- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1869
Dewi merasa agak gugup, tidak berani menatap matanya dan bertanya dengan gagap, “Kamu ... Kamu mau
apa?”
Lorenzo mencubit dagunya, perlahan-lahan semakin dekat dengannya, napasnya yang panas berhembus di
wajahnya, disertai daya tarik yang menggoda.
Bibirnya, dengan lembut menyentuh dahinya, lalu perlahan-lahan ke arah bawah....
Seperti hujan gerimis, turun ke alisnya, matanya, pangkal hidungnya, pipinya ....
Jantung Dewi mendadak berdetak dengan cepat, tidak berhenti berdegup, seolah hampir keluar dari dadanya....
Sungguh aneh, jelas-jelas dia bisa mendorongnya, tapi ia seperti tidak ingin mendorongnya ....
Ketika ciumannya jatuh di bibirnya, keduanya seperti tersengat listrik, seluruh tubuhnya menjadi gugup ....
Pikiran Dewi terlintas sebuah momen yang samar, pria muda tidak sengaja mencium bibir wanita, keduanya
pun membeku ....
Dua hati anak muda terhubung oleh ciuman yang murni ini.
Seperti perasaannya saat ini ....
Jauh, tapi juga terasa familier.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Lorenzo sedikit emosional, napasnya menjadi cepat, satu tangannya memegang wajah Dewi, ingin menciumnya
lebih dalam lagi.....
Di saat ini, tiba-tiba dari luar terdengar suara ketukan pintu.
Dewi sadar kembali, buru-buru mendorong Lorenzo.
Lorenzo juga sedikit salah tingkah, membelakanginya, mengatur emosinya dan merespons dengan suara
berat, “Ada apa?”
“Tuan, ada hal penting yang mau dilaporkan.”
“Tunggu.”
Lorenzo menjawab sejenak, menatap Dewi, “Istirahatlah baik-baik, jangan berpikir sembarangan.”
“Oh.” Wajah Dewi merah, memandang Lorenzo sejenak, lalu buru-buru pergi.
Bab 1869
20 mutiara
Dewi buru-buru berlari kembali ke kamar, menjatuhkan diri ke ranjang, mendekap dadanya, bertanya pada
dirinya sendiri dengan perasaan tidak tenang, ada apa ini?
Dia orang yang tidak pernah berpacaran dan selalu tidak tertarik pada percintaan, kenapa saat Lorenzo
mendekatinya, dia malah tidak ingin mendorongnya?
Bahkan ada suatu perasaan yang familier ....
Ini... Sebenarnya ada apa ini?
Dia pasti minum terlalu banyak.
Pasti efek alkohol.
Tidak, dia kebal, minum sebanyak apa pun tidak akan mabuk
Baginya, alkohol tidak ada efeknya.
Lalu, sebenarnya kenapa?
Dewi memeluk bantal, bolak-balik di ranjang, terus berpikir hingga tertidur .....
Di ruang kerja, Lorenzo menatap Jeff dengan tatapan seperti mau menerkam orang, “Lain kali, saat aku
sedang berduaan dengan Wiwi, ada masalah sebesar apa pun tidak boleh mengetuk pintu.”
“Baik.” Jeff buru-buru menunduk mengaku salah.
“Katakan, ada apa?”
Lorenzo masih merasakan ciuman tadi, meski hanya sebentar, tapi sudah cukup membuat hatinya begetar
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Aku baru dapat kabar, Pastorico sudah siuman. Sementara ini kondisi Negara Maple stabil. Tuan Rodhe
menelepon ingin mengundang Tuan bertemu di minggu-minggu ini.”
“Bilang padanya, minggu ini aku tidak sempat. Jika dia ingin bertemu, datanglah ke Kota Snowy. Atau tunggu aku
ke San Fransisco bulan depan.” Kata Lorenzo dingin.
“Baik.” Jeff segera mengurusnya.
Di saat ini, Jasper membawa masuk dokumen, menyapa Jeff, menyerahkan dokumen pada Lorenzo, “Tuan,
dokumen ini butuh cepat.”
Lorenzo menerimanya, tapi tidak berniat melihatnya secara detail. Dia malah bertanya pada Jasper, “Jasper,
Aku tidak pernah.”
“Jeff pernah pacaran?” Lorenzo bertanya lagi.
“Aku tahu sebelumnya dia pernah diam-diam memacari seorang gadis, tapi berakhir tanpa alasan.” Jasper
tertawa, “Harusnya tidak termasuk pacaran.”
“Siapa yang pernah pacaran?” Lorenzo terus bertanya.
“Eh ........"Jasper sedikit tertegun. Dengan gelisah, dia berkata, “Aku juga tidak tahu. Bagaimana jika aku
kumpulkan semua orang dan menanyakannya?”
“Ya.” Lorenzo mengayunkan tangannya, “Setelah menanyakannya, panggil kemari untuk menemuiku.”
“Baik.”