- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1724
“Aku tidak tahu apa penyakitmu, aku hanya tahu kalau kamu sakit.” Daniel menjelaskan dengan santai,
“Pulihkan dulu kesehatanmu. Jangan menunda-nunda waktu untuk mengobati kondisimu.”
“la sudah lama sembuh.” ucap Dewi langsung.
“Hah? Secepat itu?” Tracy terkejut.
“Itu bukan penyakit parah. Sekali disuntik langsung sembuh
Ketika Dewi mengucapkannya, ia melirik Lorenzo. Tanpa sadar pipinya memerah.
“Oh, kalau seperti itu, sebaiknya kalian mendiskusikannya berdua.” Daniel yang memahami situasi sebenarnya,
tidak berbicara lebih banyak lagi, “Kalian tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa yang dikatakan oleh Kakak Ipar
itu benar. Aku sekarang juga masih hidup, setelah selesai mengurusi semua masalahku saat ini, aku bisa pergi
ke Negara Emron untuk menjalani pengobatan.”
“Kamu....” Dewi pun panik mendengarnya, “Aku tidak akan kembali ke Negara Emron.”
“Ini masalah antara kalian berdua. Kalian bisa merundingkannya, kami tidak akan ikut campur.” Daniel tidak
ingin terlibat dalam urusan mereka. “Infokan saja hasil diskusi kalian padaku. Nanti, apabila sudah tiba
waktunya, aku akan pergi menemuimu untuk menjalani pengobatan.”
Setelah mengatakannya, Daniel memutar kursi rodanya hendak beranjak pergi. Tracy pun bergegas mendorong
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtkursi rodanya..
“Hei, jangan pergi.” Dewi pun panik dan segera menghentikan kursi roda Daniel. la berkata dengan penuh
amarah, “Apa kamu tidak ingat janjimu padaku? Kamu bilang, selama aku membantumu, kamu akan
melindungiku, dan tidak akan pernah membiarkan bajingan itu membawaku pergi.”
Mendengar kata-kata itu, Lorenzo dan Tracy pun menatap Daniel.
“Oh, sepertinya begitu.” Daniel menepuk keningnya, “Aku hampir lupa!”
“Bajingan.” Dewi mengumpatnya dengan marah.
“Kakak Ipar.” Daniel menoleh menatap Lorenzo, lalu membujuk, “Hubungan yang dipaksakan tidak akan terasa
manis. Bagaimana kalua....”
“Aku tidak peduli terasa manis atau tidak, aku tidak akan melepaskannya.” jawab Lorenzo marah.
“Ugh...” Daniel pun kehabisan akalnya, dan meminta bantuan Tracy, “Sayang!”
“Siapa yang menyuruhmu main asal membuat janji sesmbarangan?” Tracy dengan kesal memarahinya, “Asal
kakakku dapat bersatu kembali dengan istrinya, itulah yang terpenting. Kenapa kamu malah ikut campur?”
“Ucapan istriku yang paling benar!” Daniel berulang kali menganggukkan kepalanya.
Dewi termangu, “Daniel, bukankah kamu pernah mengatakan kalau kamu adalah pengambil keputusan di dalam
keluargamu?”
“Benar. Aku adalah pengambil keputusan dalam keluargaku.” Daniel berkata dengan serius, “Tapi, istriku yang
mengambil seluruh keputusan yang menyangkut diriku! Aku mengurus rumah tangga, dan ia yang mengurusku.
Jadi, otoritas pengambilan keputusan akhir tetap di tangannya.”
“Kamu ....” Amarah Dewi pun meledak.
“Cukup.” Lorenzo merasa malas untuk menanggapi omong kosong itu, “lkut aku pulang.”
“Aku tidak akan kembali....” Dewi masih berusaha berjuang tanpa arah, “Bahkan, kalau kamu terus memaksaku
untuk kembali, aku akan melarikan diri.”
“Kamu....” Lorenzo menggertakkan giginya dengan marah, “Aku akan mematahkan kakimu. Lihat saja kamu bisa
lari ke mana.”
“Bahkan, seandainya kamu mematahkan kakiku, aku masih punya tangan. Saat kamu tidur, aku akan
menyuntikkan beberapa jarum lagi ke dalam tubuhmu, hingga kamu hidup segan mati tak
mau
Dewi menyipitkan matanya dan memelototinya dengan garang.
“Kamu pikir aku tidak bisa menanganimu?”
Amarah Lorenzo meluap-luap. la pun mengulurkan tangannya, hendak menggendong Dewi dan membawanya
pulang.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Mami, Mami ...."
Pada saat itu, ketiga anak kecil datang ke arahnya. Dewi mengambil kesempatan itu untuk meminta bantuan
mereka, “Tini, Wini, Biti! Papi kalian kembali menyiksa Mami lagi!”
“Papi jahat!”
Ketiga anak kecil langsung berlari dengan kaki pendek mereka. Mereka pun bergelantungan di kaki Lorenzo
seperti sebuah liontin, berusaha menggigit dan memukulnya.
Lorenzo mengernyitkan keningnya dengan tak berdaya.
la tidak dapat melakukan apa pun terhadap tiga monster kecil ini ....
“Anak-anak baik, ayo belajar berenang dengan Bibi.”
Tracy bergegas menarik ketiga anak itu pergi.
“Pergilah bersama Kakak Iparmu.” Daniel memintanya, “Aku ingin mengobrol berdua dengan Kakakmu.”
Tracy menatap Lorenzo.
Lorenzo tidak menolaknya, bahkan melepaskan Dewi.
Tracy pun membawa Dewi dan ketiga anak itu pergi.
Suasana di gazebo itu pun hening seketika. Malas berbicara terlalu banyak, Daniel langsung berterus terang.
“Sepertinya kamu memang tidak dapat menjinakkannya! Aku punya ide. Bagaimana kalau kamu
pertimbangkan?”