- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1758
Dewi langsung menuliskan resep untuk dirinya sendiri, menyuruh perawat pergi menyiapkan bahan-bahan obat
itu, lalu mengobati dirinya sendiri.
Perawat meminta izin pada Jasper dahulu. Melewati persetujuan dari Jasper, barulah dia melakukannya.
Dalam waktu beberapa hari, kondisi luka Dewi perlahan-lahan membaik, sudah bisa turun dari ranjang dan
berjalan.
Perawat sangat terkejut, bertanya apakah Dewi adalah seorang dokter.
Dewi tidak menjawab, hanya meminta perawat itu membantunya menyiapkan air, karena dia mau mandi.
Beberapa hari ini, karena kondisi lukanya serius, dia pun tidak mandi, rasanya sekujur tubuhnya sangat
nyaman.
Perawat sedang menyiapkan air di kamar mandi, tiba-tiba terdengar teriakan ketakutan.
“Ada apa?” Dewi berjalan masuk untuk memeriksa dengan tertatih-tatih.
“Ular, ular ....” Perawat sangat terkejut hingga wajahnya pucat, tubuhnya gemetar, sambil dengan takut melihat
ke arah ular hijau kecil yang berada di dalam bak mandi.
Begitu melihatnya, Dewi bukan hanya tidak panik, malah sebaliknya sangat senang, “Ular hijau kecil yang
sangat cantik!”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Ini, apa ular ini beracun?” Perawat itu terkejut hingga mundur ke belakang.
“Ini adalah bayi ular viper hijau, ada racun. Tapi, sekarang ia masih kecil, racunnya tidak kuat.”
Dewi berjalan dengan kaki timpang, tangannya yang kurus melewati air hangat di dalam bak mandi dan terulur
ke arah ular hijau kecil itu.
Hal yang aneh adalah ular hijau kecil itu bukan hanya tidak takut padanya, tetapi malah melingkari pergelangan
tangannya dengan patuh, bagaikan sebuah gelang giok hijau yang bersinar di bawah cahaya lampu.
“Astaga!” Perawat itu menatapnya dengan tercengang, “Kamu tidak takut?”
“Apa yang perlu ditakutkan?” Dewi mengelus ular hijau kecil itu secara pelan, lalu berkata sambil terkikik, “Ular
ini sangat menggemaskan!”
“Ini mungkin bukan ular biasa, melainkan ular yang Tuan latih ...” Perawat berkata dengan hati-hati, “Jika ia
menggigitmu, kamu akan kehilangan nyawa.”
“Apa? Pria itu bisa melatih ular?” Mendengar hal ini, Dewi langsung menjadi tertarik.
“Ugh...” Perawat itu tidak berani banyak bicara, dia berlari keluar dengan panik, “Aku keluar dulu. Mandilah
pelan-pelan, jangan sampai lukamu terkena air.”
Dewi tidak memedulikannya, dia melepaskan jubah mandinya, lalu berendam di bak mandi.
Sebelah kakinya yang sakit diangkat ke pinggiran bak mandi, sebelah tangannya membersihkan tubuhnya
sendiri, sedangkan satu tangan yang lain memainkan ular hijau kecil itu.
Ular hijau kecil itu seperti sudah berteman lama dengan Dewi, tidak menghindar, juga tidak menggigitnya,
bahkan masih melingkari lengannya ke sana kemari, seperti sedang bermain dengannya, terlihat sangat
gembira.
Dewi, yang sedang bermain dengan asyik, sama sekali tidak menyadari bahwa sesosok bayangan tinggi
perlahan-lahan berjalan masuk dari fuar.
Dari pintu kamar mandi yang tidak ditutup rapat, terlihat sebuah bayangan masuk.
Saat Dewi tersadar, ia mendongak, dan melihat sepasang mata yang dingin.
Mata mereka berdua saling memandang, lalu tatapan mata orang itu secara naluriah mengarah ke bawah.
Melihat dada kecil Dewi yang penuh, sepertinya orang itu sedikit terkejut, tetapi dengan cepat memalingkan
wajah.
“Kamu ...."” Dewi terdasar setelah beberapa detik. Kedua tangannya menutupi dadanya, lalu dia berteriak
kencang, “Ahhhh!!ti”
Lorenzo menutup matanya dan tak bisa berkata-kata, lalu bersiul.
Ular hijau kecil langsung meninggalkan lengan Dewi.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Lorenzo sedikit membungkuk dan mengulurkan tangan ke arah ular itu, lalu ia naik ke atas telapak tangannya
dengan patuh.
“Aku hanya datang mencarinya.”
Setelah mengatakan hal itu, Lorenzo berbalik badan dan pergi.
“Bajingan!!!”
Dewi menepuk-nepuk air di dalam bak mandi itu dengan kesal.
Cipratan air mengenai ujung celana Lorenzo, tetapi dia tidak bereaksi, hanya pergi dengan dingin.
Dewi benar-benar sangat marah. Dia menoleh dan melihat cermin di tembok, menyadari bahwa sekarang
dirinya berambut pendek, lalu sebagian wajahnya masih dibalut dengan kain kasa. Bajingan itu pasti tidak
mengenali dirinya.
Namun, dengan penampilan dirinya yang tomboi ini, pria itu tetap mengintip dirinya mandi.
Sungguh pria mesum!!!
“Kamu tidak apa-apa, ‘kan?”
Perawat buru-buru berjalan masuk, lalu menatapnya dengan terkejut.
“Kenapa kamu tidak mengunci pintu?” Dewi bertanya dengan kesal, “Seluruh tubuhku dilihat oleh orang.”
“Di sini, kami tidak memiliki kebiasaan mengunci pintu.” Perawat tersenyum pahit, “Cepat mandi dan keluar.
Tuan ingin bertemu denganmu.