- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1878
“Hah?” Jeff tertegun, “Tuan, ini ...."”
“Ke... kenapa?” Dewi juga tertegun.
“Bukankah kamu tidak menyukai perhiasan?” Lorenzo menatap dingin ke arahnya, “Kamu menolaknya saat aku
memberikannya tadi pagi, karena tidak suka, untuk apa memaksakan diri?”
“Aku ... aku ... aku...”
Dewi sangat ingin berkata, ‘Aku suka, tetapi dia tidak bisa mengatakannya.
Lorenzo yang sudah kesal pun langsung masuk ke mobil tanpa memedulikannya.
“Eh ....” Jeff masih diam di tempat dan tidak tahu harus melakukan apa.
“Disuruh kembalikan, kamu kembalikan saja.”
Setelah berbisik di telinga Jeff, Jasper pun ikut memasuki mobil.
Jeff terpaksa menutup kotak itu dan meminta Wezo mengembalikannya, “Kamu sudah tahu cara mengurusnya?”
“Tahu.” Wezo menerima perintah sambil menganggukkan kepalanya, “Aku akan
mengembalikannya sekarang.”
Kemudian, Wezo pergi membawa kotak itu bersama beberapa orang.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Dewi menatap kotak itu dengan tatapan tidak rela.
Namun, dia menghibur dirinya sendiri di dalam hatinya, dia sudah mendapatkan tujuh set perhiasan, tidak
masalah kalau tidak mendapatkan kalung ini.
Tidak boleh jadi orang yang terlalu serakah.
“Sayang sekali.” ujar Jeff sambil menghela napas, “Ini kalung pusat galaksi yang hanya ada satu- satunya di
dunia. Tuan berusaha keras, baru bisa membelinya, harganya 300 juta!”
“A... apa?” Dewi melebarkan matanya karena terkejut, “Kamu bilang harga kalung ini 300 juta? Dolar Amerika
atau?”
“Tentu saja dolar Amerika.” Jeff merasa sedikit sedih, “Sekarang langsung dikembalikan, uang jaminannya juga
tidak bisa kembali lagi.”
Dewi termangu, 300 juta dolar?
“Lalu ... lalu... lalu, berapa harga semua perhiasan ini?”
Dia menjadi terbata-bata karena emosional.
“Kalau ketujuhnya dijumlahkan setidaknya lebih dari 90 juta, tidak sampai 100 juta.” jawab Jeff, “Ketujuh
perhiasan itu langsung dibeli dari perusahaan perhiasan, sedangkan pusat galaksi ini adalah barang koleksi
seorang rekan Tuan, Tuan sendiri yang memintanya, dia baru rela menjual kalung ini pada kita.”
Kaki Dewi langsung lemas dan hampir saja terjatuh ke tanah.
“Nona Wiwi, Anda kenapa?” Nola yang panik segera memapahnya, “Apa lutut Anda kedinginan? Cepat, segera
papah Nona masuk.”
Bibir Dewi bergetar, dia sudah tidak bisa menangis maupun mengatakan apa pun.
Nola yang panik segera memapah Dewi masuk ke rumah.
Jeff bertanya penuh perhatian, “Perlukah memanggil dokter?”
Dewi tercekat, dia tidak bisa mengucapkan apa pun.
Dia benar-benar menyesal.
Kenapa?
Kenapa dia harus bersikap angkuh saat Lorenzo memberinya perhiasan?
Kalau diberikan, seharusnya ia terima saja dengan senang hati, kenapa harus menolak?
Apanya yang meski menyukai uang, tetap harus didapatkan dengan halal?
Cih!
Benda yang diberikan juga halal, dia juga tidak mencuri maupun merampok, kenapa tidak boleh
diterima?
Dewi, Dewi, memangnya harga diri itu bisa mengenyangkan perut? Jangan bersikap bodoh seperti ini lagi.
Makin dipikirkan, Dewi makin menyesal dan sedih, hingga tidak berselera makan dan hanya berbaring kesal di
kamarnya saja.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Nola yang mengira dia flu karena kedinginan pun menyiapkan teh buah hangat dan menyuruh pelayan
memanggil dokter.
Dewi mengusir mereka semua, dia hanya ingin berbaring sendirian di kamar.
Dia harus introspeksi dengan baik, sebenarnya apa yang sedang dipikirkan otaknya yang bodoh
ini?
Saat siang hari, Nola yang mengantarkan makan siang bertanya dengan hati-hati, “Nona Wiwi, bagaimana
perasaan Anda? Masih ada-yang tidak nyaman? Ingin minum obat?”
“Aku tidak apa-apa.” Dewi yang merasa sedikit lapar, akhirnya bangun dan makan.
“Baguslah kalau tidak apa-apa.” Nola menghela napas lega, “Setelah makan, pilihlah gaun dan perhiasan untuk
acara perjamuan malam, kita akan berangkat jam 5.”
“Perjamuan malam apa? Aku tidak mau pergi.”
Dewi sama sekali tidak tertarik.
“Tuan sangat jarang menghadiri acara perjamuan malam, bahkan mengajak Anda ikut serta juga. Ini penampilan
pertama Anda di publik, sangat penting, ayo!”
Nola membujuknya seperti membujuk anak kecil.
“Aku...”
Saat ingin menolak lagi, Dewi berpikir dia tidak bisa terus-menerus berada di dalam kastil ini, mungkin saja dia
bisa berkesempatan melarikan diri kalau menghadiri acara perjamuan malam.