- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1417
“Ada sedikit salah paham, tapi sudah diselesaikan.” Ryan menatap Frisca dengan canggung, lalu
berkata dengan maksud tak tersirat, “Untuk masalah detailnya, aku akan melaporkannya pada Anda
nanti.”
“Sekarang saja.” Daniel memberikan perintah.
“Baik.” Ryan tidak berani membantahnya, hanya bisa menundukkan kepala dan berbicara, “Karena Anda
jatuh sakit, Paman Sanjaya merasa sedikit kesal pada Nona Tracy. Bagaimanapun juga, Anda terluka
karena menyelamatkan Nona Tracy. Baru saja kondisi membaik, Anda sudah dibuat kesal olehnya
hingga penyakit kambuh, maka…”
Ryan melirik Frisca sekilas, lalu lanjut bicara, “Saat Nona Tracy kembali, Paman Sanjaya sedikit
mempersulitnya. Namun, kemudian Carlos dan yang lainnya pulang, maka perselisihan pun bisa
diselesaikan.”
“Saat itu apa….yang kamu lakukan?” Daniel memelototi Ryan.
“Setelah turun dari pesawat, aku pergi mengantar Naomi ke rumah sakit dulu.” Ryan berkata dengan
suara lemah, “Kondisi Naomi saat itu sangat berbahaya, harus ada orang…”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Sudahlah.” Daniel memotong perkataannya, “Keluarlah.”
“Baik.” Ryan buru–buru pergi, takut membuat Daniel marah lagi.
Pada saat ini, suasana sudah menjadi sedikit serius, Frisca bahkan tidak berani untuk menarik napas
kencang. Tiba–tiba dia menyadari bahwa semua trik kecilnya dapat dilihat oleh Daniel.
Dalam hati, dia merasa menyesal, merasa dirinya tidak seharusnya kehilangan batasan karena panik.
Sekarang malah berakibat sebaliknya, membuat Daniel tidak suka padanya, harus bagaimana ini?
“Pada hari….perjamuan makan malam, aku akan… memberikan sebuah…hadiah besar.” Daniel
menatap Frisca sambil berkata dengan serius, “Terima kasih…karena sudah… mencari Dokter Heidy…
pada waktu yang genting, juga terima kasih…atas pendampingan dan perhatianmu….selama beberapa
waktu ini…”
“Presdir Daniel, aku…”
“Nona Frisca!” Daniel memotong perkataan Frisca, lalu lanjut bicara, “Kamu adalah…seorang gadis
yang baik. Aku tahu…perasaanmu, tapi aku….tidak cocok untukmu. Kita bisa… menjadi teman biasa,
dan kamu jangan….. menghabiskan pikiranmu….untuk diriku lagi!”
“Bukan, Presdir Daniel, dengarkan perkataanku…”
“Aku lelah.” Daniel memejamkan matanya dengan perasaan lelah.
Sikap ini sangat jelas menunjukkan bahwa Daniel menolak berbicara dengannya, tetapi Frisca tidak rela.
Kedua matanya basah, dengan menahan diri untuk tidak bersedih dan mengontrol suasana hatinya, dia
pun bertanya dengan hati–hati, “Aku tahu sekarang kondisimu sangat lemah, tidak bisa berbicara terlalu
banyak. Namun, aku hanya ingin menanyakan sebuah pertanyaan terakhir.”
“Katakan.” Daniel membuka matanya dan menatap Frisca.
1/2
“Kamu menolakku, apakah karena Tracy?” Mata Frisca sudah berlinang air mata, “Jika tidak ada dia,
apakah kamu akan menyukaiku?”
“Ini adalah…..dua buah…pertanyaan.” Ekspresi Daniel sangat serius, “Aku tidak menjawab…
pertanyaan…yang berandai–andai. Namun, aku bisa… memberitahumu bahwa… Tracy adalah…wanita
pertamaku, juga satu–satunya wanita bagiku. Karena dia, barulah aku bisa belajar…untuk mencintai.
Sejak awal…aku tidak pernah berpikir… untuk mencintai…wanita lain!”
“Dulu tidak, sekarang tidak, kelak juga tidak akan!”
Mendengar perkataan ini, akhirnya air mata Frisca bergulir jatuh tanpa bisa dikontrol. Dia menangis
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmdengan sangat elegan, berusaha sekuat tenaga untuk menggigit bibirnya, tidak mau mengeluarkan
suara…
Dia menutup wajahnya, lalu berbalik dan melangkah keluar dengan cepat, bagaikan melarikan diri dari
kenyataan yang tak mampu diterima ini.
Melihat bayangan Frisca, Daniel pun tak bisa menahan diri untuk menghela napas, akhirnya
mengatakannya dengan jelas. Wanita sungguh merepotkan, semoga kelak jangan ada masalah
semacam ini lagi.
Daniel pun memejamkan matanya dan berniat tidur. Namun, pada saat ini, pintu kamar dibuka dan Tracy
berlari masuk dengan buru–buru, lalu bertanya dengan bersemangat, “Kenapa Nona Frisca pergi sambil
menangis? Apa yang kamu lakukan padanya?”
Daniel perlahan–lahan membuka matanya yang lelah, lalu menatap Tracy dengan dingin, sama sekali
tidak berbicara.
“Oh ya, kamu sudah seperti ini, jelas tidak akan bisa berbuat sesuatu padanya.” Melihat Daniel seperti
ini, tiba–tiba Tracy pun mengerti. Kemudian, dia masih bertanya dengan penasaran, “Apa kamu
mengatakan sesuatu padanya?”
Melihat Tracy yang lamban dalam berpikir, Daniel sangat emosi. Dia pun memelototi wanita itu dengan
kesal, tidak ingin memedulikannya…