- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1367
Ryan segera menutup telepon, terburu–buru maju menyambut Sanjaya.
“Terjadi hal besar, kenapa tidak memberitahuku?” Sanjaya memelototi Ryan dengan serius, “Apa kamu
tidak menganggapku?”
“Maafkan aku, Paman Sanjaya.” Ryan menundukkan kepala dan secepatnya menjelaskan, “Kejadian
kemarin malam terlalu mendadak, kondisi Tuan Daniel juga sudah stabil, jadi aku tidak
mengganggumu.”
“Apanya yang stabil, bukannya masih…” Sanjaya baru berbicara setengah, lalu mengubah
perkataannya, “Bagaimana keadaannya sekarang?”
“Kemarin malam ia kehilangan banyak darah dan pingsan, pagi ini sudah sadar.” Ryan berkata dengan
pelan, “Sekarang ia sedang tidur.”
“Biar aku lihat dia.” Sanjaya berkata sambil membawa rombongan mengikutinya masuk ke dalam ruang
perawatan.
“Tunggu sebentar, Paman Sanjaya.” Ryan dengan cepat menghalangi mereka dan berkata dengan
suara rendah, “Tampaknya sekarang bukan saat yang tepat.”
“Hm?” Sanjaya mengerutkan kening, “Bukan saat yang tepat? Sekarang aku belum bisa masuk?”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Bukan…” Ryan membungkuk dan berbisik di telinga Sanjaya, “Nona Tracy sedang di dalam.”
Mendengar perkataan ini, Sanjaya tertegun sejenak, ia meminta salah satu di antara rombongan untuk
membuka pintu.
Ia membuka pintu secara perlahan, melalui celah pintu ia dapat melihat kedua orang itu saling
berpelukan dan tidur, raut wajahnya sedikit rumit, kemudian menutup pintu dengan pelan dan pergi
dalam diam.
Ryan mengikuti Sanjaya, Sanjaya memanggilnya ke samping dan bertanya dengan suara rendah:
“Jelaskan padaku dengan sejujur–jujurnya, sebenarnya kenapa Tuan Daniel bisa terluka?”
“Itu…”
“Jangan coba–coba membohongiku, aku tetap akan tahu.” Sanjaya memperingatinya dengan dingin,
“Jika kamu tidak memberitahuku, aku juga bisa mencari tahu sendiri.”
Ryan tahu ia tidak dapat membohongi Sanjaya, ia tidak punya pilihan lain selain mengatakan hal yang
sebenarnya kepadanya.
“Kenapa selalu terjadi hal seperti ini?” Sanjaya berkata dengan marah, “Jangan–jangan ini adalah takdir
buruk.”
“Aku sudah memerintahkan orang untuk memeriksa hal ini, Anda tidak perlu khawatir.” Ryan
menasihatinya dengan hati–hati, “Kita juga tidak bisa menyalahkan Nona Tracy atas kejadian ini. Tuan
Daniel yang berinisiatif melindunginya, biar bagaimanapun, mereka berdua kini telah kembali bersama,
ini adalah hal yang baik.”
“Bisa jadi berkah, bisa jadi kutukan juga, sulit dikatakan.” Sanjaya menghembuskan napas berat,
“Rawatlah Tuan Daniel dengan baik, ada informasi apapun beritahu aku.”
“Mengerti, jangan khawatir.” Ryan meyakinkannya.
Setelah mengantarkan Sanjaya pergi, Lily membawa beberapa perawat dan dokter datang: “Bagaimana
keadaan Presdir Daniel? Apa ia sudah sadar?”
“la sudah sadar, kondisinya sekarang sangat baik.” Ucap Ryan.
“la sudah sadar, mengapa tidak memanggilku?” Lily bergegas berjalan menuju kamar rawat.
“Itu, tunggu.
Tepat di saat Ryan ingin menghalanginya, Lily sudah mendorong pintu itu hingga terbuka, ia tercengang
sejenak, lalu secepatnya mundur dan berkata kepada Ryan, “Kenapa tidak bilang padaku.”
“Aku baru saja mau…‘
“Ryan!” terdengar suara Daniel dari dalam ruangan, ia sudah terbangun karena suara berisik.
“Iya.” Ryan secepatnya berjalan mendekati pintu dan menjawab.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Pergilah, setengah jam lagi baru datang kembali.” Daniel memerintah dengan suara rendah.
“Baik.”
Ryan membuat isyarat tangan, memerintahkan semua orang untuk pergi.
Di dalam ruangan, Tracy menggosok–gosok matanya, dengan hati–hati menjauh dari Daniel, ia hendak
bangun.
Daniel menariknya kembali dalam pelukannya, tidak mau melepaskannya: “Sebentar lagi.”
“Sudah harus bangun, orang–orang di luar sudah menunggu.”
Tracy sedikit segan, ia tahu Lily barusan membuka pintu hendak masuk, Daniel terluka begitu parah, ia
datang pasti untuk memeriksa lukanya.
“Biarkan mereka menunggu.
Daniel menempelkan keningnya ke kening Tracy, hidungnya dengan lembut mengusap hidung
Tracy.
“Daniel…” Tracy memegangi wajahnya yang kurus, ia ragu apakah harus bertanya padanya mengenai
kesehatannya.
“Hm?” bibir tipis Daniel mengusap lembut pipi Tracy.
“Kamu….” Tracy hendak mengatakannya, namun ia menarik kembali kata–katanya, “Sudah waktunya
kamu mengganti perbanmu.”