- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1759
Selesai mandi dan membalut lukanya dengan baik, Dewi pun mengikuti perawat pergi ke ruang kerja.
Begitu membuka pintu, sinar mentari menyinari.
Seluruh dinding di hadapannya terbuat dari kaca, di luar ada hutan bambu, batang bambu yang berwarna hijau
bergoyang dengan lembut mengikuti angin, bagaikan sebuah lukisan yang menghiasi ruang kerja dan
membuatnya menjadi segar!
Cahaya mentari yang menyinari hutan bambu masuk ke dalam menembus dinding kaca, membawa kehangatan.
Membuat hati orang merasa tenang.
Lorenzo duduk di kursi kayu yang berada di depan tembok kaca itu, sedang melihat dokumen menggunakan
laptopnya. Bunga magnolia di sampingnya kebetulan sedang mekar, memberikan aroma yang menenangkan di
udara.
Wajah yang tampan dengan ekspresi dingin, terlihat luar biasa agung di bawah sinar mentari. Dengan
mengenakan kacamata berbingkai putih di hidungnya yang mancung dan sosok dirinya yang duduk dengan
tenang, ketampanannya membuat orang sulit bernapas!
Dewi menjadi terlena oleh pemandangan indah di depannya ini, langkah kakinya terhenti, lalu menatap pria itu
dengan tertegun. Setelah beberapa lama, barulah kesadarannya kembali.
“Masuklah!” Jasper menyapa.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Dengan dibantu oleh perawat, Dewi berjalan masuk sambil tertatih-tahih.
Jasper menunjuk ke arah sofa, perawat pun memapahnya duduk, lalu mundur ke samping dengan tenang.
Menerima maksud dari Lorenzo, Jasper pun berkata pada Dewi, “Memintamu datang karena mau menjelaskan
beberapa hal.”
“Pertama, sekarang kondisi penyakitmu sudah termasuk stabil. Mulai besok, aku akan mengaturkan rumah sakit
terbaik di San Fransisco untukmu menjalani pengobatan.”
“Kedua, mengenai cek yang diberikan padamu sebelumnya, itu untuk biaya ganti rugi. Setelah besok kamu
dirawat inap di rumah sakit, utang di antara kita sudah termasuk selesai.”
“Ketiga....."”
“Tunggu sebentar.” Tiba-tiba Dewi memotong perkataan Jasper, “Uang itu tidak cukup.”
“Hati?” Jasper sedikit tertegun, “Batas maksimalnya adalah 10 juta dolar, masih tidak cukup?”
“Sebelumnya, aku mengira diriku hanya mengalami luka luar, tentu saja nominal itu tidak masalah. Tapi,
sekarang wajaliku juga rusak, dan ada kemungkinan berubah menjadi idiot, tentu saja uang itu tidak cukup.”
Dewi berkata dengan tegas dan percaya diti.
“Nona, jangan terlalu tamak.” Jasper menatapnya sambil mengerutkan kening, “Kami sudah mengurus seluruh
biaya pengobatanmu di rumah sakit. Sepuluh juta dolar itu diberikan padamu sebagai kompensasi.”
“Rumah sakit apa? Aku tidak peduli. Aku bisa mengobati diriku sendiri.” Dewi memasang ekspresi meremehkan,
“Berikan biaya pengobatan itu padaku. Aku sendiri yang akan bertanggung jawab!”
“Berbual tanpa tahu malu!”
Tiba-tiba terdengar sebuah suara.
Dewi mendongak, seorang dokter bule berdiri di depan pintu, lalu menyapa Lorenzo sambil membungkukkan
badan.
“Dokter Jody, silakan masuk.” Jasper menyapa.
Saat berjalan masuk, Jody memelototi Dewi.
Dewi tidak memedulikannya, melainkan melihat ke depan pintu. Di luar, masih ada 4 tenaga medis yang sedang
membawa kotak medis.
Dia pun menoleh dan menatap Lorenzo. Benar saja, meskipun tubuhnya berdiri tegap dan gerakannya
kelihatannya sangat normal, tetapi raut wajahnya terlihat sedikit pucat ....
Jangan-jangan ....
“Tuan, semuanya sudah siap.” Jody berkata pada Lorenzo dengan hormat.
“Hm.” Lorenzo merespons seadanya. Dia melirik Dewi dengan dingin, lalu berpesan pada Jasper, “Kamu
uruslah.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Baik.” Jasper berkata pada Dewi sambil mengerutkan kening, “Jika ada permintaan apa pun, katakanlah padaku.
Kita keluar dulu.”
Perawat buru-buru memapah Dewi keluar.
Pada saat bersamaan, Jody sudah mengitari meja baca itu dan memeriksa luka Lorenzo, lalu berkata dengan
suara kecil, “Luka Anda sedikit memburuk. Racun ini sangat kuat. Tuan, lebih baik kita pergi ke rumah sakit.”
“Bukankah kamu bilang bisa mengobatinya?”
Lorenzo mengernyit, suaranya sedingin pedang es.
“Tapi...."”
“Berapa tarif pengobatan yang dilakukan oleh Dokter Jody?” Tiba-tiba Dewi menghentikan langkah kakinya, lalu
menoleh dan bertanya, “Hanya masalah kecil seperti ini, masih tidak bisa diobati? Lebih baik biar aku saja.”
“Ugh...
Semua orang menatapnya.
Jasper menatap Dewi seperti melihat orang bodoh, lalu berkata sambil mengerutkan kening, “Sudah ribut lagi,
cepat pergi.”
“Siapa kamu? Berani-beraninya berbual di depan Tuan.” seru marah Jody.
Sedangkan Lorenzo, tatapannya sedang memperhatikan hal ini....