- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1682
“Kamu akan tahu setelah menghitungnya.” Daniel tidak langsung menjawabnya, “Jika tidak cukup, aku akan
menyuruh orang untuk mengambilnya lagi.”
“Aku malas menghitungnya, simpan dulu saja.” Dewi sudah sangat gembira saat melihat uang yang begitu
banyak, “Begitu banyak uang, sudah cukup untuk kugunakan bersama anakku seumur hidup ini, hahaha...”
Tampak senyum samar di wajah Daniel saat melihat wanita itu tertawa begitu gembira.
Tidak dibayangkan bagaimana sosok dingin seperti Lorenzo bisa dibuat luluh oleh monster cilik
ini...
“Semua uang ini adalah milikku, semuanya milikku.”
Dewi memeluk koper itu dengan erat, tetapi koper itu terlalu besar untuk sepasang tangannya.
“Ya, ya, semuanya milikmu, tidak ada orang yang akan merebutnya darimu.” Daniel menatapnya sambil
tersenyum, “Mobil itu juga untukmu, masukkanlah uang itu ke dalam mobil dan
bawalah...”
Daniel menunjuk ke arah Thomas, “Dia akan menyiapkan tempat tinggal untukmu.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Benarkah? Mobil ini untukku?” Dewi sangat gembira saat melihat Aston Martin model terbaru ini, “Mobil ini
terlihat lumayan, hanya saja, sedikit lebih kecil, aku suka mobil yang besar.”
“Pakai saja dulu. Nanti jika ada kesempatan, kamu datanglah ke garasi mobilku, pilih sendiri.” Daniel sudah tidak
sabar ingin pergi ke rumah sakit, “Aku sudah harus ke rumah sakit, istirahatlah dengan baik setelah pulang ke
rumah, jika ada apa pun, telepon aku. Jangan menakuti orang dengan membawa burung hering itu.”
“Thomas, berikan nomor baruku padanya.”
“Baik, Tuan Daniel.” Thomas menganggukkan kepala, “Nona Dewi, silakan!”
“Panggilan ini sangat aneh.” Dewi menatap kesal pada Thomas, “Panggil aku Tabib Dewa, atau panggil saja aku
Tuan Dewi!”
Muncul keringat di dahi Thomas, sosok yang disebut monster ini jauh lebih sulit dilayani daripada Nona Tracy.
Dewi memeluk uangnya, lalu melemparkan ke dalam Aston Martin, dia menghidupkan mobil itu dengan tidak
sabar, lalu membawanya pergi.
Thomas yang belum sempat menutup pintu hampir saja terlempar dari mobil, untung saja dia cukup cekatan
dan segera menaiki mobil itu.
Saat melihat mereka yang pergi menjauh, Daniel pun memberi perintah, “Jalan!”
“Baik.” Hartono mengemudikan mobil ke rumah sakit. Saat di perjalanan, dia tidak bisa menahan diri untuk
bertanya, “Tuan Daniel, apa Anda berencana membiarkan Tabib Dewa tinggal di Vila Sisi Selatan?”
“Hm.” Daniel menganggukkan kepalanya, “Biarkan dia tinggal di sana untuk sementara waktu. Seharusnya
Lorenzo tidak akan bisa menemukannya dalam waktu singkat.”
“Takutnya tidak akan mudah merebut anak-anak dari tangan Tuan L.” ujar Hartono berhati- hati, “Kudengar dari
Paula, sepertinya Tuan L terluka dan sedang menunggu Tabib Dewa kembali untuk mengobatinya.”
“Apa?” Daniel sangat terkejut, dia sama sekali tidak terpikirkan hal ini.
“Namun, saat Kak Thomas melihat Tuan L. hari ini, Tuan L terlihat biasa saja, tidak seperti sedang terluka.”
Hartono sedikit bingung, “Apa Iuka dalam?”
“Mungkin saja...”
Daniel sedang mempertimbangkan, jika L. benar-benar terluka, takutnya hal ini akan sangat sulit untuk
diselesaikan.
Dengan kondisinya saat ini, setidaknya membutuhkan pengobatan selama sebulan barulah bisa pulih.
L tidak mungkin akan membiarkan Tabib Dewa tinggal di Kota Bunaken begitu lama.
Daniel merasa sangat bingung saat memikirkan hal ini. Semua masalah di dunia ini mudah untuk diselesaikan,
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmkecuali merebut sesuatu dari tangan Lorenzo!
Namun Daniel tahu, mungkin hanya Tracy yang bisa menyelesaikan masalah ini.
Bagaimanapun, sedikit banyak Lorenzo akan mendengarkan adiknya itu.
Meski tetap akan menyimpan kekesalan pada Daniel, adik iparnya.
“Harus bagaimana?” tanya Hartono dengan suara pelan, “Atau aku tanya pada Paula, lihat apakah dia punya
saran yang lebih baik?”
“Kamu tidak perlu mencemaskan hal ini.” Daniel menatap ke arahnya, “Rawat saja luka di kakimu dengan baik.”
“Oh, baik.” Hartono tidak berani berbicara lebih banyak lagi.
“Mengemudilah lebih cepat.”
“Baik.”
Sekarang sudah malam, Kota Bunaken tampak gemerlapan.
Namun, Daniel tidak berselera menikmati pemandangan ini, dia hanya ingin segera sampai ke rumah sakit dan
bertemu Tracy lebih awal.
Dia berharap dialah yang pertama kali dilihat Tracy saat sadar.
Dia lebih berharap, kelak dialah yang dilihat Tracy tiap kali membuka mata setiap hari...