- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1874
Sangat jarang bisa melihat bunga segar di Kota Snowy yang dingin sepanjang tahun ini.
Bisa mendapatkan begitu banyak bunga segar dalam semalam sangat tidak mudah, apalagi harus begadang
untuk menatanya, sungguh niat.
Dewi merasa dirinya sedang bermimpi saat melihat kastil yang berubah drastis dalam semalam.
ini.
Dia sangat menyukai bunga segar, karena sejak kecil ia tumbuh besar di hutan, sangat menyukai semua
pemberian alam, hatinya merasa sangat hangat saat melihat bunga, rerumputan, juga hewan kecil.
Awalnya cat kastil didominasi nuansa dingin yang membuatnya terkesan apatis dan tegas.
Namun, sekarang terlihat hangat dan romantis karena penambahan bunga segar ini.
Bahkan, pelayan juga merasa gembira, terlihat senyuman cerah di wajah mereka yang sebelumnya selalu
tampak serius, seperti ada hal menggembirakan yang sedang diadakan di sana.
“Suka?”
Terdengar sebuah suara familier dari belakang.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Dewi menoleh dan melihat Lorenzo berjalan keluar dari kamar. Dia mengenakan pakaian berwarna putih yang
membuatnya sangat tampan, juga ada senyum tipis samar yang melengkung di bibirnya.
“Kamu yang menatanya?” tanya Dewi gembira.
“Hm.” Lorenzo gembira melihat wanita itu tersenyum, “Masih ada hadiah lainnya, semoga menyukainya.”
“Apa?” tanya Dewi penasaran.
kamu
“Nanti kamu akan tahu.” Lorenzo tersenyum misterius, lalu melangkah mendekat, mengulurkan tangan dan
menyentuh rambut yang ada di telinga wanita itu, mendekat perlahan dan berbisik di telinga wanita itu, “Aku
tunggu di bawah!”
Napasnya yang panas mengenai telinganya dan memberikan rasa kebas seperti tersengat.
Dewi menggigil, sekujur tubuhnya menjadi lemas.
Sebelum sempat bereaksi, Lorenzo sudah berjalan ke bawah sambil menyentuh pundaknya.
Dewi tertezun di tempat dan tidak bisa bereaksi apa pun.
Apa yang salah dengan pria ini?
Kenapa tiba-tiba bersikap begitu mesra?
Saat merasakan sikap Dewi yang tegang dan tidak tenang tadi, muncul senyum menggoda di bibir Lorenzo,
bagus, trik di percintaan ternyata berguna.
Dewi kembali ke kamar sambil menggosok telinganya yang gatal dan duduk di sofa, dia merasa aneh saat
teringat sikap Lorenzo tadi.
“Tok, tok!” Saat ini, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar yang diiringi suara Nola, “Nona Wiwi, apa aku
boleh masuk?”
“Silakan masuk!”
Dewi menjawab dengan ogah-ogahan.
Nola berjalan masuk, ada belasan pelayan yang mengkuti di belakangnya, membawa berbagai kotak hadiah
yang indah.
Dewi menatap mereka sambil tertegun dan bertanya dengan bingung, “Apa yang kalian lakukan?”
“Nona Wiwi, ini hadiah yang Tuan siapkan untuk Anda.”
Nola tersenyum ramah sambil membuat isyarat tangan.
Lalu, para pelayan itu langsung berbaris di hadapan Dewi, membuka kotak perhiasan dan memperlihatkan
semua hadiah itu di hadapannya.
Dewi langsung bangkit dari sofa sambil membelalakkan matanya dan menatap semua hadiah itu dengan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmantusias.
Semua itu adalah perhiasan yang sangat mahal, seperti kalung batu rubi, cincin batu safir, juga. satu set kalung
berlian dan yang lainnya.
Dia menyentuh perhiasan itu satu per satu, lalu bertanya dengan antusias, “Ini... semua ini untukku?”
“Tentu saja.” ujar Nola sambil tersenyum, “Tuan menyiapkan semua hadiah ini untuk Anda.”
“Astaga!” Dewi sangat gembira, lalu berbisik, “Kalau sejak awal tahu dia begitu loyal, untuk apa aku melarikan
diri?”
“Hah?” Nola tidak mendengar jelas perkataannya, “Nona Wiwi, apa yang Anda katakan?”
“Aku bilang, aku sangat suka, sampaikan terima kasihku padanya.” Dewi sudah tidak bisa berbicara jelas karena
terlalu gembira, “Segera letakkan semua hadiah ini, jangan dipegang lagi,
“Baik.” Nola memberikan isyarat tangan.
Setelah meletakkan perhiasan di atas ranjang, para pelayan pun mengundurkan diri dengan
hormat.
“Nona Wiwi, biar aku bantu Anda merapikan diri.” ujar Nola sambil tersenyum, “Tuan sedang menunggu Anda
untuk sarapan bersama.”
“Tidak perlu, tidak perlu.” ujar Dewi buru-buru, “Biar aku sendiri saja, kalian keluar saja.”
“Baiklah kalau begitu, aku tunggu di luar.”