- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1172
“Aku senang jika Nyonya Besar menyukainya.”
Tracy menghembuskan napas lega. Sebelum datang ke sini, Lorenzo telah menyiapkan semua
untuknya, termasuk hadiah untuk para senior dalam keluarga
Louis.
Ia tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
Hingga hari ini, ia juga baru mengetahui hadiah yang disiapkan Kakak untuknya ternyata begitu
berharga.
Mutiara Malam seukuran telur burung merpati yang bercahaya ini sangat sulit ditemukan di pasaran.
Semuanya dilakukan Kakak untuknya agar ia tidak dianggap remeh oleh orang lain. Kemanapun ia
pergi, ia akan selalu menjadi orang yang terpandang, dengan status kedudukan yang tinggi.
“Aku sangat menyukainya. Terima kasih, Tracy.”
Maggie begitu menyukai Mutiara Malam itu, hingga enggan untuk melepaskannya. Ia pun segera
memeluk Tracy dengan penuh semangat.
“Sama–sama!” jawab Tracy sambil tersenyum.
“Aku benar–benar iri dengan Ibu. Tracy belum pernah memberikan hadiah apapun untukku,” Duke
berpura–pura memasang ekspresi sedih.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Dasar anak nakal. Bisa–bisanya cemburu pada Ibu sendiri.” Maggie tersenyum berseri–seri, sambil
menggandeng tangan Tracy mengajaknya ke ruang tamu, “Ayo, Tracy, kita duduk mengobrol sebentar.”
“Baik.”
“Aku juga membawa hadiah untuk anak–anak, aku berencana untuk memberikannya sendiri pada
mereka besok.” kata Maggie sambil tersenyum. “Oh ya, kalian berdua juga.”
Setelah mengatakan semuanya itu, Maggie melemparkan pandangan penuh arti. Tamara bergegas
memberikan dua buah hadiah kepada Naomi dan Paula.
“Kita juga dapat hadiah?” tanya Paula terkejut.
“Sejak awal aku sudah dengar kalau kalian berdua adalah tangan kanan Tracy yang
handal, bahkan juga sudah dianggap sebagai saudara Tracy yang baik. Aku sangat menyambut kalian
bersama dengan Tracy bergabung dalam keluarga kami!”
Maggie mengatakannya sambil tersenyum.
Paula dan Naomi sama–sama melihat ke arah Tracy.
Setelah Tracy menganggukkan kepalanya, mereka baru menerima hadiah itu, lalu dengan sopan
mengucapkan, “Terima kasih, Nyonya Besar Louis.”
“Tidak perlu sungkan. Kita semua satu keluarga. Cepat terima hadiahnya.”
Maggie terus tersenyum.
“Coba buka. Apa kalian suka?” Duke selama ini juga tidak pernah bertingkah seperti atasan mereka. Ia
selalu memperlakukan mereka dengan sangat baik.
“Kami sangat menyukainya. Terima kasih.” Naomi dan Paula menjawab dengan sopan.
Maggie menarik Tracy untuk mengobrol bersama. Ia langsung memperlakukan Tracy dengan begitu
akrab, bahkan banyak berbincang–bincang tentang obrolan keluarga. Tracy pun menanggapinya dengan
sopan.
Duke menemani di samping mereka tanpa menyanggah sedikitpun, hanya membantu menuangkan teh
untuk mereka.
Setelah mengobrol hingga lebih dari setengah jam, Maggie pun akhirnya merasa lelah. Ia menguap
sambil menutup mulutnya, lalu memegang tangan Tracy dan berkata, “Tracy, sekarang sudah malam.
Sebaiknya pembicaraan kita sampai di sini dulu, besok baru kita lanjutkan.”
“Baik.” Tracy segera bangkit berdiri, “Aku akan mengantarmu naik ke atas.”
“Tidak perlu. Biar Tamara saja yang menemaniku.” Maggie berkata sambil tersenyum, “Kamu dan Duke
sebaiknya istirahat lebih awal. Aku masih menantikan bisa secepat mungkin menimang cucu.”
Tracy sejenak terpana mendengar perkataannya itu. Ia merasa begitu canggung.
Wajah Duke dalam sekejap memerah hingga ke daun telinganya…
“Hahaha. Dasar anak nakal. Kamu masih bisa malu, ya.” Maggie menepuk–nepuk pundak Duke, “Kamu
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsudah menjadi orang dewasa, kenapa masih malu?”
“Bu, sudah jangan dibahas lagi.” Duke bergegas memotong perkataan ibunya, dan mengalihkan
pembicaraan, “Aku akan menuntunmu naik ke atas.”
“Kamu ini…” Maggie tiba–tiba menyadari sesuatu, “Jangan–jangan kalian sama sekali belum….”
“Ibu!” Duke menjadi panik.
“Baiklah.” Maggie tertawa, “Aku yang terlalu terburu–buru. Aku mengira kalian berdua sudah…. Lagi
pula kalian juga sudah mau menikah.”
Tracy hanya tersenyum tipis, tidak mengucapkan sepatah katapun.
“Tidak apa–apa, tidak apa–apa, hal semacam ini tidak boleh terburu–buru.” Maggie menepuk–nepuk
tangan Tracy, “Tracy, aku tidak akan menuntutmu untuk segera memberikanku cucu. Pelan–pelan
saja…”
Ia tersenyum dan segera pergi meninggalkan mereka….
“Maaf, Tracy,” Duke dengan canggung meminta maaf.
“Tidak apa–apa. Sana pergi jaga Ibumu.” Tracy mengingatkan dengan lembut.
“Iya.” Duke bergegas mengikuti mereka ke atas.
Rombongan lainnya juga mengikutinya. Tracy menatap punggung mereka, senyum di wajahnya
berangsur–angsur memudar…
“Aku sudah merasa ada yang janggal. Ia sengaja datang malam–malam begini, ternyata untuk
membahas masalah ini.” Paula berkata secara blak–blakan, “Nyonya Besar Louis takut pernikahan ini
hanya omong kosong belaka, jadi dia datang untuk memastikan kalau semua ini nyata!”