- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1897
Dewi tidak punya pilihan lain selain memberi tahu Pangeran Willy seluk beluk masalah ini, dan pada akhirnya
menambahkan-
“Aku benar-benar tidak ingat kejadian tujuh tahun lalu. Kali ini tanpa sengaja menghalau tembakan, itu murni
hanya kebetulan. Aku benar-benar tidak sengaja. Dialah yang tidak tanya dulu dan merasa benar sendiri. Dia
bersikeras memaksaku menikah. Aku melarikan diri beberapa kali, tapi gagal ....
Mendengar kata-kata ini, ekspresi Pangeran Willy menjadi semakin serius, “Aku pernah dengar dia punya cinta
pertama, beberapa tahun ini dia berusaha menemukannya, aku juga pernah membantunya ... Tak disangka,
orang itu adalah
kamu.”
“Ini tidak penting, kejadian masa kecil tidak bisa dianggap serius.” Dewi mengerutkan kening, “Tapi sepertinya
aku benar-benar tidak boleh merepotkanmu. Lihat temperamennya, aku khawatir dia tidak akan membiarkanmu
hidup tenang.”
“Benar, Tabib Dewa, kita tidak boleh ikut campur pada masalah ini
“Diam.” Pangeran Willy menyela Robin, menatapnya tajam, dan berkata pada Dewi, “Dia masih belum tahu
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtidentitas aslimu?”
“Belum.” Dewi menggeleng-gelengkan kepalanya, “Aku khawatir kalau dia tahu, dia akan berpikir bahwa aku
mempermainkannya, kemudian masalah akan jadi lebih besar. Bagaimanapun, aku selalu merahasiakannya
ketika berada di Negara Maple.”
“Kalau begitu, dia juga tidak tahu tentang cedera otakmu?” Pangeran Willy mengatakan poin intinya, “Kamu
belum dioperasi, ‘kan?”
“Belum.” Dewi merasa Pangeran Willy adalah orang kepercayaannya, “Setelah meninggalkan Negara Maple, aku
kembali ke Swedoland untuk mengurus sesuatu, lalu ke Kota Bunaken, jadi operasinya ditunda ...."”
“Kamu harus segera melakukan operasi, kalau tidak, takut malah akan jadi bencana.” Pangeran Willy berkata
dengan sungguh-sungguh, “Aku akan mencari cara untuk membawamu pergi, dan minta Dokter Heidy
mengoperasimu.”
“Pergi dulu, baru dibicarakan lagi.” Dewi mengerutkan kening, “Tapi, apa ini tidak
akan merepotkanmu? Begitu Lorenzo tahu, kamu yang membawaku pergi, apa dia akan melampiaskan
amarahnya padamu?”
“Dia tidak akan melakukan apa pun padaku, paling-paling dia akan memarahiku.” Pangeran Willy menatapnya
dengan lembut, “Intinya, apa kamu benar-benar tidak ingin menikah dengannya?
L dan Daniel terpilih sebagai pria yang ingin dinikahi oleh kebanyakan gadis di dunia. Mereka masih muda dan
tampan, kaya dan berkuasa, dan tidak ada riwayat buruk sama sekali. Pria sesempurna ini sangat mencintaimu,
apa kamu benar-benar rela?”
“Apa hubungannya denganku ....” Dewi tampak tidak sabar, “Aku tidak ingin menikah, siapa pun dia.”
“Apa kamu hanya tidak ingin menikah dengannya atau sama sekali tidak mau menikah?” tanya Pangeran Willy
lagi.
“Sama sekali tidak mau menikah.” Dewi menjawab tanpa ragu, “Aku punya kehidupanku sendiri, masalah
percintaan terlalu merepotkan.”
“Baiklah, ini baru namanya Tabib Dewa....”
Pangeran Willy tersenyum tak berdaya.
Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, kemudian terdengar suara Nola, ” Pangeran Willy, aku
merebus sup kesehatan untuk Anda, bolehkah aku
masuk?”
Pangeran Willy mengedipkan mata, dan Robin bergegas menanggapi.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Kembalilah ke kamar dan istirahat dulu, tunggu aku atur semuanya, akan kuberitahu lewat pesan teks.”
Pangeran Willy berbisik pada Dewi.
“Iya.”
Dewi mengangguk, lalu berbalik dan keluar lewat jendela ....
Meskipun angin dan salju sudah berhenti, dinding dan kusen jendela di luar masih tertutup embun beku dan
sangat licin, Dewi hampir jatuh ....
Untungnya dia gesit, meraih kusen jendela tepat waktu, dan memanjat sekuat tenaga.
Setelah mendarat di lantai, dia menghela napas panjang, tapi detik berikutnya, dia tertegun lagi ....
Dalam kegelapan, ada sosok yang sedang duduk di sofa di sudut, memegang gelas anggur sambil
mengawasinya dengan tenang.
Seolah-olah melihat anak kucing yang menyelinap keluar, tidak ada perasaan menyalahkan atau amarah di
matanya, tapi malah tenang dan juga semacam rasa memanjakan yang tak berdaya ....
“Apa menyenangkan memanjat tembok?”
Suaranya jelas dan datar, seolah-olah sedang bertanya tentang masalah kecil.