menjadi rumit, keningnya berkerut.
“Papi!!!”
Tiga gadis kecil imut itu melihat Lorenzo, segera berlari ke arahnya.
Tini memegang yogurt yang baru dibuka di tangannya, baru berlari beberapa langkah, lalu terdengar
suara “gedebuk“, ia terjatuh di lantai, yogurtnya tumpah dan mengenai seluruh wajahnya, ia masih
sempat menjulurkan lidah kecilnya untuk menjilat yogurt itu.
U
Wini yang sedang memainkan piano, melangkah dengan kaki yang pendek, berlari dan melemparkan
dirinya ke dalam pelukan Lorenzo, lembaran not piano di tangannya mengenai wajah tampannya...
Lalu, Biti yang di depan meja kerja, berlari dengan bolpen dan dokumen yang dipenuhi dengan coretan
menyerupai bola besi, hendak berlari memeluk ayahnya dengan tangan kecil yang berlumuran tinta
bolpen.....
Lorenzo mengambil dokumen itu dari tangannya, lalu mengerutkan kening dan bertanya: “Siapa yang
menyuruhmu coret–coret di atas dokumen ini?”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmProyek yang bernilai puluhan milliar itu, dirusak begitu saja oleh si kecil.,
“Papi memarahi aku.”
Mulut Biti mengempis, lalu terdengar suara tangisan “Hwaaa“.
Suara tangisan itu sangat menular, seketika Tini dan Wini juga ikut menangis, tangisannya nyaring dan
kuat, bergema di seluruh sudut ruang kerja.
Lorenzo mengangkat tangan dan menutupi dahinya, merasakan kepalanya sakit sekali.....
“Para Tuan Putri kecil, jangan nangis, jangan menangis lagi.”
Jasper tiba–tiba panik, tidak tahu harus berbuat apa.
“Sayang–sayangku, jangan nangis, jangan nangis, Bibi ada disini.”
Tracy buru–buru melangkah maju menghibur keriga anak kecil itu, pertama ia menggendong Tini yang
terjatuh di lantai, membersihkan wajah yang dipenuhi yogurt dengan handuk basah, lalu mengambil
lembaran not piano di tangan Wini, kemudian mengambil bolpen yang ada di tangan Biti dan
membersihkan tinta di tangannya.....
Kemudian ia memeluk ketiga anak kecil itu dalam pelukannya, membujuk sambil tersenyum: “Sayang–
sayangku, rumah Bibi dalah sebuah kastil besar yang sangat indah, lalu ada kakak laki laki dan
perempuan yang akan menemani kalian bermain, kalian mau bertamu ke rumah Bibi?”
“Mau!!!”
Ketiga anak kecil itu segera mengacungkan tangan kecil mereka, dan menjawab dengan serempak