- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Tiga Harta: Ayah Misterius...
Bab 1885
Saat itu juga, Dewi merasa seperti terancam. la selalu mendengar kalau pria menyukai wanita yang bertubuh
montok dan seksi. Mungkinkah Lorenzo....
la mengalihkan pandangannya menatap Lorenzo. Pada saat bersamaan, Lorenzo juga menatapnya, “Apa kamu
lapar? Mau makan di ruang istirahat?”
“Oh, boleh.”
Dewi juga ingin pergi dari sini. la merasa begitu banyak mata di sekelilingnya yang tertuju
padanya sepanjang waktu, membuatnya merasa sangat tidak nyaman.
Lorenzo memberi isyarat, lalu kedua pengawal wanita datang dan membawa Dewi pergi.
Dewi baru saja berjalan beberapa langkah, lalu ia menoleh ke belakang dan melihat Juliana
sedang duduk di kursinya, dengan anggun berbincang-bincang dengan Lorenzo.
Kening Dewi bertaut. Hatinya merasa kesal. Ternyata Lorenzo ingin mengusirnya agar bisa
dekat dengan wanita lain.
“Kak Wiwi!”
Saat itu juga, terdengar sebuah suara ramah yang memanggilnya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Dewi mendongak dan melihat bahwa pemilik suara itu adalah Wati.
Hari ini penampilan Wati begitu sederhana, tidak menarik banyak perhatian. la mengenakan
gaun berwarna ungu muda, lalu minum dan berbincang-bincang dengan beberapa wanita elite di
pojok ruangan, tidak berani mendekati Lorenzo.
Lagipula, ada tiga keluarga besar yang hadir saat ini. la hanya tergolong sebagai orang kecil, tidak berani
mencuri perhatian.
“Ternyata, kamu juga datang.” Dewi sengaja menggodanya, “Kenapa kamu tidak mengunjungi kakak sepupumu
hari ini?”
“Hm!” Wati tersenyum canggung, lalu mengganti topik pembicaraan, “Maaf, Kak Wiwi! Semalam aku mabuk, jadi
tidak menjagamu dengan baik!”
“Haha, tidak apa-apa.” kata Dewi sambil tersenyum, “Aku mau istirahat di aula belakang. Ayo,
pergi bersama!”
“Boleh.” Wati sangat gembira.
Ketika keduanya tiba di ruang istirahat, para pelayan sudah menyiapkan berbagai makanan
mewah.
Dewi langsung menyantap makanannya begitu ia duduk, sama sekali tidak terlihat elegan
layaknya seorang wanita kaya ternama.
Wati termangu-mangu menatap sikapnya seperti itu. la tidak dapat menahan dirinya dan
bertanya, “Kak Wiwi, sebenarnya kamu ini siapa?”
“Hah?” Dewi tidak mengerti apa maksud pertanyaannya.
“Aku ....” Wati ingin melanjutkan perkataannya, namun tidak berani.
“Pasti kamu berpikir kalau aku dikirim oleh seseorang, seharusnya sejak awal aku sudah
melewati berbagai pelatihan atau seleksi, seperti bagaimana harus bersikap anggun dan elegan.
Kalau tidak, kenapa aku begitu sulit untuk dihadapi....”
Dewi dengan tepat menebak isi pikiran Wati.
“lya.” Wati berulang kali menganggukkan kepalanya.
“Hehe....” Dewi tertawa, lalu menyerahkan sepotong kue padanya, “Siapa nama orang yang baru
saja memainkan piano tadi....”
“Juliana Henderson.” Wati bergegas menjawabnya, “la adalah putri tunggal perempuan Tuan Michal. Tuan Michal
memusatkan seluruh pikirannya untuk memberinya pendidikan yang terbaik. Juliana juga tidak pernah
mengecewakan ayahnya, ia begitu luar biasa, dan merupakan kandidat yang dipilih bersama oleh ketiga
keluarga besar itu....”
“Kandidat? Kandidat apa?” Dewi mengangkat alisnya.
“Ini....” Wati sedikit ragu-ragu.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Apa mungkin penduduk negara Emron menganut asas poligami?” tanya Dewi penasaran.
“Tidak, monogami.” Wati langsung menjawab, “Para pria di negara Emron memang terlihat kuat berkuasa, tapi
para wanitanya juga tidak memiliki kedudukan yang rendah.”
“Kalau begitu, aneh sekali.” Dewi terheran-heran, “Lorenzo bahkan mengatakan kalau ia sudah punya tunangan,
tapi mereka masih memilihkan pacar untuknya?”
“Kamu jangan menyalahkanku karena berbicara terus terang, ya.” Wati melihat ke luar, lalu berbisik, “Kamu dan
kakak sepupu belum menikah. Kamu juga tidak memiliki latar belakang yang jelas, mereka bahkan tidak dapat
mengetahui asal usulmu, sehingga kamu tidak akan dianggap oleh mereka.”
“Oh, benar juga.” Dewi mengangguk.
“Jadi, kamu harus berhati-hati.” Wati dengan baik hati mengingatkan.
“Hati-hati apa?” tanya Dewi penasaran.
“Ugh Wati terlihat tidak mampu berkata-kata, “Hal ini pun kamu tidak paham? Coba
pikirkan, kalau mereka ingin memanfaatkan Kakak Sepupu agar mereka bisa semakin
menempati kedudukan yang lebih tinggi lagi, mereka harus menyingkirkanmu ....
“Oh.” Dewi tiba-tiba tersadar, “Masuk akal!”
Saat itu juga, Wati tiba-tiba menyadari sesuatu, lalu bergegas membuang camilan di tangannya, “Astaga,
makanan ini tidak beracun, ‘kan?”
“Seharusnya tidak.” Dewi terus melahapnya, “Camilan ini tidak bermasalah, tapi teh buah itu beracun!”
“Apa????” Wati membelalak kaget, “Yang benar? Kamu jangan menakut-nakutiku.