- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1605
“Hehe, tas Biti selalu penuh dengan permen, tak disangka di dalamnya juga ada pil yang bisa
menyelamatkan nyawa.”
Naomi berkata dengan spontan.
Tracy tak bicara apa pun, lalu berjalan keluar dengan tenang.
Di saat ini, Dokter Heidy sedang memarahi dua perawat di lantai bawah, “Menyuruh mereka kemari
untuk menjaga anak, mereka malah tertidur. Tidur begitu nyenyak pula, dipanggil pun tak bangun.”
“Berani sekali.” Naomi baru saja keluar dari kamar dan mendengar ucapan itu, “Atau kita ganti orang
besok?”
“Kamu pergi lihat Paula, dia sudah bangun belum?” perintah Tracy.
“Paula mungkin kelelahan, beberapa hari ini ia terus menjaga anak siang dan malam…” Naomi. mengira
Tracy marah dengan Paula, jadi ia lekas menjelaskan, “Aku akan memberinya pelajaran
nanti.”
“Coba kamu periksa, apa di lehernya ada bekas jarum?” suara Tracy rendah.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Hah?” Naomi tercengang, “Bekas jarum?”
“Pergilah.” Tracy tak banyak bicara.
“Baik.” Naomi lekas memeriksa dan melapor kembali dengan cepat, “Ternyata memang ada sebuah
bekas jarum kecil, sekarang ia masih tak sadarkan diri. Kedua perawat sudah sadarkan diri. Barusan
aku tanya, mereka berdua sama sekali tidak tahu, hanya bilang terlalu capek dan. ketiduran di atas
kursi…”
Naomi menjelaskan situasi dan bertanya dengan curiga, “Nona Tracy, jangan–jangan ada yang
menyelinap masuk?”
“Aku curiga si Tabib Dewa.” Hatinya agak bersemangat, “Seharusnya ia datang menyelamatkan.
Tini.”
“Benarkah?” Naomi sangat terkejut.
“Hanya pemikiranku, belum pasti…”
“Tok, tok!”
Di saat ini, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Tracy menjawab, “Masuk!”
Anne masuk dan berkata dengan antusias, “Barusan Dokter Heidy pergi melihat Ryan, katanya jari
tangan Ryan juga bergerak.”
“Hah?” Naomi tercengang hingga membelalakkan mata. Lalu, ia melesat pergi.
Tracy juga ikut melihat, Heidy masih memeriksa Ryan untuk memastikan….
Naomi berdiri di samping, kedua tangannya mengepal. Ia menunggu dengan cemas dan gugup.
Tracy juga sedang mengawasi keadaan Ryan.
Beberapa saat kemudian. Heidy melepaskan stetoskopnya dan mengumumkan dengan gembira, “la
benar–benar menunjukkan tanda sadarkan diri. Walaupun hanya satu jarinya yang bergerak sejenak,
tapi keadaannya sudah jauh lebih baik.”
“Bagus sekali!” Naomi menangis gembira.
“Terima kasih. Dokter Heidy.” Tracy juga sangat gembira.
“Aku merasa anch…” Dokter Heidy agak kebingunan, “Berdasarkan logika, pengobatan dariku tak begitu
efektif, seharusnya tidak ada perkembangan, tapi hari ini ia tiba–tiba membaik.”
“Langit telah membuka mata, terima kasih langit.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmNaomi tak berpikir banyak, ia sangat bahagia dan semangat ketika tahu Ryan akan sadarkan diri.
“Benar sekali, pasti langit telah membuka mata. Demam Tini telah turun, Ryan juga membaik, bagus
sekali.” Cecil dan Anne juga sangat bahagia.
“Demam Tini turun bukan karenaku, seharusnya obat yang ditinggalkan Maminya itu.” Dokter Heidy
berkata, “Oh, ya, Nona Tracy, apa sudah tanya padanya? Apa obatnya masih ada?”
“Tidak ada lagi, tapi….” Tracy menyunggingkan senyuman, “Tini pasti membaik.”
“Kalau begitu, besok pagi masih harus mengantarkan Tini ke rumah sakit?” tanya Cecil.
“Tidak usah, di rumah saja.” Tracy sangat tegas, “Karena demamnya sudah turun, maka tak perlu ke
rumah sakit lagi. Bagaimanapun, di sana juga belum tentu aman.”
“Tapi rumah kita kekurangan alat medis. Aku tak bisa melakukan perawatan selanjutnya.” Heidy berkata
sambil mengernyitkan kening. “Jika demamnya turun hanya untuk sementara, dan malam ini demamnya
naik lagi, bagaimana?”
“Awasi lagi, jika masih demam, baru kita antarkan ke rumah sakit.” Tracy menenangkannya, “Cuaca
semakin dingin, Anda pergilah istirahat.”
“Baik, aku istirahat dulu, jika ada apa–apa, panggil aku.”
“Terima kasih!”