- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1435
“Untuk apa pergi ke Bukit Oldish?” Carlos bertanya dengan bingung, “Kakek Hansen sudah tiada.”
“Setelah dipikir–pikir, mungkin di rumah Kakek Hansen di Bukit Oldish terdapat buku medis yang
mencatat tentang cara menghilangkan racun.
Selain itu, setidaknya Kak Amanda dan yang lainnya memiliki keterampilan medis, Mami ingin
mengundang mereka ke sini untuk mengobati Papi, mengendalikan kondisinya dulu.
Meskipun tidak bisa sembuh, tapi saat bertemu kondisi darurat, mereka bisa mengatasinya. Itu lebih baik
daripada tidak melakukan apa–apa, ‘kan?”
Tracy mengatakan pemikirannya sendiri.
“Ya. Kalau begitu, Mami pergilah.” Carlos mengangguk, “Jangan cemas, ada aku di rumah.”
“Mami akan mendiskusikannya dengan Papi malam ini.” Tracy memeluknya, “Baiklah, yang patuh,
makanlah camilan dulu, baru lanjutkan. Jangan sampai kelelahan. Mami akan turun.”
“Baik, Mami.”
Tracy baru saja turun, Daniel sudah pulang. Begitu masuk ke rumah, dia langsung dikelilingi oleh
beberapa bocah cilik karena dia membawa banyak makanan ringan yang enak, juga banyak boneka
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtkain yang cantik.
“Wah, cantik sekali!” Ketiga bocah cilik berseru dengan gembira, “Paman, apakah ini untuk kami?”
“Benar, hadiah untuk kalian, selamat bertamu di rumah Paman.”
Daniel membungkuk, mengelus kepala kecil mereka dengan lembut.
“Terima kasih, Paman!”
“Carla, Carles, kalian juga pilihlah, lihat apa ada yang kalian suka.”
Daniel memanggil Carles dan Carla.
“Tidak perlu. Aku seorang lelaki, tidak bermain dengan mainan anak perempuan, juga tidak suka makan
makanan ringan.”
Carles membusungkan dada, berlagak seperti seorang pria sejati.
“Hahaha!” Daniel tertawa keras, “Papi akan menemanimu bermain bola malam ini.”
“Oke, oke!” Carles terus mengangguk.
“Tidak bisa!” Terdengar suara Tracy yang sedikit otoriter, “Papi harus menemani Mami malam ini. Carles,
yang patuh, bermainlah dengan Kak Hartono.”
“Baiklah, menemani Mami lebih penting.” Carles mengedipkan mata pada Daniel dengan sangat
pengertian, “Papi, harus menemani Mami dengan baik.”
“Haha, dasar bocah!”
Daniel mencubit wajah kecilnya, tertawa lepas.
Mungkin dua hari ini adalah masa di mana dia tertawa paling banyak selama hidupnya, suasana hatinya
sangat cerah, merasa sangat gembira saat melihat apa pun.
Melihatnya begitu gembira, hati Tracy malah merasa sedih.
Dia selalu merasa bahwa Daniel mencari kegembiraan di tengah penderitaan. Sekarang waktunya
berkurang dari hari ke hari. Kalau terus seperti ini, takutnya benar–benar akan kehilangan dia
selamanya……
“Ada apa?” Daniel menoleh, melihat Tracy sepertinya banyak beban pikiran. Dia mencubit pipinya
dengan lembut, “Tidak membelikan mainan untukmu, maka tidak senang?”
“Cih!” Tracy tersenyum malu–malu, merangkul lengannya seperti biasa, “Kenapa hari ini pulang begitu
awal?”
“Merindukanmu~” Daniel mendekat dan menciumnya.
“Astaga, sungguh memalukan.” Carla berlari pergi sambil menutup mata.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Hahaha……” Carles juga tertawa dan berlari keluar untuk bermain.
“Di depan anak–anak…… Um……”
Tracy baru saja mau mendorong Daniel, malah sudah dicium olehnya.
Daniel merangkul pinggangnya dengan satu tangan, satu tangan yang lain memegang wajahnya,
menciumnya dengan penuh cinta.
Tapi ciuman ini hanya berlangsung beberapa detik. Di ruang tamu, ada begitu banyak orang yang
melihat, Tracy gugup sampai tidak bisa bernapas.
“Kembali ke kamar.” Daniel menggigit telinganya, berbisik dengan intim, “Ada yang ingin aku katakan
padamu……”
“Ya.” Tracy mengangguk dengan wajah memerah, “Kebetulan aku juga ingin mengatakan sesuatu
padamu.”
Keduanya naik ke atas sambil bergandengan tangan.
Para pelayan dan pengawal merasa sangat iri saat melihatnya, juga merasa senang untuk mereka.
Setibanya di kamar, Daniel mengeluarkan setumpuk dokumen, memberikan sebuah pena padanya,
langsung memerintah: “Tanda tangan.”
“Apa ini?” Tracy ingin melihatnya.
Tapi Daniel malah menekannya dengan tangan, mendesaknya: “Cepat tanda tangan!”