- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1891
“Tanya Tuan dulu.”
Wati menoleh ke arah Lorenzo, ingin bicara, tapi tidak berani menyela.
“Apa Nona Wiwi bosan?”
Sebaliknya, Juliana tampaknya berinisiatif, dia bangkit berdiri dan mendekat, dan berkata
sambil tersenyum, “Pertunjukan akan dimulai setengah jam lagi, aku temani kamu jalan-jalan di
luar.”
“Ayo.”
Dewi menerima dengan senang hati.
Ketiga wanita keluar dari ruang VIP dan jalan-jalan di kawasan pejalan kaki teater.
Ada belasan
ngawal di belakangnya, mereka dilindungi dengan sangat ketat.
“Kudengar Nona Wiwi berasal dari Negara Nusantara?” Juliana ngobrol santai dengan Dewi, “Ibuku juga berasal
dari Negara Nusantara, aku sangat suka tempat itu, setiap tahun aku ke sana
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Oh.” Mata Dewi melihat sekeliling, mencoba melihat apakah ada kesempatan untuk melarikan
diri.
“Nona Wiwi kerja apa?” Juliana bertanya lagi, “Jurusanku adalah manajemen bisnis, melakukan penelitian
tentang seni juga. Entah apakah kamu
“Aku tidak punya pendidikan.” Dewi menjawab dengan datar, “Tapi aku juga melakukan penelitian tentang
perhiasan, emas, dan real estat....
“Lumayan bagus.” Juliana agak terkejut, “Kalau begitu, kamu mempelajari desain perhiasan dan desain
arsitektur?”
“Tidak, aku hanya ingin mengubahnya menjadi uang.” kata Dewi dengan santai.
Wati tertawa “pfftt”, dia sudah tahu Dewi yang tidak pernah pakai akal sehat, semuanya tidak akan pernah bisa
menebak apa yang akan dia katakan selanjutnya ....
Lagipula pemikirannya berbeda dengan orang biasa.
Benar saja, Juliana tertegun sejenak, lalu bertanya lagi, “Kalau begitu kamu berbisnis?”
“NONONO.” Dewi menggelengkan kepalanya, “Aku tidak mengerti bisnis apa pun, aku hanya ingin menghasilkan
uang!”
Wati tidak tahan lagi, dia ingin tertawa terbahak-balak.
Pada saat ini, wajah Juliana muram, merasa seolah-olah dia digoda, tapi dia dengan cepat kembali anggun dan
berkata sambil tersenyum “Nona Wiwi sangat humoris!”
“Hehe!”
Dewi menoleh pada lorong yang tidak jauh darinya, mungkin pertunjukan akan segera dimulai, dan para pemain
dengan berbagai peran sedang bersiap-siap.....
Beberapa pemain juga mendorong kandang yang ditutupi tudung pelindung, terdengar gumaman binatang buas.
Matanya begitu cerah saat memikirkannya....
“Nona Wiwi lihat apa?” Juliana mengikuti tatapannya.
“Bukan apa-apa.” Dewi memalingkan muka, “Aku ke toilet dulu.”
“Ada di ruang tunggu, ayo kita masuk....”
Wati sedang bicara, tapi Dewi sudah berjalan ke toilet di koridor yang tidak jauh darinya, dia tidak punya pilihan
lain selain mengikutinya.
“Aku akan menunggu kalian di luar.”
Juliana menunggu di luar.
“Menurutmu Juliana bagaimana?”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Dewi pergi ke toilet dan langsung bertanya pada Wati.
“Lumayan hebat. Dia siswa terbaik sejak kecil. Semua orang selalu memujinya. Dia agak
sombong dan tidak memandangku sama sekali. Aku tidak banyak berhubungan dengannya, jadi
aku tidak tahu jelas kepribadiannya....”
Wati menjawab secara blak-blakan-
“Tapi menjadi satu-satunya putri dari tiga keluarga besar, semua orang menaruh harapan padanya dan pasti
akan menyuruhnya menikah dengan kakak sepupu!”
“Bagaimana menurutmu tentang ini?” Dewi merasa geli, “Lorenzo tidak menyukainya, tidak ada gunanya betapa
hebat dirinya.”
“Belum tentu.” Wati melihat ke luar, lalu berbisik, “Dalam beberapa tahun terakhir, empat keluarga besar
terpecah belah. Kalau kakak sepupuku menikah dengan Juliana, semua orang saling berhubungan dan bisa
bersatu kembali.
Kalau dia tidak menikah, itu berarti dia ingin mengambil alih kekuasaan sendirian, kalau begitu tiga keluarga
besar akan bersatu melawan kakak sepupu
“Sungguh rumit.” Dewi sedang mencuci tangannya, “Pamanmu berpihak pada siapa?”
“Ugh...” Wati tertegun sejenak, lalu berkata dengan cepat, “Pamanku juga bermarga Moore, jadi tentu saja
berpihak pada kakak sepupu.”
“Jawaban ini, Pamanmu yang mengajarimu, kan?” Dewi tersenyum, “Dia akan menyaksikan Lorenzo melawan
tiga keluarga besar, pada akhirnya siapa pun yang menang, dia akan berpihak pada orang itu!”