- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1602
“Mami, Mami…. Biti masuk ke dalam pelukan Dewi sambil menangis, “Mami, Tini terluka, sekarang ia
dalam bahaya….”
“Apa?” Dewi terkejut, memegang wajah Biti sambil bertanya dengan buru–buru, “Kenapa Tini bisa
terluka? Siapa yang melakukannya? Mana Bibimu? Ia tidak melindungi kalian?”
“Orang jahat menculik kami, lalu melepaskan kami, tapi Tini jatuh dan terluka. Kak Carlos dan Kak
Carles sampai sekarang masih belum ditemukan. Akhir–akhir ini Bibi juga ditindas orang
lain…”
“Baiklah, Mami tahu.” Dewi buru–buru bertanya sebelum Biti selesai bicara, “Tini ada di mana? Cepat
bawa Mami ke sana?”
“Di ruang medis lantai satu.”
Dewi menggendong Biti, lalu menyelinap ke ruang medis lantai satu melalui jendela. Ia menemukan Tini
yang tak sadarkan diri dengan cepat.
Di saat ini, Paula dan dua orang perawat sedang menjaga Tini di ruangan itu.
Dua orang perawat itu sudah tertidur.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtPaula sedang menggunakan handuk basah mengelap tubuh Tini. Ketika melihat Tini yang kesakitan,
Paula berkata dengan suara serak, “Tini jangan takut, Bibimu sedang memikirkan cara. Entah apa pun
caranya, ia pasti akan mengantarmu ke rumah sakit.”
Dewi melihat adegan itu dari luar jendela. Kerutan di keningnya melonggar sedikit, tampaknya. orang–
orang di sini tulus memperlakukan putrinya.
“Kak Paula…” Biti memanggil secara spontan.
Paula menoleh kepala secara spontan, Dewi lekas meluncurkan sebuah jarum perak dan mendarat di
leher Paula. Paula pingsan perlahan–lahan di samping ranjang, handuk basah masih ada di
tangannya…
Biti yang belum berumur tiga tahun sama sekali tidak terkejut atau ketakutan melihat adegan ini.. Ja
sudah terbiasa melihatnya, malahan ikut membantu menarik tirai jendela dan masuk bersama ke ruang
medis.
Dewi mengeluarkan sebuah sapu tangan dan menyeka bawah hidung dua perawat itu. Leher perawat itu
pun menurun dan tak sadarkan diri.
Biti sama sekali tak melihat, ia pergi mengunci pintu kamar dan menutup jendela, lalu menarik. tirai
jendela…
Sedangkan di sisi lain, Dewi sudah mulai memeriksa Tini.
Kira–kira satu jam kemudian, Dewi masih mengobatinya. Dari luar terdengar suara mobil, lalu terdengar
suara Tracy, “Mana Paula? Panggil dia siap–siap, besok pagi kita antar Tini ke Rumah Sakit Prima.”
“Kak Paula ada di dalam, aku akan segera memanggilnya.”
“Nona Tracy, apa Rumah Sakit Prima akan menerima Tini?” Ada seorang pengawal yang bertanya.
“Bukankah seluruh rumah sakit telah dikendalikan oleh keluarga Amberson dan keluarga Wallance?
Mereka bahkan tak bersedia menerima Tini dan Ryan?”
“Benar, awalnya sudah dirawat baik–baik di tempat Dokter Lily, tapi diusir paksa.”
“Bukan diusir, tapi orang–orang itu ingin melakukan hal jahat pada mereka. Demi melindungi Tini dan
Ryan, Dokter Lily melanggar perintah dan meminta kita menjemput mereka pulang dulu.”
“Tenang saja, sudah diatur.” Suara Tracy agak kelelahan.
“Nona Tracy sudah berjuang keras. Ia pergi mencari Paman Sanjaya dan mencari orang itu, akhirnya
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmberhasil mengatasi masalah ini.” Naomi menambahkan, “Pergi siapkan air untuk Nona Tracy, agar Nona
Tracy bisa berendam dan tidur sejenak. Beberapa hari ini ia tidak tidur dengan baik. Oh, ya minta bagian
dapur siapkan walet.”
“Baik.”
Ketika mendengar ucapan ini, kening Dewi berkerut. Ia merasa aneh, bukankah Tracy kepala keluarga
Wallance? Kenapa keluarga Wallance malah berani melawannya? Dan juga siapa keluarga Amberson
itu?
Dewi tidak suka perang dalam bisnis, juga tidak suka menonton berita. Jadi, ia sama sekali tidak tahu
opini publik akhir–akhir ini….
“Tok, tok!”
Di saat ini, terdengar suara ketukan pintu ringan dari luar, “Kak Paula, kamu ada di dalam?”
“Iya.” Dewi menjawab dengan meniru suara Paula.
“Nona Tracy minta Anda bersiap–siap dulu, besok pagi–pagi sekali, antar Tini ke Rumah Sakit Prima.
Pengawal wanita di luar bicara.
“Baiklah.” Dewi menjawab, lalu lanjut mengobati Tini.
Pengawal wanita itu merasa ada yang aneh, ia hendak mendorong pintu memeriksa…