- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1725
Seandainya ini di masa lalu, Lorenzo pasti akan langsung memasang ekspresi menghina, lalu dengan dingin
menolaknya mentah-mentah.
Namun sekarang, alih-alih menolak niat baik Daniel, ia malah berpaling menatapnya, menunggunya untuk
menceritakan idénya.
“Sebenarnya, tidak baik jika kita terus mengekang setiap langkahnya. Bagaimana kalau membiarkannya tetap
tinggal di Kota Bunaken....”
“Kamu sebenarnya ingin ia tinggal di sini untuk mengobatimu, ‘kan?”
Lorenzo dengan dingin memotong ucapannya, tatapannya berubah suram.
“Memang ia dapat sekaligus mengobatiku.” Daniel tersenyum dan melanjutkan, “Tapi, bukan ini alasan
utamanya. Aku dapat menjamin kalau kamu mengikuti rencanaku ini, dua bulan kemudian, ia pasti akan
berinisiatif sendiri kembali ke Negara Emron untuk mencarimu.”
“Omong kosong!” Lorenzo sama sekali tidak memercayai kata-katanya, “Kamu tidak tahu betapa keras
kepalanya wanita itu.”
“Aku berani bertaruh.” Daniel mengangkat alisnya.
“Bertaruh apa?” Lorenzo menatapnya dengan penuh minat.
“Lima persen saham!” Daniel segera menjawab, “Kalau aku kalah, aku akan memberimu lima persen saham
Grup Wallance. Kalau kamu kalah, maka kamu harus memberikan Tracy lima persen sahammu.”
“Haha!” Lorenzo tertawa, “Baik! Sepakat!”
Percakapan di antara orang-orang intelektual selalu sederhana, tidak pernah berbelit-belit. Namun, Thomas
yang berjaga di samping mereka, paham betul bahwa lima persen saham dari Grup Moore ataupun Grup
Wallance, benar-benar tak ternilai harganya.
Terlebih lagi saat ini, kedua keluarga ini sedang dilanda kekacauan. Saham-saham ini begitu penting bagi
mereka.
Daniel berani bertaruh seperti itu, dengan jelas memperlihatkan bahwa ia begitu yakin dengan rencananya. Oleh
karena itulah, ia dapat menarik minat Lorenzo.
Namun, dari sudut pandang Jasper, hubungan Lorenzo dengan Dewi sudah benar-benar tidak ada harapan.
Namun, ia juga menyadari bahwa Daniel memang memiliki cara untuk menangani masalah hubungan keluarga
mereka. Terlebih lagi, ia terlihat begitu percaya diri hingga berani langsung bertaruh seperti ini.
Mungkin saja caranya itu dapat membuahkan hasil yang tidak terduga.
Tracy masih bermain dengan anak-anak di taman. Thomas mendorong Daniel di atas kursi roda dan
menghampiri mereka. Semua anak pun mengelilingi Daniel dan memanggilnya tanpa
henti.
“Papi, Papi!”
“Paman, paman ...."
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Anak baik!” Daniel membelai kepala anak-anak itu, lalu berbicara dengan lembut, “Kenapa kalian tidak pergi
berenang?”
“Cuacanya berangin. Bibi bilang sebaiknya kita main saja di taman bunga.”
“Benar juga. Anak baik!”
“Hei, bagaimana hasil diskusi kalian?”
Dewi bergegas bertanya.
“Sebaiknya kamu langsung menanyakannya langsung padanya.”
Daniel menatap Lorenzo yang perlahan-lahan berjalan mendekat.
“Pulanglah.”
Lorenzo menatap ketiga anaknya. Jasper bergegas membawa Tini, Wini, dan Biti naik ke atas
mobil.
“Mami ...."
Ketiga anak itu memandang Dewi. Kalau ia pergi, mereka baru mengikutinya pergi.
“Pulanglah.” ucap Lorenzo sambil menatap Dewi, lalu berbalik dan langsung naik ke mobil.
Jasper berjalan ke samping Dewi, dengan hormat mengisyaratkan ‘Silakan”.
“Apa maksudmu?” Dewi berubah cemas, “Daniel, apa kamu menjualku?”
“Jangan khawatir, kamu bisa kembali lagi besok.” Daniel tersenyum misterius, “Baik-baiklah menemaninya hari
ini.”
“Ugh Dewi tertegun sejenak, lalu sadar kembali, “Maksudmu, apa ia mengizinkanku untuk tetap di sini?”
Daniel mengangguk pelan.
“Kamu tidak berbohong padaku, ‘kan?” Dewi begitu gembira, namun masih tidak dapat memercayainya.
“Tanyakan saja padanya.” Daniel menunjuk mobil keluarga Moore.
Dewi bergegas bertanya, “Bajingan Moore, apa kamu benar-benar setuju untuk membiarkanku tinggal di sini?”
“Ya.” Lorenzo mengangguk, “Sekarang pulanglah dulu. Aku akan kembali ke Negara Emron besok, lalu aku akan
mengatur orang untuk mengantarmu kembali.”
“Bagus sekali!” Dewi bersorak gembira.
“Naiklah ke mobil!”
Tracy melihat konvoi keluarga Moore yang perlahan-lahan pergi, lalu menoleh menatap Daniel, “Apa itu benar?”
“Tentu saja.” Daniel memutar matanya, “Apa kamu masih bisa berbohong mengenai hal
semacam ini?”
“Bagaimana kamu dapat meyakinkan Kakakku?” Tracy begitu penasaran.
Bab 1726
“Dengan harga yang mahal!” Daniel berkata sambil tersenyum, “Tapi, aku tidak akan membiarkan hartaku
sendiri jatuh ke tangan orang lain!”
“Sebenarnya apa yang terjadi? Cepat ceritakan padaku
“Aku akan memberi tahumu di kamar.”
“Oke.”
Pasangan suami istri itu pun berjalan ke kamar. Mereka tetap mengobrol di sepanjang jalan, membahas apa
yang baru saja terjadi.
Setelah Tracy mendengar semuanya, ia pun tercengang. “Bertaruh sebesar itu? Apa kamu benar- benar yakin
dapat membujuk Kakak Ipar untuk kembali ke negara Emron dan mencari Kakak lagi?”
“Tentu saja.” Daniel mengangguk, “Aku yakin aku pasti akan menang!”
“Baiklah, selama kamu punya rencana....”
Saat ini, Tracy sama sekali tidak mengetahui janji antara Daniel dengan Lorenzo, apalagi cerita di baliknya.
Baru pada malam berikutnya, setelah Jeff mengantar Dewi yang tengah menggila kembali pulang. Tracy baru
mengetahui kalau Lorenzo akan membawa ketiga anaknya kembali ke Negara Emron, meninggalkan Dewi
sendirian di Kota Bunaken.
Anak-anak pun menarik tangan Dewi sambil menangis histeris.
Dewi juga tidak rela berpisah dengan anak-anaknya. la ingin tetap bersama dengan ketiga anaknya, namun
Lorenzo langsung memerintah akan membawa ketiga anaknya pergi, lalu menyuruh bawahannya untuk
mengantar Dewi ke Vila Sisi Utara.
Sebelum pergi, ia masih berkata padanya, “Apa kamu tidak ingin bebas? Aku akan mengembalikan
kebebasanmu, dan kamu bisa pergi ke mana pun yang kamu mau
“Lorenzo! Dasar kamu bajingan!”
Amarah Dewi meledak-ledak hingga ia terlihat menggila, kemudian ada orang yang memaksanya masuk ke
dalam mobil.
Setibanya di Vila Sisi Utara, Dewi masih merasa kesal setengah mati, sehingga ia tak henti- hentinya menelepon
Lorenzo.
Daniel berkata, “Kamu ingin bebas, tetapi anak-anak membutuhkan kehidupan yang stabil.
Kamu tidak bisa terus menerus membiarkan mereka pergi berkelana mengikutimu, kan?”
Dewi pun tertegun setelah mendengar ucapannya...
“Kakak Ipar, jangan khawatir. Mungkin saja Kakakku akan segera mengutus seseorang untuk menjemputmu
kembali.” Tracy bergegas menenangkannya.
“Menjemputku?”
Hati dan pikiran Dewi sangat bertentangan. Jika Lorenzo benar-benar datang menjemputnya, ia juga tidak ingin
ikut dengannya.....
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Kakak Ipar, bagaimana kalau aku mengantarmu ke atas untuk istirahat?”
Mengetahui suasana hati Dewi yang sedang kurang baik, Tracy pun mengantarnya ke lantai
atas.
Dewi mengunci dirinya di kamar. Setelah beberapa lama kemudian, ia baru keluar untuk mengobati Daniel.
Daniel berkata dengan santai, “Ada baiknya juga kamu diam sejenak, sehingga kamu dapat berpikir jernih
tentang apa yang sebenarnya kamu inginkan.”
“lya.” Dewi menjawabnya, lalu menyuntiknya keras....
“Ahh-"
“Kamu pikir aku tidak tahu kalau ini adalah idemu?”
“Aku juga... Ah...”
Keadaan pun menjadi tenang kembali.
Dewi pun tinggal di Kota Bunaken dan terus merawat Daniel.
Lorenzo membawa Tini, Wini, dan Biti kembali ke negara Emron.
Saat ini, Grup Wallance dan Moore sedang dilanda kekacauan. Daniel dan Lorenzo sama-sama disibukkan
dengan urusan pekerjaan. Sebagai seorang pria, mereka harus menangani seluruh masalah perusahaan sebagai
prioritas utama mereka.
Kehidupan pun mulai berjalan normal. Daniel yang begitu sibuk setiap harinya, selalu berangkat lebih awal dan
pulang terlambat. Sementara itu, Tracy terus memulihkan kesehatannya di rumah sambil merawat anak-anak....
Setelah luka anak-anak juga berangsur pulih, Tracy pun menemani mereka mengadakan
pemakaman kecil untuk Roxy.
Roxy sudah berusia tujuh tahun saat tragedi itu terjadi. Meskipun ia masih terlihat begitu aktif dan lucu, namun
kenyataannya, ia telah memasuki usia akhir hidup seekor burung beo.
Meskipun begitu, ia telah menggunakan sisa akhir hidupnya untuk melindungi Carla.
Tracy dan ketiga anaknya sangat berterima kasih atas pengorbanannya.
Beberapa waktu ini, banyak hal yang telah menimpa keluarganya, hingga menyebabkan ketiga anaknya satu per
satu terluka. Mereka pun terpaksa menunda pemakaman Roxy ....
Sekarang kondisi anak sudah stabil, Tracy mulai dapat mengatur acara pemakaman itu.
Mereka menempatkan batu nisan untuk Roxy di bawah pohon bunga osmanthus di tengah bukit. Di depan batu
nisan itu, mereka meletakkan bermacam-macam makanan favorit Roxy, serta selembar fotonya.
Pemakaman itu diiringi dengan musik favorit Roxy. Semua orang memegang karangan bunga kecil, burung elang
Roxy juga mengikuti seluruh prosesi pemakaman
Semuanya begitu merindukan Roxy, merindukan hari-hari yang sebelumnya terasa manis membahagiakan.
Karena keberadaan Roxy, hari-hari mereka terasa begitu menyenangkan.
Semoga kedepannya, mereka dapat terus bahagia
not