- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1879
Saat memikirkan ini, Dewi langsung setuju, “Kalian saja yang atur, tidak masalah pakai gaun dan perhiasan apa
pun.”
“Baik, aku segera minta orang memanggil penata gaya.”
Nola segera memberi perintah.
Dewi memakan makanannya dengan lahap, lalu langsung tidur setelah menghabiskannya, “Aku ingin tidur
sebentar, kalian bangunkan aku saja nanti.”
“Baik, kalau begitu, aku akan membangunkan Anda jam 3, kita masih harus cuci rambut, mandi, merias diri,
berdandan....”
“a.
Dewi langsung tertidur setelah membalikkan tubuhnya dan memeluk bantal.
Nola hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala, lalu menyuruh pelayan mengecilkan suara agar tidak
mengganggu Dewi.
Baru saja dia tidur sebentar, ponsel yang ada di bawah bantalnya bergetar, Dewi mengambil ponselnya dengan
kesal, itu panggilan dari Brandon, “Astaga, kamu di mana?”
“Ada apa? Katakan.” ujar Dewi dengan nada rendah.
“Aku mengkhawatirkan pelat besi di dalam otakmu, jadi mengingatkanmu untuk segera melakukan operasi.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtKamu sendiri juga dokter, seharusnya mengerti betapa seriusnya masalah ini, sudah tidak bisa ditunda lagi.”
“Mengerti.”
Dewi langsung tersadar, tidak ada dokter yang bisa mengobati dirinya sendiri. Kalau orang lain, dia sudah
menyelesaikannya sejak awal.
Tetapi dia tidak punya mata di belakang kepalanya, memang mustahil kalau dia ingin melakukan operasi di
bagian belakang kepalanya sendirian.
Sepertinya otak belakangnya tidak terasa sakit dua hari ini, tetapi makin begini masalahnya malah akan makin
merepotkan.
Sebagai seorang dokter, dia selalu menjadikan mengobati dan menyelamatkan orang lain sebagai kewajibannya,
tetapi dia selalu mengabaikan kondisi penyakitnya sendiri.
Kalau tidak diingatkan oleh Brandon, sepertinya dia sudah melupakan hal ini.
“Halo? Halo?”
Terdengar suara Brandon dari ujung telepon.
Dewi pun tersadar dan menjawab, “Aku tahu, aku akan segera mengurusnya.”
“Apa Lorenzo membawamu ke Negara Emron?” Brandon sangat panik, “Dia tidak menyanderamu, ‘kan? Aku
harus memikirkan cara untuk menyelamatkanmu.”
“Cara apa yang bisa kamu pikirkan?” Dewi segera menghentikan niatnya, “Aku akan mengurusnya sendiri, kamu
hanya perlu mengurus panti asuhan saja.”
“Tapi...."”
“Sudahlah, aku tutup dulu.”
Dewi menutup panggilan itu dan memijat pelipisnya yang terasa sakit.
Harus segera mencari cara agar bisa melarikan diri, apakah malam ini ada kesempatan?
Tidak, Lorenzo mengajaknya menghadiri perjamuan malam, bagaimana mungkin ia membiarkannya kabur
begitu saja?
Lagi pula, itu adalah perjamuan malam, pengawalannya pasti sangat ketat, sebaiknya dia harus memupuskan
niatnya.
Namun, pasti ada orang yang dia kenal di perjamuan itu, seperti Wati. Asalkan mereka bisa membawanya keluar
dari kastil, maka dia punya kesempatan untuk melarikan diri.
Ini lebih baik daripada menerima nasib di tempat ini.
Kastil ini sangat ketat, mustahil bisa melarikan diri.
Harus memikirkan cara dari luar.
Saat sedang memikirkannya, terdengar suara ketukan dari luar, “Nona Wiwi, sudah bangun?”
“Sudah, masuklah.”
Dewi menguap, lalu merangkak dari tempat tidurnya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Nola datang bersama beberapa pelayan dan penata gaya, mereka ingin membantu Dewi mandi, lalu meriasnya.
Dewi merasa pusing saat melihat begitu banyak orang, “Jangan repot-repot, dirias asal saja.” “Tapi ....".
“Aku mandi dulu, kalian tunggu saja di luar.”
Dewi langsung menuju kamar mandi, lalu mandi asal, kemudian keluar dengan mengenakan jubah mandi dan
rambut yang terbungkus handuk.
Beberapa penata gaya segera mendekat untuk membantunya mengeringkan rambut dan memberikan
perawatan pada kulitnya,
Dewi yang duduk di kursi pun terkantuk-kantuk, tadi dia belum puas tidur, ia masih sedikit mengantuk sekarang.
Dia memejamkan mata dan membiarkan mereka melakukan pekerjaan mereka sambil mengingatkan, “Jangan
terlalu berlebihan, sederhana saja, aku beri kalian waktu selama setengah jam.”
“Setengah jam?”
Beberapa penata gaya itu kebingungan, “Nona Wiwi, setengah jam tidak cukup.”
“Kalau begitu, aku sendiri saja?”
Dewi menguap lagi.
“Ini ....” Para penata gaya menatap ke arah Nola.
“Tuan sudah memerintahkan, lakukan sesuai keinginan Nona Wiwi.” Nola segera berbicara, “Karena Nona Wiwi
ingin yang sederhana, maka riaslah sesederhana mungkin.”
“Baik.”