- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1757
“Otakmu...” Jasper menatap Dewi dengan kasihan, ingin bicara tetapi menghentikannya, “Sekarang ilmu medis
sangat maju. Kamu juga masih muda, pasti ada kesempatan.”
Selesai mengatakan hal itu, dia buru-buru pergi.
“Ugh...” Dewi tertegun, lalu buru-buru bertanya pada perawat, “Apa maksudnya?”
Perawat itu ragu sejenak, barulah berkata, “Awalnya aku takut kamu tidak bisa menerimanya, jadi tidak
memberitahumu. Tidak disangka Kak Jasper...
“Omong kosong, sebenarnya ada masalah apa?” Dewi menjadi sangat panik.
“Dokter bilang ada beberapa pecahan logam di otakmu dan menekan saraf otak, mungkin ....” Perawat itu
menatapnya dengan ekspresi iba, “Mungkin tidak bisa hidup lama lagi. Kalaupun bisa hidup, takutnya juga akan
menjadi idiot.”
“..." Dewi tak bisa berkata-kata, “Dokter mana yang bilang?”
“Jody adalah dokter bedah terbaik di Negara Maple.” Perawat berkata dengan suara kecil, “Juga merupakan
dokter utama yang mengobati Tuan.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Apa sudah melakukan foto X-ray?” Dewi malas bicara lebih lanjut.
“Sudah.” Perawat membawa beberapa hasil foto X-ray itu.
Dewi melihatnya dengan teliti, memang ada beberapa pecahan logam di otak belakangnya yang menekan saraf
otaknya.
Namun, sebelumnya jelas-jelas dia merasa kondisi lukanya tidak begitu serius. Diperkirakan tabrakan mobil
menyebabkan pecahan logam itu bergeser dan menekan saraf.
Masalah ini memang sedikit merepotkan, tapi juga bukan tidak bisa disembuhkan. Hanya bisa dibilang
kemampuan Dokter Jody itu terbatas.
Dia melihat lagi beberapa hasil foto itu. ‘Bagus, bukan hanya bagian kepalanya yang terluka, lengan kiri juga
patah, bahkan satu tulang rusuknya patah ...."
Sekarang Dewi merasa, meskipun mengisi selembar cek ini dengan nominal paling tinggi, tetap tidak bisa
mengganti kerugiannya.
“Dokter Jody bilang, setelah Iuka di wajahmu sedikit pulih, nanti akan mengenalkan seorang dokter bedah wajah
untukmu.” Perawat itu berkata dengan hati-hati, “Kamu tidak perlu khawatir, sekarang ilmu medis sangat maju,
pasti bisa memulihkan wajahmu ...."
“Ada apa dengan wajahku?”
Dewi buru-buru mengulurkan tangan untuk meraba wajahnya. ‘Bagus, wajahnya dibalut sangat tebal dengan
kain kasa, sama seperti mumi,’
Pantas saja pria tadi dan bawahannya tidak mengenali dirinya.
“Saat kamu menabrak mobil, wajahmu tergores oleh kaca depan mobil, ada dua garis luka yang sangat dalam.
Saat dibawa kemari, wajahmu penuh dengan darah...”
Perawat berkata dengan suara kecil, “Tapi, tidak apa-apa, asalkan ada uang, semuanya bisa diobati. Masalah
utamanya adalah otak ...”
“Baiklah.” Dewi memotong perkataan perawat itu, lalu menatap cek itu dengan marah, “Aku terluka begitu
parah, selembar cek ini pasti tidak cukup. Jika bajingan itu kembali, suruh dia datang mencariku.”
“Ugh...”
Perawat itu tertegun. Secara logika, saat orang normal mengetahui dirinya terluka begitu parah, serta ada
kemungkinan wajahnya hancur, seharusnya menangis meraung-raung, merasa putus asa, depresi, dan panik.
Gadis di depan ini bukan hanya tidak menangis dan ribut, malah membicarakan masalah ganti rugi dengan
sangat tenang dan logis.
Oil coe
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Apa tidak dengar?”
Dewi mengerutkan keningnya.
“Ya, ya, aku dengar.”
Perawat itu mengangguk dengan panik, awalnya dia tidak memandang orang yang dibawa pulang dari tengah
jalan seperti Dewi. Namun, sekarang dia malah ditekan oleh aura gadis ini, tanpa sadar menjadi patuh.
“Ambil catatan medisku.” Dewi berpesan secara sadar, “Juga rencana pengobatanku.”
“Oh, oh.” Perawat buru-buru mengambil catatan medis dan rencana pengobatan.
Dewi melihatnya dengan teliti, lalu langsung berpesan, “Panggil Dokter Jody itu!”
“Hah?” Perawat sekali lagi tertegun, “Sekarang?”
“Sekarang, segera.” Dewi mendesak, “Selain itu, hentikan cairan infus tak berguna ini.”
“Oh...”
Meskipun perawat tidak mengerti apa yang ingin Dewi lakukan, tapi dia tetap melakukan hal yang diperintahkan.
Hanya saja, Dokter Jody sedang sibuk dan tidak ada waktu, sama sekali tidak menganggap orang kecil seperti
Dewi.
Jadi, dia tidak datang menemui Dewi.