- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1864
Dewi tahu, ia sudah tidak bisa mengharapkan Wati lagi, hanya bisa mencari kesempatan untuk kabur.
“Jam segini, tempat bermain ski sudah tutup, macan tutul salju juga sudah tidur, terlalu jauh untuk pergi melihat
aurora, kalau tidak, kita pergi ke bar?” Wati mencoba bertanya.
“Oke.” Dewi menganggukkan kepala sambil tersenyum, “Aku paling suka pergi ke bar.”
“Baguslah kalau begitu, aku kira Kakak tidak menyukainya.”
Cahaya licik melintas di mata Wati, dia memberi isyarat ke arah pengawal.
Pengawal itu segera mengambil ponsel untuk mengirim pesan.
“Berapa jauh jarak bar dari bandara?” Dewi langsung bertanya.
“Tidak jauh, naik mobil setengah jam.” Wati sedikit penasaran, “Kenapa menanyakan ini?”
“Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku tidak ingin menikah.” Dewi sama sekali tidak menyembunyikan
rencananya, “Nanti aku akan mencari kesempatan untuk melarikan diri, kamu bisa berpura-pura tidak tahu,
dengan begitu, tidak ada orang yang akan merebut kakak sepupumu lagi!”
if fleass™
Wati tercengang, monster apa ini?
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Sama sekali tidak mengikuti aturan.
Jalan pikirannya berbeda dengan orang normal.
Wati sama sekali tidak paham dengan jalan pikirannya...
Sebelumnya ia bilang Lorenzo mengganggunya, sekarang juga langsung bilang dia mau melarikan diri, juga
memintanya untuk berpura-pura tidak tahu....
Ini...
Pikiran Wati menjadi kacau.
“Kenapa?” Dewi mengulurkan tangannya dan melambai-lambai di depan matanya, “Apa sakit kepala?”
Wati memegang dahinya, tampak seperti orang yang sakit kepala
Wati mengingatkan dirinya berulang kali di dalam hati, tidak boleh goyah, tidak boleh goyah.
Harus jalankan sesuai rencana.
Salah, dalam rencana Pamannya, mereka tidak menduga bahwa gadis ini seperti ini....
“Apa tidak enak badan?” Dewi menatapnya dengan penasaran.
“Istirahatlah sebentar.”
Wati berharap dia tidak berbicara lagi, ia tidak tahu harus bagaimana menghadapinya, “Masih setengah jam lagi
baru sampai di bar, “kan?”
“Oh!” Dewi sedikit kecewa, “Aku kira, cintamu pada Lorenzo adalah cinta sejati, tidak disangka malah begitu
lemah, sungguh tidak menarik!”
Sudut bibir Wati berkedut, ingin menangis, tetapi tidak ada air mata yang keluar.
Wati berharap ia segera pergi, sebaiknya pergi sejauh mungkin, selamanya jangan muncul lagi di depan
mereka...
Namun dia tidak berani, dia selalu merasa gadis ini sengaja merancang jebakan agar dia melompat masuk ke
dalamnya, dia takut masuk ke dalam jebakannya!
“Apa ada pengisi baterai?”
Dewi malas menghiraukan Wati, langsung bertanya pada pengawal, meminta pengisi baterai.
Dengan begitu, saat pergi ke bandara nanti, bisa dia pakai untuk mencari jalan.
Wati mengerutkan kening, mengirim pesan pada pamannya, Sammy, memberi tahu percakapan antara dirinya
dan Dewi, ia ingin minta petunjuknya.
Setelah beberapa menit, Sammy membalas pesannya-
“Kelihatannya kita sudah meremehkan gadis ini, dia tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan, dia pasti
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsengaja mengujimu, membuatmu mengungkapkan yang sebenarnya.
Kalau kamu sungguh masuk ke dalam jebakannya dan mengantarnya pergi, L akan segera menangkapmu, tiba
saatnya, Paman juga akan ikut terlibat.
Gadis yang masih begitu muda, pasti tidak akan memiliki pemikiran seperti ini, pasti ada orang belakang yang
memberinya petunjuk, mungkin ada kekuatan besar yang mengutusnya untuk mendekati L.
Semua rencana malam ini dibatalkan, cari kesempatan untuk mencari tahu latar belakangnya, lalu temani dia
dengan baik, antar dia pulang.
Ingat, harus mengantarnya pulang, kalau tidak, kamu dan aku akan gawat!”
“Mengerti, Paman!”
Selesai membalas pesan, dia menengadah dan menatap Dewi, tatapannya menjadi rumit dan sulit untuk
diungkapkan.
Sedangkan Dewi sedang melihat ponselnya, memeriksa rute ke bandara....
Untungnya tidak terlalu jauh, tiba saatnya, ia akan naik taksi langsung menuju bandara, membeli tiket yang
paling awal, tinggalkan kota Snowy dulu, sembarang terbang ke kota mana saja, lalu mengurus visa untuk
kembali ke Nusantara....
Ya, seperti itu saja.
Wati menatap Dewi yang penuh semangat, hatinya semakin tidak tenang, wanita ini bisa berhasil mendekati L,
pasti memiliki kkmampuan yang luar biasa dan pemikiran yang dalam.
Kelihatannya harus menghadapinya dengan hati-hati, tidak boleh masuk ke dalam jebakannya....