- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1603
Biti lekas mendekat membuka pintu, pengawal wanita itu terkejut, “Biti, kenapa kamu bisa di sini?”
“Aku tidak bisa tidur, jadi menemani Tini di sini.” Biti mengulurkan kepala dan berkata dengan sedih.
“Kak Paula sedang mengelap tubuh Tini, sebelumnya Tini kesakitan, dan sekarang baru. tertidur.”
Pengawal wanita itu mendongak, cahaya memproyeksi sosok di belakang kain medis. Sosok itu. sedang
sibuk di samping ranjang, tampaknya Paula sedang menjaga Tini.
“Ah, maaf, maaf. Apa aku mengganggu kalian?” Pengawal wanita lekas berkata, “Biti, apa kamu ingin ke
lantai atas istirahat? Kamu masih kecil, tidak boleh bergadang.”
“Tidak, aku ingin tidur di sini. Kak Paula juga sudah setuju.” Biti menjawab dengan lancar, “Kakak,
istirahatlah, selamat malam.”
“Oke, selamat malam.” Pengawal wanita pun keluar.
Ketika Biti menutup pintu, tak lupa melambaikan tangan kepada Naomi yang sedang lewat, “Kak Naomi
telah bekerja keras, istirahat lebih awal, ya.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Biti, kenapa belum tidur semalam ini?” tanya Naomi merasa aneh.
“Biti ingin menemani Tini….” Pengawal wanita itu menjelaskan.
Biti menutup pintu dan menguncinya kembali, lalu ia kembali ke sisi Maminya.
Adegan tadi sangat alamiah dan natural. Siapa yang menduga seorang anak berumur dua tahun. lebih
bisa berbohong? Dan keterampilan aktingnya begitu bagus.
Sedangkan Dewi terus bersikap tenang sejak awal hingga akhir. Tidak buru–buru dan tidak
mendapatkan pengaruh dari luar sama sekali.
Karena ia tahu, Biti akan membantunya untuk mengatasi orang–orang itu.
la terus mengobati Tini dan selesai setelah setengah jam berlalu.
Di saat ini, terdengar langkah kaki dari luar dan suara Tracy berbicara, “Aku ingin melihat Tini.”
“Nona Tracy, barusan Biti bilang Tini sudah tertidur.” Pengawal wanita yang berjaga di luar berkata,
“Lebih baik Anda istirahat lebih awal, Anda sudah kelelahan berhari–hari.”
“Bagaimana bisa aku istirahat?” Hati Tracy sangat cemas, “Kakak menyerahkan tiga anak padaku, tapi
aku malah tidak menjaganya dengan baik, malah membuat mereka terluka. Aku sebagai Bibi mereka,
huh…
Ketika mendengar ucapan ini, Tabib Dewa mengernyitkan kening dan bergumam, “Kamu memang
melalaikan tugas sebagai Bibi mereka.”
“Mami…”
“Nona Tracy, jangan berkata demikian.” Pengawal wanita buru–buru menenangkannya, “Anda sudah
berusaha, akhir–akhir ini banyak yang terjadi. Anda sendiri harus menanggung satu keluarga besar.
Sekarang Carlos dan Carles juga belum ditemukan…”
“Sudahlah, kamu mundurlah.”
Tracy tak banyak bicara lagi, ia mengulurkan tangan menjangkau gagang pintu.
Di sisi lain. Dewi sudah menyimpan jarumnya. Ia melirik pintu, kemudian berjongkok berbisik di telinga
Biti, lalu menyelinap keluar dari jendela…
Tracy mendorong pintu masuk ke dalam, ia merasakan tiupan angin masuk dari jendela. Tirai jendela
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmpun masih bergerak perlahan–lahan.
la terkejut di dalam hati, lalu buru–buru mendekati ranjang dengan sikap waspada…
Ia melihat Tini tertidur lelap di ranjang, Paula dan kedua perawat juga tertidur lelap. Malahan Biti sedang
menggunakan handuk basah mengelap tangan Tini.
“Biti?” Tracy memandang Biti dengan kebingungan, “Kamu terus berada di sini?”
“Benar, Bibi.” Biti menganggukkan kepala dengan tenang.
“Barusan apa ada orang yang masuk?” Tracy merasa ada yang aneh.
“Ada, seekor kucing melompat ke dalam. Aku sudah mengusirnya keluar.”
Biti sama sekali tak mengedipkan mata saat berbohong, ia sangat tenang.
“Oh.” Tracy percaya pada ucapannya. Jika ada kucing memang hal yang wajar.
Ia tak lagi curiga, hanya menepuk pundak Paula, “Paula, Paula!”
Paula masih tak sadarkan diri, ia sama sekali tak merespons.
“Bibi, biarkan Kak Paula tidur sebentar. Ia sudah menjaga Tini semalaman, benar–benar sangat lelah…”
Biti berbicara dengan perhatian, “Bibi juga pergi tidurlah, barusan aku memberikan Tini obat pil yang
ditinggalkan Mami. Sekarang Tini sudah agak baikan, mungkin besok ia akan membaik.”