- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1388
“Apa?” Ekspresi Daniel berubah, “Sebenarnya ada masalah apa?”
Ryan melaporkan kejadian spesifik kepadanya, Daniel marah mendengarnya, mengambil asbak yang
ada di sebelahnya dan melemparkan ke arahnya: “Sialan, ada kejadian sebesar ini, kamu malah berani
menutupinya dariku?”
Ryan menundukkan kepala, tidak berani menghembuskan napas sama sekali.
“Siapkan pesawat pribadi, aku ingin pergi ke Kota Tua.” Daniel bangkit dan mengganti pakaiannya.
“Tuan Daniel, tenangkan dirimu.” Ryan buru–buru menahannya, “Dokter Heidy bilang, kondisimu saat ini,
harus banyak istirahat, tidak boleh kemana–mana, bahkan tidak boleh berolahraga, kalau tidak, akan
lemah……..”
“Enyahlah!” Daniel benar–benar tidak mendengar perkataannya.
“Aku mohon padamu, dengarkanlah aku.” Ryan khawatir, ia menahan kakinya dan dengan cemas
berkata, “Tuan tidak tahu seberapa menakutkannya Tuan kemarin itu, kalau Nona Frisca tidak membawa
Dokter Heidy kemari tepat waktu, sekarang Tuan pasti sudah…”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtRyan tidak berani mengatakan kalimat itu, ia berhenti, lalu lanjut menasihati, “Aku sudah mengutus dua
pasukan untuk mencari Nona Tracy, kalau Tuan masih khawatir, aku akan menyuruh Hartono pergi ke
sana sambil membawa anak buahnya lagi.
Tapi Tuan benar–benar tidak boleh pergi, kalau bukan demi dirimu, pikirkanlah anak–anak, kalau terjadi
sesuatu pada Tuan, anak–anak bagaimana?
Terlebih lagi, kondisi tubuh Tuan saat ini belum stabil, jika Tuan ke sana, juga tidak bisa berbuat apa–
apa. Kalau nanti Nona Tracy kembali, dan Tuan tidak ada, dia akan…”
Perkataan itu berhasil menahan Daniel.
“Hartono tidak boleh pergi, dia harus menjaga anak–anak.” Daniel tenang dengan cepat, “Thomas
dimana?”
“Thomas pergi ke Negara Emron mencari Tabib Dewa.” Ryan buru–buru berkata, “Aku sudah mengutus
Kiki dan Andi pergi, mereka berdua sudah dewasa, sangat berpengalaman mengurus sesuatu…”
“Mereka tidak mampu.” Daniel dengan tegas memerintah, “Kamu pergilah sendiri membawa anak buah,
pastikan untuk membawa Tracy pulang dengan selamat.”
“Aku?” Ryan tertegun, “Kalau aku pergi, bagaimana dengan Tuan? Tidak ada siapapun yang menemani
Tuan…”
“Di rumah ada banyak orang, bagaimana mungkin tidak ada orang?” Daniel berteriak dengan tidak
senang, “Kamu kira aku tidak bisa apa–apa tanpamu?”
“Bukan itu maksudku, tapi……”
“Kusuruh pergi, ya pergi!” Daniel sedikit tidak sabar, “Apa kamu sekarang sudah tidak menurutiku?”
Ryan tidak punya pilihan lain, hanya bisa menundukkan kepala dan menjalankan perintah: “Baiklah, aku
akan pergi.”
“Bawalah anak buah lebih banyak.” Perintah Daniel, “Aku beri kamu waktu tiga hari, harus membawa
Tracy pulang dengan selamat, kalau tidak, kamu tidak usah kembali lagi.”
“Baik.” Ryan mengangguk berulang kali, “Sekarang aku akan bersiap–siap.”
“Pergilah.” Daniel mengibaskan tangannya.
Ryan segera pergi mempersiapkan personil, Lily yang mendengar bahwa dia akan pergi ke Kota Tua,
tanpa sadar khawatir: “Pada saat kritis ini, bagaimana bisa kamu pergi? Kamu dan Thomas tidak ada,
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsiapa yang akan menjaga Tuan Daniel?”
“Aku juga tahu, tapi aku tidak bisa melawannya.” Ryan menghela napas tak berdaya, “Kamu tahu,
temperamen Tuan Daniel, siapapun juga tidak ada yang bisa menasihatinya.”
“Ah…” Lily khawatir, “Kalau begitu bagaimana?”
“Aku telepon Paman Sanjaya, kamu siapkanlah pesawat pribadi.” Ryan memikirkan sebuah ide, “Saat
tidak ada aku, kamu harus mengawasi Tuan Daniel dengan baik, jangan sampai terjadi masalah.”
“Baik.” Lily mengangguk berkali–kali, “Cepat telepon, saat ini, harus meminta Paman Sanjaya datang
mengawasi Tuan Daniel.”
“Iya.”
Ryan bersembunyi di kamar menelepon Sanjaya, memberitahukannya semua kejadian dari awal sampai
akhir.
Sanjaya sangat marah sampai terjatuh dari kursi rodanya, untung di sampingnya ada orang yang
menahannya.
“Paman Sanjaya, jangan tergesa–gesa dulu……” Ryan buru–buru menahannya, “Untuk sementara Tuan
Daniel tidak bisa kemana–mana, harus tetap di rumah. Jadi, kalau aku tidak ada, masalahnya juga tidak
besar.
Aku hanya takut kalau temperamennya keluar, dia akan impulsif, jadi aku menelepon Paman, tolong
datang dan tenangkan Tuan. Kalau ada Paman, Tuan Daniel tidak akan keluar sembarangan.”