- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1887
Setelah melewati aula utama, masih ada beberapa wanita elite berpakaian mewah yang masih
menunggu. Selain Michal Henderson, ketiga keluarga besar itu juga mencari beberapa wanita
lain untuk diperkenalkan kepada Lorenzo.
Tanpa disangka, sebelum gadis-gadis ini dapat tampil, ternyata terjadi sesuatu pada pesta
perjamuan itu.
Saat ini, tidak ada seorang pun di mata Lorenzo, hanya Dewi seorang.
Setelah masuk ke dalam mobil, Lorenzo memandangnya dari atas ke bawah, “Apa kamu baik- baik saja?”
“Kepalaku pusing...”
Dewi dengan lemas bersandar pada jok mobil.
“Hubungi Dokter Karen.”
Lorenzo segera memberi perintah.
“Tidak perlu.” Dewi segera menghentikannya, “Aku hanya sedikit terguncang. Setelah tidur, aku
akan baik-baik saja.”
“Benar tidak apa-apa?” Lorenzo menatap mata Dewi yang terlihat jernih dan cerah.
“lya.” Dewi menganggukkan kepalanya.
“Baiklah.” Lorenzo memberi isyarat, dan bawahannya segera bersiap-siap untuk melajukan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
mobil.
Saat itu juga, Winston dan Michal bergegas datang untuk berpamitan dengannya
“Lorenzo, aku benar-benar minta maaf atas peristiwa malam ini. Kami tidak mengadakan pesta ulang tahun yang
baik untukmu.” Winston dengan menyesal meminta maaf, “Kami pasti akan menyelidiki semuanya ini dengan
jelas dan melaporkannya padamu.”
“Ya, ya, kami pasti menyelidikinya secara menyeluruh.” Michal bergegas menambahkan.
“Tidak perlu merepotkan kalian.” Lorenzo menjawab datar, “Anak buahku dapat
menyelidikinya.”
“floc
“Kami pergi dulu. Selamat malam.”
Lorenzo berpamitan dengannya, dan mobil pun pergi menjauh.
Saat itu juga, Dewi berpaling menatap ke luar jendela mobil. Juliana sedang berdiri di pinggir
jalan, menatap mereka dengan ekspresi kecewa.
Lorenzo meliriknya, lalu mengalihkan pandangannya, namun tatapannya bertemu dengan
tatapan tajam Dewi.
la pun mengernyitkan alisnya, “Kenapa kamu menatapku seperti itu?”
“Apa kamu menyukai Juliana?” Dewi menatapnya dingin..
“Tidak.” Lorenzo menjawab dengan tegas, “Aku menyukaimu.”
“Lalu, kenapa kamu memiliki hubungan terselubung dengannya?” tanya Dewi marah.
“Apa maksudnya hubungan terselubung?” Lorenzo kurang mahir dalam hal-hal seperti ini.
“Itu....” Dewi ingin menjelaskan, namun ia mengubah kata-katanya, “Intinya, sikapmu itu
bermasalah.”
Lorenzo tidak menjawabnya dan malah balik bertanya, “Apa kamu masih ingat bagaimana kita
bertemu dulu?”
“Apa?” Dewi tidak mampu mengingatnya.
“Tidak ingat?” Lorenzo menatapnya lekat-lekat, “Kalau begitu, di kota mana kita bertemu?”
“Bukankah di atas gunung?” kata Dewi santai, “Itu sudah lama sekali, siapa yang tahu kita bertemu di kota
mana?”
Mendengar ucapannya itu, tatapan Lorenzo sedikit berubah. Namun, ia tetap memilih untuk tetap diam, tidak
mengatakan sepatah kata pun....
Melihat Lorenzo yang tidak langsung menjawab tentang hubungannya dengan Juliana, Dewi pun merasa gusar.
la pun berpaling dan mengabaikannya.
Sepanjang jalan, keduanya memilih untuk diam.
Setibanya di rumah, Lorenzo ingin menggendong Dewi turun dari mobil, tetapi Dewi langsung
membuka pintunya dan berjalan masuk ke dalam kastil
Lorenzo menatap punggung Dewi, lalu mengernyitkan keningnya dan memerintahkan Jasper, “Selidikilah dengan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmjelas!”
“Baik!” Jasper begitu cerdas, ia langsung mengetahui apa isi pikiran Lorenzo
Dewi kembali ke kamarnya dengan penuh amarah. Namun dalam seketika, ia segera tersadar
Tidak, kenapa ia harus marah?
la hanya tunangan palsu, bukan yang sebenarnya.
Biarkan saja Lorenzo menyukai siapa pun.
Lagipula, cepat atau lambat ia akan segera pergi.
Setelah memikirkan hal ini, Dewi pun bangkit berdiri. Ja mengeluarkan perhiasan itu dari
kotaknya yang begitu indah, lalu memasukkan semuanya ke dalam sebuah kantung
Kemudian, ia mengambil sebuah ransel yang disembunyikannya di atas langit-langit kamar
mandi, dan memasukkan perhiasan itu ke dalamnya.
la harus segera mencari kesempatan untuk keluar dari sini secepat mungkin.
Tidak boleh menunda-nunda lagi...
Di dalam ruang kerjanya, Lorenzo minum anggur dingin sambil melihat foto-foto lama yang tersimpan pada jam
sakunya. Foto-foto Wiwinya yang dulu bertumpang tindih dengan Wiwi yang berada di sisinya saat ini....
Seharusnya mereka adalah orang yang sama, namun kenapa ia tidak mengingat apa-apa?
Selain itu, tatapan wanita itu tidak sesederhana dan polos seperti dulu. Sekarang tatapannya
tajam, ia bisa bersandiwara, bahkan penuh perhitungan....
Apakah ia benar-benar Wiwi miliknya?