- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1807
Seorang pelayan wanita tanpa sadar berkata “baik”, lalu terkejut seketika, ia menatap Jasper dengan takut.
Jasper memberikan isyarat, lalu mereka melakukan sesuai perintah Dewi, merapikan barang, menyiapkan air
minum, kemudian membungkuk dan pergi.
Jeff mengerutkan alis, pergi diam-diam, lalu duduk di ruang tamu kecil itu.
Setelah Jasper menunggu para pelayan wanita keluar, ia bernegosiasi sebentar dengan Dewi, lalu menunggu di
ruang tamu juga.
Jeff tidak tahan untuk berkata dengan suara pelan, “Kalau seperti ini terus, aku khawatir dia akan menjadi
setengah Nyonya.”
“Uhuk, uhuk.” Jasper terbatuk-batuk, “Dia memang mengesankan, tidak heran para pelayan dan perawat semua
takut padanya.”
“Ini semua karena dia dimanja.” Jeff menggelengkan kepala, “Kamu terlalu mentolerirnya.”
“Kenapa aku?” Jasper merasa sangat tidak adil, “Dia bahkan tidak takut pada Tuan, bagaimana aku bisa
mengendalikannya?”
“Omong-omong...."” Jeff mengernyit dalam, “Tuan tidak mungkin suka dengannya, ‘kan? Bagaimana mungkin
bisa tahan terhadapnya?”
“Aku juga merasa ada yang tidak beres....” Jasper diam-diam berspekulasi, “Sebenarnya Tuan terlalu
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmentolerirnya, meskipun marah, tapi selalu berhenti di saat-saat penting.”
“Tuan masih terlalu polos mengenai hubungan antara pria dan wanita....” Jeff sangat khawatir, “Benar-benar
tidak baik seperti ini, sangat mudah ditipu oleh wanita, setelah Tuan sembuh, kita harus membawanya pergi
melihat dunia...”
“Baiklah, nanti kita bicarakan lagi.”
Jasper terus berdiri di sisi tirai, menjulurkan lehernya untuk melihat ke dalam kamar.
Dewi mengukur suhu tubuh Lorenzo, menutupinya dengan selimut, lalu duduk di lantai dekat kasurnya, bermain
“Angry Bird” di iPad.
Volumenya diatur sangat kecil, tapi masih bisa terdengar.
Jasper mendesah, mereka begitu khawatir hingga berapi-api, tapi Tabib Dewi ini masih bisa bersantai-santai,
sama sekali tidak khawatir.....
“Dia, dia....”
“Sudahlah.”
Jeff hampir saja ingin mengecamnya, langsung ditahan oleh Jasper, “Biarkanlah dia main, Tuan sudah minum
obat, juga sudah di akupuntur, mungkin sekarang memang sudah tidak masalah.”
“Tidak masuk akal.” Jeff hampir mengamuk.
“Tenang.” Jasper menenangkannya, juga menenangkan dirinya, “Setengah jam lagi, aku akan tanya padanya.”
“Baiklah....”
Jasper dan Jeff sangat khawatir, mereka sangat tidak tenang, berjalan mondar-mandir di ruang
tamu.
Akhirnya setengah jam kemudian, Jeff segera mendorong Jasper untuk pergi menanyakan keadaannya.
Tapi saat Jasper masuk ke kamar, ia melihat sebuah pemandangan yang membuatnya tertegun....
Dewi lelah bermain game, dia duduk di atas lantai, tidur bersandar ke kasur.
Mungkin karena dingin, dia menarik selimut Lorenzo untuk menutupi dirinya sedikit.
Tapi salah satu tangan Lorenzo yang menggantung di sisi jendela, terjatuh dan diletakkan ke wajahnya ....
Posisi keduanya terlihat agak ambigu....
Jasper ingin menegur Dewi karena tidak bertanggung jawab, tapi baru saja ingin berbicara, langsung ditahannya
kembali.
Dia takut membangunkan Lorenzo.
“Ah...”
Jasper mendesah lagi, berjalan ke sisi tempat tidur, lalu mengukur suhu tubuh Lorenzo dengan termometer
elektrik, menyadari panasnya sudah turun, dia baru menghembuskan napas lega.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Bagaimana?”
Jeff tidak tahan untuk menghampiri dan bertanya.
“Ssttt~" Jasper buru-buru menyuruhnya mengecilkan suara.
Melihat Dewi yang duduk tertidur di atas lantai, Jeff sangat marah, Jasper buru-buru menariknya pergi.
“Panasnya sudah turun.”
“Benarkah? Baguslah kalau begitu... Tapi wanita itu....”
“Biarkan saja, abaikan saja dia.”
“Tapi...."”
“Sabar, semua urusan tunggu Tuan sembuh baru dibicarakan lagi.”
“Baiklah....”
Dewi bermimpi, dia kembali memimpikan gadis muda yang tersenyum ceria itu, dan pemuda yang
penampilannya tidak terlihat jelas itu....
Kali ini, keduanya saling bergandengan tangan, berlari melintasi ladang.
Matahari terbenam menyinari tubuh mereka, ada kehangatan yang lembut, persis seperti senyum mereka,
membawa rasa bahagia ....