- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1272
“Seumur hidupku, aku tidak akan menikah dengan orang lain selain Tracy.” Duke berkata pelan. “Tapi, ia
tidak mencintaiku, sedikitpun tidak mencintaiku....”
“Duke, apa perlu kamu seperti ini?” Fincent mengernyitkan keningnya.
“Aku mengira ketulusanku dapat meluluhkan hatinya. Tapi, sekarang aku baru menyadari, cinta itu
benar–benar tidak dapat dipaksakan. Tidak cinta berarti memang tidak cinta....” Duke akhirnya
mengangkat kepalanya, memohon kepada mereka, “Ayah, Ibu, tolong biarkan dia pergi....”
“Kamu benar–benar tidak masuk akal.” Amarah Fincent meluap–luap, “Bahkan jika kita ingin
membatalkan pernikahan, kita tidak bisa langsung membiarkannya pergi sekarang. Kita harus
memintanya bekerja sama untuk menggelar konferensi pers dan menjelaskan bahwa ia membatalkan
pernikahan ini karena alasannya sendiri. Hanya dengan begitu, kita bisa terhindar dari gunjingan
publik.”
“Kalau kamu tidak ingin membatalkan pernikahan ini, kamu justru tidak boleh membiarkannya pergi.
Kalau tidak, bagaimana kamu mencarinya lagi nanti?”
“Itu benar.” Maggie menambahkan, “Duke, kamu jangan kekanak–kanakan. Kamu harus
engarkan Ayah dan Ibu. Semua yang Ayah dan Ibu lakukan in
Semua yang Ayah dan Ibu lakukan ini untuk kebaikanmu sendiri.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSen
“Cukup...” Duke paling takut mendengar kata–kata ini. Ia dengan marah berkata, “Lepaskan ia sekarang
juga. Biarkan ia pergi.”
“Kamu sedang bicara omong kosong apa? Sungguh kekanak–kanakan.” Maggie melangkah maju untuk
membantunya berdiri. “Sudahlah. Ayo cepat bangun...”
Namun, sebelum ia dapat menyelesaikan perkataannya itu, ia tercengang melihat Duke yang tiba–tiba
mengeluarkan sebuah pisau kater dan menekannya ke atas pergelangan tangannya....
II
“Astaga, Duke, apa yang kamu lakukan?” Raut wajah Maggie memucat ketakutan. “Cepat letakkan
pisaunya. Jangan menakuti Ibu.”
“Lepaskan pisaunya.” Fincent juga ketakutan.
“Aku benar–benar sudah muak dengan kalian...” Duke mengangkat kepalanya dan berkata datar, “Kalian
ingin aku atau dia yang pergi? Silakan pilih sendiri.”
“Duke...”
Ketika Maggie hendak berbicara, Duke langsung menyayat tangannya. Darah segar pun perlahan lahan
mengalir keluar.
“Aa––” Maggie berteriak ketakutan.
“Baik, baik, ayah akan segera membiarkannya pergi.” Fincent segera berkompromi, “Letakkan dulu
pisaunya. Cepat lepaskan!!!”
“Biarkan Tracy pergi dulu. Setelah ia pergi dari sini tanpa hambatan apapun, aku akan langsung
melepaskan pisaunya.” Duke bersikeras, “Kalau tidak, kalian akan melihatku mati di sini.”
“Anak bodoh. Kenapa kamu harus berkorban hingga seperti ini.” Maggie menghentakkan kakinya
dengan cemas, “Tracy sudah menduga kamu akan melindunginya seperti ini, jadi ia sengaja
merencanakan semuanya ini. Apa kamu sadar, kamu sekarang sedang jatuh ke dalam perangkapnya?”
“Aku tahu...” Duke tersenyum sedih, “Demi meninggalkan tempat ini, ia bahkan tidak segan segan
melihatku tidur bersama wanita lain, itu berarti ia benar–benar tidak ingin tinggal di sini. Kenapa aku
tidak memenuhi keinginannya....”
“Duke.”
“Lepaskan Tracy!” Duke menekan pisau itu lebih dalam lagi ke atas kulitnya, membuat darahnya
mengalir lebih cepat dan banyak.
“Oke, oke, Ayah akan segera melepaskannya, segera melepaskannya.” Fincent tidak berani ragu ragu
lagi, dan segera berteriak ke luar, “Siapapun, cepat ke sini!”
“Baik.” Eva dan dua orang prajurit berjalan masuk ke dalam.
“Segera suruh Nona Tracy pergi dari sini.” Fincent bergegas memerintahkan.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Baik.”
Eva bergegas menuju kamar Tracy. Setelah mengetuk pintu kamarnya beberapa kali, ia langsung masuk
ke dalam.
Di dalam kamar itu, Tracy dan keempat pengawal semuanya telah berpakaian rapi, bahkan telah
mengenakan sepatu mereka. Mereka terlihat seolah–olah sedang menunggu perintahnya.
“Sepertinya Nona Tracy sejak awal sudah mengetahui bahwa rencanamu itu telah berhasil.” Eva
menatap Tracy lekat–lekat, “Sesuai keinginanmu, Tuan Besar Louis mengizinkanmu pergi!”
“Bagus sekali!” Naomi dan Paula begitu gembira. Mereka tidak menyangka rencananya akan berjalan
selancar ini. Mereka tadinya mengira harus menunggu hingga beberapa hari, ternyata hari ini juga sudah
boleh meninggalkan tempat ini.
boat ini
“Terima kasih!” Tracy segera berterima kasih, lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar, “Bagaimana
keadaan Duke?”
“Tuan Muda Duke memotong urat nadinya dan mengeluarkan banyak darah. Bahkan, karpet putihnya
telah menjadi merah..” Eva berkata tajam, “Nona Tracy, kamu benar–benar tidak punya perasaan!”
Tracy segera menghentikan langkahnya. Ia menatap kamar Duke, hatinya merasa begitu cemas dan
bersalah...