- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1686
Sekelompok ular itu mengangkat kepala mereka dan mengangguk padanya, lalu berdiri mengawal di sekitar
tumpukan uang.
Dewi akhirnya menghembuskan napas lega. la melompat ke luar jendela, lalu pergi dengan tergesa-gesa.
Tidak jauh dari sana, Thomas yang sedang duduk bersandar di atas pohon dan mengawasinya melalui teropong
pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan menghela napas, “Jelas-jelas ada tangga, malah melompat ke luar
jendela. ”
Merasa ada cahaya yang tertuju padanya, ia bergegas menurunkan teropongnya dan segera melarikan diri.
Dewi tidak mengendarai mobilnya, tetapi berjalan masuk ke dalam hutan. la menemukan van usangnya, lalu
mengemudikannya menuju perkarangan Vila Sisi Selatan.
Tak lama kemudian, ia mengeluarkan setumpuk barang yang aneh dari dalam vannya dan memasukkannya ke
dalam tas ransel. Setelah itu, ia kembali menuju vila dengan tas ransel di punggungnya sambil membawa seikat
karung.
“Hahaha. Dengan adanya tas ransel ini, tidak ada yang perlu kutakutkan.”
Dewi meletakkan ransel itu di sampingnya, lalu membuka karungnya dan memasukkan seikat demi seikat uang
ke dalam karung itu...
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Begitu banyaknya tenaga yang dikeluarkan hingga akhirnya karung-karung itu dapat terisi penuh. Semuanya
berjumlah lima kilogram, dan terasa berat sekali.
Dewi terengah-engah sejenak. la meletakkan kedua karung yang berisi uang itu di samping tempat tidur, baru
akhirnya ia berbaring beristirahat.
la masih merasa begitu lelah, namun amarahnya kembali meluap mengingat Lorenzo bajingan itu yang telah
merebut hartanya. Semakin ia teringat bagaimana kelakuan Lorenzo terhadapnya selama ini, amarahnya pun
semakin meledak-ledak. la menggertakkan giginya dan berkata——
“Lorenzo, dasar bajingan! Berani-beraninya kamu meremehkanku! Aku akan menghancurkanmu dengan seluruh
uang ini! Cih!”
Lorenzo yang sedang berada di atas mobil pun bersin hingga beberapa kali. la mengernyitkan keningnya, “Pasti
wanita gila itu sedang mengumpatku.”
“Nona Dewi pasti akan segera menghubungi Tuan, ‘kan?” Jasper bertanya dengan hati-hati, “Anak-anak sudah
bersama kita. la pasti panik sekarang.”
“la punya banyak trik.” Lorenzo mengertakkan giginya dengan penuh kebencian saat
memikirkan Dewi, “Jika ia bisa menyerangku hingga seperti itu, apa lagi yang tidak mungkin dilakukannya?”
“Uh...” Jasper hanya menundukkan kepalanya, bahkan tidak berani menghembuskan napasnya.
“Mungkin saja sekarang ia memanfaatkan pengobatan untuk mengancam Daniel, memintanya untuk merebut
anak-anakku.” Lorenzo mengangkat alisnya dan tertawa mencibir, “Jika Daniel berani datang untuk
memprovokasiku, aku tidak akan segan-segan untuk mempermalukannya!”
“la adalah adik iparmu sendiri. Sebaiknya, Tuan berkomunikasi dengannya baik-baik...”
Sebelum Jasper selesai berbicara, Lorenzo langsung memelototinya.
Malam semakin larut. Mobil pun perlahan-lahan melaju ke Vila di pesisir pantai.
Begitu Lorenzo turun dari mobilnya, ia langsung mendengar tangisan ketiga anaknya: “Aku ingin Mami, aku ingin
Mami...”
“Aku ingin Bibi, aku ingin Bibi...”
“Aku ingin Kak Paula, aku ingin Kak Paula.......”
Lorenzo mengernyitkan alisnya. Apa ketiga anak nakal ini adalah karma yang sengaja dikirim oleh Ibu mereka
untuk menghukumnya?
Ingin bertemu Mami, Bibi, dan Kak Paula. Lantas, apa mereka tidak menginginkan ayah mereka sendiri?
“Aduh. Anak-anak, jangan menangis! Papi sebentar lagi pulang!”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Para pelayan di rumah itu pun tidak berhasil membujuk mereka.
Anak-anak itu berlari-larian di dalam ruang tamu, sama sekali tidak mendengarkan.
Hingga kaki para pelayan itu lemas dan pinggang mereka sakit, mereka masih tidak dapat menangkap anak-
anak itu.
Mereka pun satu per satu mulai mengeluh, wajah mereka dipenuhi kecemasan.
“Jangan ribut!” Saat itu juga, Lorenzo berjalan masuk ke dalam sambil berteriak. Ketiga anak itu pun segera
berhenti, serempak menoleh menatapnya.
“Ugh......”
Mata ketiga anak itu melebar, melihat Lorenzo seperti sedang melihat sebuah monster.
Tini terisak, lalu menutup mulutnya dengan tangan kecilnya, lalu bertanya pelan, “Apa ini
Papi?”
“Sepertinya iya.” Wini mendekat ke arah Lorenzo. Kedua tangannya menutup mulut kecilnya dan berbisik, “Dari
penampilannya yang menyeramkan itu, sepertinya benar-benar Papi!”
“Kalian tidak mengenali Papi?” Biti mengernyitkan alisnya tidak senang, “Meskipun sudah tiga bulan tidak
bertemu, tapi di dunia ini, satu-satunya pria bertubuh tinggi yang galak dan sedingin ini hanyalah Papi!”