- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1325
"Baiklah......" Anak-anak sedikit kecewa, tapi tetap tidur dengan patuh.
Daniel berdiri dan berjalan ke arah luar, tapi baru berjalan dua langkah, dia tidak sengaja menabrak sudut meja.
Terdengar suara benturan keras, mengejutkan anak-anak.
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Lampunya terlalu redup."
Ryan segera menghampiri untuk memapah Daniel.
Tracy berada di pintu, merasa sedikit aneh saat melihat adegan ini.......
Tiba-tiba dia menyadari, sepertinya ada yang tidak beres dengan Daniel......
Daniel sudah dilatih dengan ketat sejak kecil, kekuatan fisik dan kewaspadaannya sangat baik.
Jangankan masih ada lampu dalam kamar, meskipun gelap gulita, dia juga bisa berjalan dengan leluasa, bagaimana bisa sampai menabrak sudut
meja?
Selain itu, saat jalan beberapa langkah tadi, sepertinya dia sedikit berhati-hati.......
Dan, sepertinya Ryan terlalu panik.
“Papi..." Saat berlari keluar untuk melihat Daniel, Carlos malah melihat Tracy yang berdiri di pintu, "Mami!"
Saat melihat Tracy berdiri di pintu, sorot mata Ryan panik sejenak, tapi bereaksi kembali dengan sangat cepat, menyapa sambil tersenyum: “Nona
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtTracy, Anda datang. Tuan Daniel duduk terlalu lama di kursi kecil itu, kakinya kebas."
“Kursi anak kecil, memang lebih rendah.” Tracy melirik kaki Daniel, berpura-pura tidak peduli, "Kakinya
terlalu panjang, sungguh menyulitkannya karena harus ditekuk.”
"Baguslah kalau tahu.”
Daniel membalas dengan dingin.
"Mami, Papi.......”
"Carlos, kamu dan Carles kembalilah ke kamar dan
tidur." Tracy menyela Carlos, berpesan dengan lembut, "Mami akan mengantar Papi pulang."
Carlos ingin mengatakan sesuatu, tapi pada
akhirnya menahan diri, mengatakan hal lain: “Papi bercerita pada kami sampai begitu lama, juga tidak
minum. Mami, biarkan Papi minum teh dulu, baru pergi."
"Memang anak lebih pengertian.” Daniel merasa terhibur dan tersenyum, “Tapi sudah sangat malam,
Papi harus pulang, kalian istirahatlah lebih awal."
“Sebaiknya minum teh dulu sebelum pergi." Tracy segera berkata, “Kalau tidak, anak akan mengira
aku menindasmu."
"Begitu sungkan?” Daniel tersenyum,
mendekatinya dengan mesra, “Kalau begitu,
minum di kamarmu?”
"Boleh." Tracy menyetujuinya dengan lugas,
"Anne, siapkan teh."
"Baik."
Daniel tercengang. Dia mengira, dengan sengaja
menggodanya, Tracy pasti akan menolak. Tidak disangka Tracy malah menyetujuinya.
Ryan melihat Daniel dengan tidak tenang, berpikir
dalam hati, sekarang harus bagaimana?
Saat bercerita tadi, tiba-tiba mata Daniel bermasalah, penglihatannya menjadi kabur dan
tidak jelas, tidak bisa melihat tulisan, makanya ia mengarang cerita baru.......
Ryan yang melihat di samping merasa sangat tidak tenang, tapi kemudian dengan kerja sama Carlos,
Daniel mengatasinya dengan sangat alami.......
Setelah itu, Daniel mencari alasan untuk pergi. Tapi saat berdiri, karena penglihatannya kabur, maka
tidak sengaja menabrak sudut meja, Ryan segera memapahnya.
Dia ingin segera pergi dari sini, agar tidak ketahuan. Tidak disangka malah bertemu_engan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmTracy.......
"Berhubung kamu begitu antusias, kalau begitu,
aku tidak akan sungkan."
Daniel malah sangat tenang, seolah-olah tidak ada masalah apa pun.
"Silakan." Tracy membawa Daniel ke kamarnya
sendiri, juga berkata pada Ryan dengan santai, "Ryan, sepertinya Naomi sedikit flu. Bagaimana kalau kamu pergi lihat dia?"
“Tidak perlu, ‘kan? Dia.......” Ryan hendak menolak, Daniel memberikan isyarat padanya, dia pun mengubah perkataannya, “Tidak tahu dia akan
mengusirku atau tidak.”
“Kalau tidak pergi, bagaimana kamu bisa tahu?” Tracy sengaja bercanda, “Laki-laki harus lebih berinisiatif."
“Hehe, dia sangat galak......” Ryan menggaruk kepala
dengan malu-malu.
"Silakan, Presdir Daniel."
Tracy membuka pintu kamar, melakukan gerakan mempersilakan.
Daniel berjalan masuk dengan santai.
Tracy terus mengamatinya, menemukan bahwa
sekarang dia kelihatan sangat normal. Tracy merasa bingung, mungkinkah dia sendiri yang terlalu curiga?