- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1402
Carles seperti seekor singa yang mengamuk. Ia mengepalkan tangan dan memelototi Frisca dengan
marah, “Dasar wanita jahat, ini adalah rumahku. Kamu tidak boleh mengusir Mamiku pergi!”
“Kakek Sanjaya, kenapa kakek membantu orang luar menindas Mamiku? Huhuhu….” Carla berlari ke
hadapan Sanjaya dan menarik tangannya. Ia bertanya sambil menangis, “Kakek selalu menyayangi
kami, kakek tidak boleh berbuat demikian.”
“Carla anak baik, jangan menangis.” Sanjaya lekas mengusap air mata Carla.
“Bibi Frisca, ‘kan?”
Carlos memandang Frisca dengan tenang. Penuh dengan sopan santun dan sungkan, namun ada aura
dominasi menakutkan dari tubuhnya.
“Terima kasih Anda telah mengundang dokter kemari untuk mengobati Papiku. Aku akan meminta orang
mengembalikan biaya berkali–kali lipat kepadamu. Setelah Papiku sembuh nanti, kami sekeluarga akan
berkunjung ke rumahmu dan berterima kasih, tetapi untuk sekarang Anda harus meminta maaf pada
Mamiku dulu!”
“Ugh….”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtFrisca tertegun sejenak ketika melihat tiga anak ini. Setelah kesadarannya kembali, ia buru–buru
menjelaskan dengan tersenyum…
“Anak–anak, Bibi sama sekali tidak menindas Mamimu, hanya saja Papimu sekarang sedang menjalani
pengobatan. Dokter bilang harus tenang, tetapi Mamimu agak berisik, makanya Bibi memintanya
pergi…”
“Ini adalah rumahku.” Carlos menyela ucapan Frisca dan berkata dengan angkuh, “Bukan orang luar
yang membuat keputusan!”
“Kamu…..” Frisca terdiam karena marah, wajah cantiknya memerah.
“Selain itu, Mamiku orang yang lemah lembut dan anggun. Ia tak pernah berisik, bagaimana mungkin
berbuat onar?” Carlos tidak bersikap rendah hati ataupun angkuh, ia membalas kalimat demi kalimat.
“Meskipun ada orang yang berbuat onar, orang itu bukanlah dia!”
Satu kalimat itu membuat Sanjaya tercengang,
Wajah tua Sanjaya memerah, tetapi ia tak berani bicara. Saat Tuan besar masih ada, Carlos adalah cicit
terbesar yang paling dikasihinya. Beliau pernah bilang anak ini cerdas, tidak ada yang berani
menyinggungnya.
Frisca terdiam setelah dilontarkan beberapa kalimat oleh Carlos. Wajahnya membiru, ia ingin membalas
argumen, namun tidak tahu harus bicara dari mana. Selain itu, seluruh orang di rumah itu menatapnya,
ia juga tak enak lanjut berargumen dengan anak–anak.
Jadi, ia terpaksa mundur. Menundukkan kepala dan meminta maaf kepada Tracy, “Nona Tracy, maaf.
Barusan ucapanku tidak pantas, tapi aku hanya ingin menolong saja. Harap maafkan saya!”
‘Menolong‘ penggunaan kata ini adalah sebuah taktik terbaik, ia sangat cerdas, demi mencari alasan
untuk
dirinya sendiri.
Entah itu benar atau tidak, pokoknya ia benar–benar telah menyelamatkan Daniel.
Tracy juga tidak bersikap keras kepala, kalau tidak, Sanjaya dan para pelayan akan mengira dirinya
sangat kejam.
“Nona Frica terlalu sungkan, kamu telah menyelamatkan ayah dari anak–anakku. Seharusnya aku
berterima kasih padamu, hanya saja kamu tampak agak tak sabar tadi….”
Tracy juga paham taktik maju mundur. Taktik seperti ini bukan hanya Frisca sendiri yang dapat
menggunakannya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Aku yang salah.” Frisca masih menundukkan kepala.
“Orang dari Negara Korea memang penuh sopan santun, sayangnya aku sudah terbiasa kehidupan liar,
jadi aku tidak akan saling membungkukkan punggung meminta maaf padamu.” Tracy tersenyum tipis,
“Karena Dokter Heidy sudah ada di sini, maka masalah pengobatan serahkan saja padanya dan
mengenai rumah….”
Tracy memutar pandangan menatap Sanjaya, “Paman Sanjaya, masalah rumah tidak perlu direpotkan
oleh Nona Frisca, ‘kan?”
“Nona Frisca, dia….”
Sanjaya baru saja ingin bicara, ia menyadari Carlos sedang menatap dalam kepadanya. la terpaksa
mengubah ucapan, “Nona Frisca mengundang Dokter Heidy kemari, kami keluarga Wallance sangat
berterima kasih. Nanti kami pasti mampir untuk berterima kasih. Terima kasih atas bantuanmu selama
dua hari ini, silakan pulang dan istirahat.”
Semua orang tahu Sanjaya dapat menekan Daniel, tetapi Carlos malah dapat menekan dirinya.
“Baiklah, kalau begitu aku tidak mengganggu lagi.”
Frica menahan amarahnya dan berusaha tersenyum. Ia mendongak menatap Tracy, pandangannya
sangat dingin.
“Hati–hati, Nona Frisca. Aku tak mengantar lagi!”
Tracy membungkukkan tubuh dan melakukan gestur ‘silakan‘.