- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1609
“Namanya siapa tak penting, yang penting istrimu sedang ditindas orang lain sekarang. Anakmu diculik,
aset keluarga Wallance pun akan ditelan orang lain…”
Ketika memikirkan ini, Dewi terdiam dulu, lalu lanjut marah–marah…
“Tidak, aku membahayakan nyawaku karena membawamu kabur kemana–mana, menghabiskan waktu
dan tenagaku untuk merawatmu. Itu semua demi tagihan perawatan yang mahal itu. Jika kamu jatuh
miskin, dari mana aku mendapatkan uang?”
“Jadi, kamu harus membantuku.” Daniel tiba–tiba berbicara.
“……” Dewi tertegun, beberapa saat kemudian baru bereaksi, “Aku membantumu? Apa maksudmu?”
“Selama kamu membantuku, kamu baru bisa mendapatkan tagihan perawatan mahal itu.” Jalan
pemikiran Daniel sangat jernih, “Dan artinya, kamu dapat berkumpul secepatnya dengan anakmu! Benar
‘kan, Tabib Dewa!”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Bagaimana kamu bisa tahu aku adalah Tabib Dewa?” Dewi agak terkejut.
“Aku tak hanya tahu kamu Tabib Dewa, aku juga tahu kamu adalah wanitanya Lorenzo, Mami dari Tini,
Wini, Biti!”
Tubuh Daniel sekarang sangat lemah, ia agak sulit berbicara, tetapi ketika mengerutkan kening, ia masih
terlihat dominasi dan bijaksana.
“Kamu jangan asal bicara, aku bukanlah wanita si brengsek itu. Aku sama sekali tak ada hubungan
dengannya.” Dewi agak marah dan buru–buru, “Tapi, kenapa kamu bisa tahu?”
“Barusan kamu bilang anakmu juga ikut terlibat dan bilang Tiniku terluka… Ini sudah bisa
membuktikannya.”
Daniel mengernyitkan kening, ia merasa sedang bicara dengan wanita ber–IQ rendah.
Tabib Dewi ini tampak pintar, tetapi kenyataannya… IQ–nya lebih rendah daripada Tracy.
“Tidak, semua orang mengira aku adalah pria paruh baya. Hampir tak ada orang yang mengetahui
identitas asliku. Kenapa kamu bisa tahu?
Babkan Tracy saja yang sudah mencariku lama, juga mencari dokumen dari Tabib tua sana, masih tidak
tahu. Pada akhirnya, anakku–lah yang meninggalkan petunjuk, baru ia tahu…
Kenapa, kenapa kamu bisa tahu??”
Dewi agak antusias, ia sama sekali tak menduga Daniel bisa begitu cepat menebak identitasnya, di saat
bersamaan, ia merasa IQ–nya telah dihancurkan olehnya.
Mau tak mau ia merasa malu dan marah.
Daniel menutup mata, lalu berbicara dengan sabar, “Ini tidak penting, yang terpenting adalah kamu
harus membantuku.”
“Kenapa aku harus membantumu?”
Nada bicara Dewi tak hanya keras, ia juga melempar jamur dan mengenai kepala Daniel.
“Selama kamu membantuku, kamu baru bisa mendapatkan uang perawatan itu.” Daniel benar–benar
menahan diri agar tetap sabar, “Setelah kamu mendapatkan uang itu, kamu baru bisa membawa anak–
anakmu pergi bersembunyi!”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Kamu…” Dewi semakin terkejut, “Bagaimana kamu bisa tahu…”
“Melihat rumah ini, berarti kamu tak tertarik dengan barang materi. Mengenai kenapa memerlukan
banyak uang, tentu saja uang itu ingin kamu berikan pada anakmu.
Selain itu, aku sakit seperti ini hanya akan menjadi beban. Kamu bisa membawaku mencari istriku dan
merawatku di bawah perlindungannya. Dengan begitu, pasti kamu bisa lebih santai.
Tapi kamu tidak melakukannya, kamu lebih bersedia membawaku ke mana–mana dan tak bersedia
mencarinya. Ini berarti kamu tak ingin Lorenzo menemukanmu.
Ini berarti kamu ingin meninggalkan keluarga Moore. Kamu ingin membawa anak–anak dan hidup
sendiri..”
Daniel menganalisa dengan tenang, “Yang kukatakan benar, ‘kan?”
“Mereka semua bilang kamu cerdas, tampaknya memang benar…” Dewi memincingkan mata dan
memelototi Daniel dengan tak senang, “Coba katakan, bagaimana aku bisa membantumu?”
“Carikan aku ponsel dan laptop.” Daniel memerintah dengan jelas, “Lalu, lekas sembuhkan penyakitku!”
“Ponsel dan laptop mudah.” Dewi sedang mengaduk sup dalam panci batu, “Tapi menyembuhkanmu,
aku juga ada kesulitan, mungkin harus pergi ke Kota Tua mencari si Tabib tua itu.”