- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1594
“Ternyata seleramu seperti itu…”
Billy tersenyum menggoda dan berdiri menutup lampu.
Ruangan itu menjadi gelap gulita dalam seketika, saat Billy menoleh kepala, ia tak melihat Tracy di sofa.
Ia melihat sekeliling, juga tak melihat sosok orang…
“Hehe, bermain petak umpet denganku?” Billy menyeringai nakal, “Sayangku, jangan sembunyi lagi.
Kamu tak akan bisa lari….”
Setelah bicara, ia mencari Tracy dengan antusias…
Tracy bersembunyi di belakang lemari alkohol sambil memandang Billy dengan panik. Mungkin karena
waktu terlalu pendek, obatnya masih belum beraksi, selain itu orang dari Danny pun belum datang. Ia
harus mengulur waktu.
“Sayangku?” Billy masih mencari Tracy di dalam ruangan itu, ia bicara dengan nada menggoda, “Cepat
keluar, jangan sembunyi lagi.”
Walaupun ruangan itu besar, tetapi tidak ada tempat untuk bersembunyi. Dengan cepat, Billy tiba di
lemari alkohol.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtTracy ingin melarikan diri, namun tangannya berhasil dipegang Billy. Ia menekannya ke dinding dan
menangkup wajahnya. “Masih ingin melarikan diri? Mau ke mana?” ucapnya dengan suara rendah.
“Lepaskan aku….”
Tracy tak berhenti meronta, ia benar-benar menolak disentuh pria lain.
“Kamu tak bisa melarikan diri.” Billy memegang wajahnya, memaksa wajahnya melihat ke arahnya,
“Tracy, kamu adalah wanitaku!!!”
Setelah bicara, ia hendak menciumnya…
Pas di saat ini, terdengar suara berisik di luar. Ada orang menabrak pintu.
Billy menghentikan aksinya untuk sesaat, “Boy, kalian semua sudah mati?”
Pengawalnya tak menanggapi. Ia terpaksa melepaskan Tracy dan pergi memeriksa…
Di saat ini, di bagian jendela ada suara. Tracy menoleh melihat, Danny sudah menyeludupi gadis
berpakaian rok hitam yang memiliki perawakan tubuh sama seperti Tracy. la lekas memberi kode pada
Tracy.
Tracy lekas keluar lewat jendela dan bersembunyi di balik jendela.
Di saat bersamaan, Billy membuka pintu dan melihat beberapa pemabuk sedang berbuat onar di luar.
Kedua pengawalnya sedang mengatasi mereka.
Dua gadis mabuk lainnya menggunakan sepatu hak tinggi mereka mengetuk pintu ruangan. Ketika
melihat Billy keluar, mereka menjatuhkan diri ke badannya…
“Enyah!” Billy mendorong mereka dengan jijik, lalu memarahi pengawal, “Kalian ingin mati?”
“Baik, Presdir Daniel.”
Kedua pengawal segera membereskan gadis pemabuk itu dan kembali menjaga pintu.
“Jaga baik-baik.” Billy memelototi mereka dengan dingin, “Jangan mengganggu hal baikku.”
“Baik.” Kedua orang itu menundukkan kepala dan tak berani bicara lagi.
Malam ini adalah momen spesial, Billy tak bisa membawa pengawal lainnya. Ia terpaksa membawa dua
orang kepercayaannya ini. Karena jumlahnya sedikit, mereka sulit menghadapi hal kecil seperti ini.
Billy kembali ke kamar, lalu mengunci pintu kamar.
Sekarang, ia merasa tubuhnya bergairah, ada darah mendidih yang mengalir dari perut ke bagian
kepalanya, sekujur tubuhnya seperti terbakar api, sangat gerah…
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmIa membalikkan badan dan melihat “Tracy” yang sedang meringkuk gemetaran di atas sofa. Ia semakin
tak sabar, “Sayangku, aku datang…”
la menerjang bagaikan serigala kelaparan. Menciumnya dengan liar dan melampiaskan segala hasrat
dan keinginannya.
Awalnya wanita itu bersikap pasif, tetapi dengan cepat ia mengikutinya…
Dalam kamar itu terdengar suara gairah dan panas, seperti api yang membara.
Dari luar jendela, Tracy meyakini rencananya berhasil. Ia lekas menarik Danny pergi….
Dan tiba di sebuah ruangan kecil kosong. Tracy bertanya dengan suara rendah, “Bagaimana dengan
wanita itu? Apa bisa diandalkan?”
“Anda tenang saja, pasti bisa diandalkan.” Danny berkata dengan yakin, “Aku sudah membantunya
banyak hal, ia berhutang budi padaku. Kali ini juga memberikannya uang, ia tentu saja menerima
penawaran ini. Aku juga sudah menjelaskan kondisinya padanya, ia tahu harus berbuat apa.”
“Baguslah kalau begitu.” Tracy menghela napas, “Kamu bantu awasi dia, jangan sampai ketahuan.
Kalau tidak, kita benar-benar akan gagal.”
“Nanti aku jaga di sana dan pasti akan membereskan hal ini untukmu.”