- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1287
Ketiga anak mengelilingi Tracy dan berbicara tak berhenti.
Tracy melihat anak–anak yang penuh penantian, ia tak tega menolaknya. Tetapi ia juga tak ingin
semudah itu govah. la takut ia akan bersikap lunak pada Daniel. Jika hubungan mereka kembali lagi,
kedepannya akan ada setumpuk masalah yang harus dihadapi….
Sekarang menjalin hubungan dengan tenang dan menjaga jarak, sebenarnya begini juga sudah sangat
baik.
Ketika mengingat ini, Tracy mencari alasan dan mengalihkan topik, “Carlos, Carles, Carla, ini adalah
tempat yang ditinggali Kakek dulu.
Mami dan Nenek pernah tinggal di sini. Di dalam rumah ada banyak foto kakek, Nenek Juni dan juga
mami. Kalian bisa melihatnya.”
“Benarkah?” Anak–anak sangat penasaran begitu mendengarnya. Mereka lekas menarik Tracy, “Mami
cepat tunjukkan pada kami.”
“Mami mau keluar sebentar, malaman baru pulang.” Tracy sekalian berkata, “Hari ini kalian tinggal di sini
temani Tini, Wini, Biti. Lalu, besok Mami akan menemani kalian, oke?”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Tapi….” Ketiga anak memandang ke arah Daniel.
“Papi sudah setuju, membiarkan kalian di sini selama akhir pekan. Besok malam baru pulang.” ucap
Tracy sambil tersenyum.
“Benarkah? Bagus kalau begitu.” Anak–anak bersorak gembira.
“Anak baik!” Tracy membelai kepala mereka bertiga, “Sekarang Mami mau pergi mengunjungi Tabib
Hansen, mungkin malaman baru pulang. Kalian tinggal di rumah, ya?”
“Baik–”
Carlos, Carles, Carla menjawab dengan kompak.
Ketiga anak perempuan tahu ketiga kakaknya ini akan tinggal. Mereka juga sangat senang, lekas
menarik mereka bertiga bermain.
lalu
Melihat anak–anak sangat bahagia, hatinya juga menjadi tenang. Ia meminta Paula dan yang lainnya
melindungi anak–anak, lalu membawa Naomi keluar.
“Naik mobilku saja.” Daniel mengundangnya, “Tabib Hansen suka ketenangan, tidak usah membawa
banyak mobil.”
“Baiklah.” Tracy merasa ucapannya masuk akal. Ia dan Naomi naik ke mobil Daniel.
Hari ini Ryan menjadi sopir, Naomi duduk di sebelahnya.
Di belakang ada Daniel dan Tracy. Mereka berempat berangkat menggunakan satu mobil.
Yang lainnya tinggal untuk melindungi anak–anak. Halaman dikelilingi oleh gerbang besi, bahkan seekor
burung pipit pun tak bisa terbang masuk.
Kedua sisi pinggir jalan adalah pohon–pohon, cabang–cabang pohon lebat menghalangi matahari.
Sedikit demi sedikit bersinar, ini membentuk pola yang indah di atas jalan.
Empat orang di dalam mobil sangat hening, tidak ada yang saling bicara.
Hanya saja Ryan dapat merasakan tatapan dari Naomi. Ia dan Hartono berbeda, Hartono masih muda
dan masih bersemangat, ia lebih berinisiatif, tetapi Ryan lebih tertutup.
Walaupun kedua orang ini jelas–jelas saling punya perasaan, tetapi tidak ada yang saling menunjukkan.
Daniel dan Tracy yang duduk di belakang juga tidak saling bicara. Meskipun banyak hal yang ingin
dibicarakan, tetapi di saat ini, mereka memilih untuk diam.
“Kring, kring!”
Tiba–tiba sebuah dering telepon membuyarkan suasana hening itu.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmRyan menjawab menggunakan bluetooth speaker mobil, “Halo.”
“Halo, apa ini dengan Ryan?”
Terdengar suara lembut dari ujung telepon.
“Iya, dengan siapa?”
Ryan melirik Naomi, ia agak gugup.
Kening Naomi mengernyit, raut wajahnya pun menjadi masam.
“Aku Frisca Amberson, aku ingin mencari Presdir Daniel.”
Ketika mendengar ucapannya, Ryan menghela napas lega secara secara spontan. Untung saja, bukan
mencarinya, tetapi kemudian ia mulai tak tenang. Ia menatap Daniel dari kaca spion belakang.
Daniel melakukan gestur tangan, Ryan menjawab, “Nona Frisca, ada apa mencari Presdir kami?”
“Aku sudah tiba di Kota Bunaken, aku ingin bertemu dengannya.” Frisca berkata dengan santai, “Waktu
aku terbangun hari itu, ia sudah tak ada. Ada banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan padanya….”
Ucapan ini tampak tak ada masalah, tetapi bagi Tracy yang mendengarnya, ucapan ambigu.
Tracy berpura–pura cuek seolah bersikap tak acuh, tetapi sebenarnya hatinya sangat bergejolak….
ini sangat