- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1285
Daniel melihat ke bawah, menatap jejak lebam di pergelangan tangannya. Matanya menjadi suram,
mungkin benar–benar harus disiapkan sejak dini...
“Jangan, jangan....”
Tiba–tiba Tracy terbangun dari mimpi buruk, ia ketakutan hingga sekujur tubuhnya keringat dingin.
Daniel berdiri secara spontan dan pergi menenangkannya, menepuk punggungnya dengan ringan,
“Tidak apa, hanya mimpi.....
“Aku memimpikan Kakak....”
Tracy bergumam dengan linglung, kemudian ia tertegun. Ia membuka mata lebar dan menatap Daniel
dengan tercengang.
“Aku sedang bermimpi, ‘kah? Kenapa kamu bisa di sini?”
Ia mengucek–ngucek matanya dengan kuat, lalu membuka mata lagi. Setelah memastikan Daniel duduk
di sampingnya, ia lekas bangun dan mengenakan mantel.
Ketika ia tidur, ia suka mengenakan baju tidur sutra putih tanpa mengenakan pakaian dalam. Segala
cahaya keindahan itu terpampang di hadapan Daniel…
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Seperti tak pernah melihatnya saja.”
Daniel memutar mata ke atas, lalu kembali duduk di sofa. Ia menghidupkan sebatang rokok.
Tracy lekas mengenakan mantelnya dengan benar, menggulung rambutnya yang panjang dan berjalan
ke kamar mandi untuk membilas wajah. Ketika keluar ia bertanya, “Kenapa kamu kemari?”
“Anak–anak rindu padamu.” jawab Daniel dengan sederhana.
“Carlos, Carles, Carla juga kemari?” Tracy bersukacita dalam seketika, “Mereka di mana?”
Setelah bicara, ia ingin berlari keluar mencari anak–anak…
“Kamu keluar seperti ini?” Daniel mengernyitkan kening dan berkata dengan suara rendah, “Di luar sana
ada banyak pengawal pria.”
“Ugh..” Tracy baru sadar, ia lekas kembali mengganti baju.
Tetapi kamar ini agak sederhana, tak seperti kamarnya dulu punya ruang baju. Ia hendak mengganti
baju di kamar mandi, tetapi kamar mandi sudah basah...
“Ganti di sini saja.” Daniel berjalan ke sisi jendela sambil merokok.
Tracy meliriknya, lalu membelakanginya dan mengganti pakaian dengan cepat, “Sudah” ucap Tracy
pada Daniel.
Daniel perlahan–lahan membalikkan badan dan menghembuskan keluar asap rokoknya.
Tracy merapikan rambut di depan cermin, lalu mengelap wajah. Sekarang sulit sekali bertemu anak–
anak, ia ingin memberi kesan yang baik untuk anak-anak.
Daniel bersandar di jendela dengan elegan, memincingkan mata dan menatap Tracy dengan diam.
Asap rokok dihembuskan menutupi tatapan matanya yang ruwet.
“Dulu kamu tidak merokok, kenapa sekarang merokok?”
Tracy meliriknya, entah kenapa Daniel yang sekarang agak–agak melankolis.
“Dulu kamu tidur tak memakai baju.” Daniel membalasnya dengan acuh tak acuh.
“Kamu....” Wajah Tracy merah seketika, ia menundukkan kepala dan tak berani melihatnya.
Daniel melihat wajahnya memerah, seketika hatinya tersentuh. Ia tak bisa menahan diri untuk
mendekatinya, mengulurkan tangan mencubit dagunya, lalu menangkup wajahnya agar Tracy
melihatnya.
Tracy melihat kehangatan dan kelembutan dalam mata Daniel. Lalu ia panik, seolah mereka masihlah
pasangan yang saling mencintai seperti waktu dulu…
Seolah, segalanya tidak berubah.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDaniel mendekatinya secara perlahan, bibir seksi menyapu keningnya, matanya, pipinya dan mendarat
di bibir Tracy yang lembut, menggosok–gosok dengan lembut.
Ia tidak menciumnya, hanya bernostalgia mencium aroma tubuhnya...
Ia tidak berani menciumnya, takut didorong olehnya, juga takut ditolak olehnya...
Ia sangat berhati–hati, seolah–olah sedang merawat mutiara berharga.
Seolah menggunakan sedikit tenaga saja, ia akan langsung menghilang...
Tindakan yang menawan ini begitu memilukan dan menyedihkan.
Saat itu, mereka pernah saling mencintai hingga tak sabar untuk menyatu menjadi satu...
Tetapi sekarang, sudah berbeda.
Begitu ia mendekati Tracy, ia akan teringat adegan kebersamaan Tracy dan Duke, seolah sebuah pisau
menancap jantungnya, sakit membuatnya sesak...
Jelas–jelas ia tidak ingin mengingat kejadian itu, jelas–jelas ia berencana melepaskan, tetapi entah
kenapa ia malah selalu mengingatnya...
“Tok, tok!” Di saat ini, terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Kedua orang yang tenggelam dalam tindakan ambigu ini pun lekas tersadarkan. Tracy mundur secara
spontan dan membalikkan tubuh, mengatur suasana hatinya...