- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1175
Nyonya Besar Louis hanya berdiam seorang diri di sana. Merasa sedikit canggung, ia pun berbalik
menatap Carlos, dan hendak berkata….
Namun, Carlos segera berbicara dengan sopan, “Nenek Maggie, aku sudah sarapan. Sekarang aku mau
kembali belajar ke kamar. Selamat makan, Nenek!”
Setelah mengatakannya, Carlos membungkuk memberi hormat, lalu berbalik pergi
meninggalkannya….
Senyuman pada wajah Nyonya Besar Louis berubah kaku. Ia sudah banyak berusaha untuk menjalin
hubungan baik dengan mereka, namun mereka seolah–olah tidak menghargainya.
“Anak–anak ini benar–benar tidak sopan.” seorang pelayan berkata dengan tidak
senang.
“Benar. Bisa sarapan pagi bersama dengan Nyonya Besar Louis adalah sebuah kehormatan.” Seorang
pelayan yang lain berbisik pelan, “Mereka sama sekali tidak mengerti tata krama dalam keluarga
bangsawan. Mereka tidak terlihat seperti anak anak yang berasal dari keluarga kaya raya.”
“Diam!” Maggie membentak pelan, “Mereka itu adalah anak keluarga Tracy. Kalian berani mengata–
ngatai di belakang mereka, apa kalian ingin mencari masalah?”
Kedua pelayan wanita itu langsung menundukkan kepalanya, bahkan tidak berani menghembuskan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtnapasnya.
“Tapi, kedua anak yang lebih besar itu…” Bibir Maggie tertarik membentuk senyuman, “Sepertinya lebih
mudah beradaptasi dengan lingkungan.”
“Mungkin karena mereka lebih besar, mereka jadi lebih mengerti banyak hal.” Pelayan itu berkata
dengan pelan.
“Bagus kalau seperti itu.” Maggie berkata begitu angkuh, “Kalau ingin masuk ke dalam keluarga Louis,
sudah seharusnya mereka mengerti banyak hal. Kita bahkan tidak tahu siapa ayah mereka, semoga ia
tidak pernah muncul di hadapanku…”
Untuk menghindari kerumitan dalam hubungan antara ibu mertua dan menantu perempuan, Tuan Besar
Louis sengaja tidak memberitahukan identitas ayah anak anak Tracy.
“Mana mungkin berani. Nona Tracy masuk ke dalam keluarga seperti kita ini, pria itu pasti akan merasa
begitu malu.” kata pelayan itu sambil tertawa.
“Sssttt! Nona Tracy datang!”
Tamara tiba–tiba berbisik pelan mengingatkan mereka.
Kedua pelayan wanita itu segera menutup mulutnya, tidak berani berbicara lagi.
“Wah, Tracy, kamu sudah bangun?” Maggie membalikkan tubuhnya, wajahnya langsung memasang
seyuman ramah, “Kenapa tidak tidur lebih lama lagi?”
“Cuaca hari ini sangat bagus, aku sudah berjanji ingin menemani anak–anak pergi berkuda.” Tracy
berkata sambil tersenyum, “Apa Nyonya Besar sudah sarapan? Ayo kita sarapan bersama.”
“Boleh.” senyuman Maggie perlahan–lahan berubah kaku.
Beberapa pelayan di sampingnya mengerutkan kening mereka. Tampaknya seperti ada kejanggalan.
Tracy merasa bingung, namun ia mengabaikannya.
Saat itu juga, Duke datang menghampiri mereka. Mereka bertiga pun sarapan bersama dengan begitu
harmonis.
Setelah selesai sarapan, Maggie mengatakan ingin pergi melihat perkebunan. Ketika Duke hendak
mengatakan ingin menemaninya pergi, Tracy tiba–tiba berkata ia sudah berjanji akan menemani anak–
anak pergi berkuda.
Seluruh pelayan di samping mereka langsung mematung.
Namun, Maggie mengatakan tidak masalah, bahkan masih bergurau menanyakan apa ia dapat pergi
bersama mereka, juga mengatakan kalau ia sangat mahir berkuda.
Tracy sebenarnya sedikit keberatan, namun ia hanya dapat menyetujuinya.
Tak lama kemudian, rombongan itu pun pergi ke arena pacuan kuda dengan mengendarai kereta kuda.
Tracy membawa anak–anak duduk dalam sebuah kereta kuda besar. Sepanjang perjalanan, anak–anak
begitu bersemangat dan gembira.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmCarlos memandangi padang rumput yang membentang luas di hadapannya. Ia menghela napas dan
berkata, “Coba kalau Carles juga ada di sini. Dia sangat suka menunggang kuda.”
“Apa kamu tidak suka?” Tracy membelai–belai kepala kecilnya.
“Aku tidak mahir dalam semua kegiatan olahraga.” Carlos berkata dengan tidak berdaya, “Aku hanya
pandai menggunakan otakku.”
“Tetap saja kamu harus mengembangkan dirimu dalam segala hal.” Tracy dengan
lembut berkata, “Seperti…”
Hampir saja ia mengatakan ‘seperti Papimu. Namun, ia segera mengubah perkataannya, “Seperti
pamanmu yang memiliki banyak ilmu pengetahuan, tapi juga ahli dalam ilmu bela diri. Selain pintar, ia
juga berani!”
“Papi juga begitu.” Carlos menambahkan.
Tracy tercengang, tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.
Carlos juga tidak mengatakan apa–apa lagi, lalu memainkan tablet di tangannya. Ia suka menggunakan
barang–barang elektronik, namun bukan bermain permainan, melainkan meneliti perangkat lunak dan
teknologi IT.
“Aku juga kangen dengan Papi dan Carles.” Carla berubah cemberut, dengan sedih berkata, “Entah
kapan kita bisa bertemu mereka lagi.”
“Sebentar lagi. Tinggal tiga puluh sembilan hari lagi.”
Setelah Tracy mengucapkannya, ia baru menyadari, waktu memang berlalu begitu cepat……