- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1385
“Uhuk, uhuk.” Ryan batuk beberapa kali, merasa canggung entah harus bicara apa.
“Nona Frisca, Tuan Daniel masih belum sadar, lebih baik Nona sarapan dulu saja.” Kata Lily dengan
suara pelan.
“Tidak berselera.” Frisca memandang Daniel dengan perasaan mendalam, “Aku ingin di sini
menemaninya. Tenang, aku tidak akan mengganggunya.”
Lily melihat Ryan dengan tidak berdaya.
Ryan juga tidak bisa berkata apa–apa, juga tidak tahu bagaimana menasihatinya. Tidak mungkin
mengusirnya, bagaimanapun, dia yang membawa Dokter Heidy kemari.
Jadi, terpaksa membiarkan dia di kamar.
“Baiklah.” Lily memindahkan sebuah kursi ke sisi ranjang, “Nona Frisca, duduklah.”
Frisca duduk di sisi ranjang, memandangi Daniel dengan tenang, tatapannya penuh kesedihan.
Lily menuangkan segelas air untuknya, lalu lanjut menyeka tubuh Daniel dengan handuk hangat.
“Aku saja.”
Frisca langsung mengambil handuk hangat di tangan Lily, dengan perlahan menyeka, dari pipi hingga
leher Daniel, kemudian lengan tangannya. Gerakannya sangat lembut seperti air.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtLily dan Ryan memperhatikannya, sedikit merasa canggung.
Di saat itu, seorang pengawal menghampiri Ryan untuk melaporkan keadaan, Ryan pun pergi.
“Maaf merepotkanmu, handuknya sudah dingin, gantilah handuk yang lain.”
Frisca menyerahkan handuknya pada Lily.
“Baik.” Lily membawa handuknya ke toilet.
Di kamar hanya ada Frisca dan Daniel. Frisca membelai alis Daniel yang sedikit mengerut, seolah ingin
meluruskan kerisauannya.
Daniel seperti merespons. Alisnya bergerak, tangannya pun merespons.
“Predir Daniel.” Frisca luar biasa gembira, dia segera menggenggam tangan Daniel, “Jangan
takut, aku di sini.
Daniel seperti sedang bermimpi buruk, dengan erat menggenggam tangan Frisca, terbangun dari mimpi
buruknya, badannya bergetar, keringat di dahinya bercucuran bak air hujan.
Melihatnya, hati Frisca sungguh sedih. Satu tangannya menggenggam tangan Daniel, satunya
memegang wajahnya. Dengan cemas, dia menghibur: “Tidak apa–apa… Aku di sini…”
Mungkin penghiburannya berdampak, Daniel dengan cepat kembali tenang. Perlahan–lahan membuka
matanya, melihat Frisca melalui pandangannya yang buram, bibirnya yang kering sedikit bergerak ingin
meneriakkan sesuatu.
“Kamu bilang apa?” Frisca mendekat mendengar dia bicara.
“Tracy… Tracy…”
Dengan suara serak, perlahan, seperti denging nyamuk, Daniel memanggil nama Tracy dengan
perasaan yang mendalam.
Dalam sekejap, Frisca tercengang, yang awalnya penuh antusias, tiba–tiba seperti disiram air dingin dari
kepala hingga kaki.
Dia dengan sedih menatap Daniel, hatinya campur aduk, sungguh sulit diterima.
Dia tidak mengerti, kenapa Daniel masih terus mencintai Tracy? Sebenarnya apa bagusnya wanita itu?
Apa yang membuatnya layak untuk dicintai begitu dalam oleh Daniel?
“Tuan Daniel sudah sadar…”
Di saat itu, Lily keluar dari toilet, melihat Daniel sadar, dia buru–buru memeriksanya.
Frisca terpaksa mundur dan melihatnya dari samping.
“Aku ambil kotak obat.”
Lily pergi mengambil kotak obat, bersiap mengukur tekanan darah dan suhu tubuh Daniel.
Frisca mengambil handuk hangat, lanjut menyeka tubuh Daniel.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmPenglihatan Daniel perlahan–lahan menjadi jelas, dia menyadari orang di depannya bukanlah Tracy,
melainkan Frisca. Tanpa sadar, dia menarik tangannya.
Frisca tidak mendapat apa yang dia inginkan, hatinya sungguh putus asa, tetapi dia tidak menunjukkan
perasaan tidak senangnya, sebaliknya dengan sabar menenangkan: “Aku hanya ingin menjagamu, tidak
ada maksud lain.”
“Terima kasih..” Daniel berusaha keras mengucapkan dua kata ini.
Di saat ini, Ryan yang mendengar kabar bahwa Daniel sudah sadar, buru–buru datang. Daniel dengan
tidak bertenaga mengangkat tangannya, menunjukkan isyarat padanya.
Ryan buru–buru berkata: “Nona Frisca, aku ingin mengganti baju Presdir Daniel, bagaimana jika
Nona..”
“Aku tahu.”
Ucapan Ryan masih belum begitu jelas, tetapi Frisca sudah tahu, isyarat Daniel tadi adalah memintanya
keluar.
Barangkali Daniel tidak ingin menunjukkan sisi lemahnya di depan dirinya. Barangkali dia ingin
mempertahankan keagungannya itu. Intinya, di dalam hati Daniel, dia masih orang luar.