- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1295
“Anda sungguh pergi bertemu dengannya?” Naomi bertanya dengan suara rendah, “Perlu panggil bebe
rapa orang kemari? Jika ia bermain trik atau…
“Jika ia orang seperti itu, maka lebih mudah dihadapi.” Tracy menyunggingkan senyuman.
“Kalau begitu…”
“Coba lihat bubur sudah matang
belum.” Tracy mengalihkan topik, “Kupas lagi beberapa kentang. Tabib Hansen suka kentang asam pe
das masakanku.”
“Baik.” Naomi lekas menuju dapur.
Tracy menyalakan api arang dan lanjut minum teh. Amanda kembali dari membeli sayur. Ia juga memb
eli sekantong pir, katanya Tabib Hansen ingin minum sup pir.
Tracy meminta Amanda memberikan pir kepadanya, lalu memasak sup pir dengan api arang.
Tabib Hansen sangat mengantuk, ia tidur hingga pukul enam sore baru bangun. Matahari sudah terben
am, Dixon sedang membuat api besar di halaman, merebus sup pir dan memanggang ubi jalar.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtNaomi mengangkat bubur tulang iga yang telah dimasak, Tracy menumis beberapa sayur. Sekeluarga
mengelilingi halaman dan makan dengan bahagia.
Baru saja mengambil sumpit, Thomas dan pengawalnya tiba. Tracy memanggil mereka untuk makan, t
api mereka bilang sudah makan. Lalu memberikan kunci mobil kepada Naomi, “Tuan Daniel menyuruh
ku memberikan kalian satu mobil, apa masih perlu hal lain?”
“Tidak ada lagi, terima kasih.”
Naomi menuangkan teh untuk mereka.
Thomas berterima kasih, lalu berdiri di samping dengan pengawalnya.
“Tracy, setelah makan pulanglah. Di rumahmu masih ada beberapa anak yang menunggumu.” Tabib H
ansen bersandar pada kursi dan berpesan, “Besok ingat bawa anak–anak menemuiku.”
“Aku saja belum makan, Anda sudah mengusirku pergi.” Tracy sengaja bersikap sombong, “Padahal m
asakan ini adalah masakanku, ‘kan? Anda sungguh tak punya hati nurani.”
“Hahaha….” Tabib Hansen tertawa terbahak–bahak, “Bukankah karena aku takut
kamu pulang kemalaman, anak–anak akan mencarimu, ‘kan?”
“Iya, aku tahu.”
Tracy meletakkan sumpit dan mangkuk, lalu mencuci tangan. Ia berpamitan kepada semua orang dan
pergi dengan Naomi.
“Nona Tracy, hati–hati di jalan!”
Thomas mengantarkannya pergi, hingga mobil itu mulai menghilang dari pandangannya. Ia baru kemb
ali ke dalam dan menyerahkan dokumen pengobatan dan pemeriksaan Daniel kepada Tabib Hansen.
Dixon lekas mengambil lampu untuk menerangi, agar Tabib Hansen mudah memeriksanya.
Tetapi Tabib Hansen benar–
benar sudah tua. Tubuhnya sudah sangat lemah, sekalipun pencahayaan ditambah, tetap tak dapat m
elihat jelas tulisan itu.
Thomas menjelaskan dari samping, Tabib Hansen memincingkan mata dan menganggukkan kepala de
ngan lemah, “Coba kuteliti dulu….”
Naomi menyetir mobil membawa Tracy menuju Restoran Silver di kota.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDulu, ketika Tracy berpacaran dengan Stanley, ia sangat suka makan di restoran ini.
Selain itu, Restoran Silver berada di sebrang gedung Grup Wallance. Ketika Tracy bekerja di sana, ia da
Hari ini Frica telah memesan seluruh restoran itu. Ketika Tracy masuk ke dalam, ia menyadari manajer d
Empat orang pengawal menjaga di pintu, di dalam restoran ada satu pengawal yang berada di setiap tig
benar megah.
Frisca duduk di samping jendela, ia sedang menelepon berbicara menggunakan Bahasa Korea. Pengaw
Penuh hormat dan rendah hati.
“Kita sungguh berjodoh!” Tracy memandangnya sambil tersenyum.
“Iya.” Frisca menganggukkan kepala, “Silakan!”
Kedua orang itu duduk, Frisca menyadari Tracy hanya membawa satu orang pengawal. Ia lekas memin
Setelah itu Frsica juga meminta maaf kepada Tracy, “Maaf, ayahku yang mengaturnya.”
“Tidak apa, aku paham.” Tracy menggunakan tisu basah mengelap tangannya, “Kapan
Nona Frisca tiba di Kota Bunaken?”
“Baru pagi ini.” Ketika Frisca bicara, matanya tak lepas dari wajah Tracy. Ia sungguh–
sungguh mengagumi Tracy, “Nona Tracy, melihat aslinya sungguh cantik!”