- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab1790 Mencium
“Mana bisa begini ...."
“Kami akan berjaga di ruang kerja, panggil kami kapan saja kalau terjadi sesuatu.”
Jeff sangat lugas dan tidak bisa berbelit-belit, sedangkan Jasper lebih bisa berbasa-basi.
Tentu saja mereka tidak tenang membiarkan Dewi seorang diri di kamar, bagaimanapun, keselamat Lorenzo jauh
lebih penting dari hidup mereka.
Sedangkan identitas Dewi masih tidak bisa dipastikan hingga saat ini.
Mungkin saja dia memiliki niat tersembunyi.
Tapi, Jasper tahu Dewi tidak bisa dihadapi secara keras dan terang-terangan, karena itu, dia menggunakan
cara ini.
“Terserah kalian.”
Dewi tidak memedulikan mereka dan bersandar di sofa dengan santai, lalu melanjutkan tidurnya.
“Kamu tidak boleh seperti ini ...."”
Sebelum menyelesaikan perkataannya, Jeff sudah ditarik pergi oleh Jasper.
Jasper juga meminta pelayan yang lain untuk pergi dan hanya menyisakan seorang petugas medis untuk
menyeka tubuh dan mengukur suhu tubuh Lorenzo.
Dewi memeluk bantal dan berbaring di sofa dengan nyaman sambil berkata dengan suara malas, “Panggil aku
saat akan mencapai 39 derajat.”
“Baik, Tuan Dewi.”
Petugas medis itu sangat hormat pada Dewi.
Dewi memang sangat mengantuk, beberapa hari yang lalu, dia tidak tidur nyenyak karena merawat Shiro, si
elang, dia juga tidak tidur sama sekali semalam.
Sekarang dia hanya ingin tidur.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Perawat itu terus berjaga di sisi ranjang sambil terus menyeka handuk basah untuk menurunkan panas dan
memeriksa suhu tubuh Lorenzo setiap setengah jam sekali.
Di ruang kerja, Jeff menatap tegang melalui pembatas ruangan yang berukiran bunga, wajahnya memerah
karena panik saat melihat Dewi tidak bereaksi apa pun.
“Duduklah, jangan mondar-mandir.” Jasper lebih tenang, “Kelly sudah memberikan isyarat tangan, masih belum
mencapai 39 derajat, ini menandakan situasinya tidak terlalu parah, kita tunggulah dengan tenang.”
“Kita sudah menghabiskan banyak uang untuk mempekerjakannya, tapi dia malah beitingkah seperti majikan.”
Jeff sangat kesal.
“Tidak ada cara lain, Tuan memercayainya.”
Jasper telah lama bekerja dengan Lorenzo, jadi memahami pemikiran pria itu.
Meski tidak terlalu menyukai wanita tomboi ini, Lorenzo sangat memercayai kemampuan dan ilmu medisnya.
“Huh....” Jeff menghela napas panjang dan tidak berbicara lagi.
Waktu berlalu dengan perlahan, hingga pada pukul 03:00, perawat bernama Kelly itu tiba-tiba berteriak, “39
derajat, Tabib Dewi, Tuan mencapai 39 derajat.”
“Apa yang terjadi?”
Jasper dan Jeff bergegas mendekat, tetapi Dewi masih terlelap di sofa.
Mla cone”
“Tabib Dewi, Tabib Dewi.”
Jasper segera membangunkan Dewi.
“Hm?” Dewi yang terbangun karena keributan itu merasa sedikit kesal, dia duduk sambil mengucek matanya.
“Tuan Dewi, Tuan sudah mencapai 39 derajat.”
Perawat bernama Kelly itu menyodorkan termometer ke hadapan Dewi.
Dewi menyipitkan matanya dan melihat dengan detail, kantuknya pun langsung hilang dan segera mendekat
untuk menyentuh dahi Lorenzo, dia juga memasukkan tangannya ke dalam selimut untuk menyentuh dada
pria itu.
Memang demam tinggi.
“Siapkan air hangat.” Dewi memberi perintah.
“Baik.” Perawat bernama Kelly itu bersiap menuang air.
“Aku saja, kamu bantu dia.” Jasper bergegas datang dengan membawa segelas air hangat dengan panik.
Dewi mengeluarkan sebutir pil berwarna hitam yang berukuran sedikit besar, lalu memasukkannya ke dalam
mulut Lorenzo, kemudian meminumkan air padanya, tetapi dia sama sekali tidak bisa menelan obat itu.
“Perlukah membangunkan Tuan?” Jeff mengamati dari samping dengan cemas.
“Sekarang dia sudah tidak sadarkan diri, tidak akan bisa dibangunkan.”
Dewi terus meminumkan air, tetapi Lorenzo tetap tidak bisa menelannya.
Karena panik, dia pun memencet hidung pria itu, lalu mengulum air dan langsung meminumkan obat itu dengan
menempelkan bibirnya ke bibir pria itu.
“Ah!”
Jasper, Jeff dan perawat bernama Kelly itu langsung melongo.
Mereka membelalakkan mata mereka dengan terkejut dan menatap tidak percaya.
Ciuman ini berlangsung selama semenit lebih, Dewi berusaha sekuat tenaga, barulah bisa membuat Lorenzo
menelan pil itu.
Dewi akhirnya menghela napas lega setelah melihat tenggorokan Lorenzo bergerak, lalu dia m seteguk air lagi
dan memaksa pria itu meminumnya.
um
Kemudian, dia menyeka bibirnya dengan ujung baju, lalu menjilat bibirnya seperti merasa belum puas, bagaikan
gadis genit yang telah melakukan hal yang tidak senonoh,
Jeff sangat kesal.
“Tidak ada cara lain, Tuan memercayainya.”
Jasper telah lama bekerja dengan Lorenzo, jadi memahami pemikiran pria itu.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Meski tidak terlalu menyukai wanita tomboi ini, Lorenzo sangat memercayai kemampuan dan ilmu medisnya.
“Huh....” Jeff menghela napas panjang dan tidak berbicara lagi.
Waktu berlalu dengan perlahan, hingga pada pukul 03:00, perawat bernama Kelly itu tiba-tiba berteriak, “39
derajat, Tabib Dewi, Tuan mencapai 39 derajat.”
“Apa yang terjadi?”
Jasper dan Jeff bergegas mendekat, tetapi Dewi masih terlelap di sofa.
Mhitalleas”
“Tabib Dewi, Tabib Dewi.”
Jasper segera membangunkan Dewi.
“Hm?” Dewi yang terbangun karena keributan itu merasa sedikit kesal, dia duduk sambil mengucek matanya.
“Tuan Dewi, Tuan sudah mencapai 39 derajat.”
Perawat bernama Kelly itu menyodorkan termometer ke hadapan Dewi.
Dewi menyipitkan matanya dan melihat dengan detail, kantuknya pun langsung hilang dan segera mendekat
untuk menyentuh dahi Lorenzo, dia juga memasukkan tangannya ke dalam selimut untuk menyentuh dada
pria itu.
Memang demam tinggi.
“Siapkan air hangat.” Dewi memberi perintah.
“Baik.” Perawat bernama Kelly itu bersiap menuang air.
“Aku saja, kamu bantu dia.” Jasper bergegas datang dengan membawa segelas air hangat dengan panik.
Dewi mengeluarkan sebutir pil berwarna hitam yang berukuran sedikit besar, lalu memasukkannya ke dalam
mulut Lorenzo, kemudian meminumkan air padanya, tetapi dia sama sekali tidak bisa menelan obat itu.
“Perlukah membangunkan Tuan?” Jeff mengamati dari samping dengan cemas.
“Sekarang dia sudah tidak sadarkan diri, tidak akan bisa dibangunkan.”
Dewi terus meminumkan air, tetapi Lorenzo tetap tidak bisa menelannya.
Karena panik, dia pun memencet hidung pria itu, lalu mengulum air dan langsung meminumkan obat itu dengan
menempelkan bibirnya ke bibir pria itu.