- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1902
Keesokan paginya.
Dewi terbangun dari mimpi, wajahnya memerah, dan masih ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan di dalam
hatinya....
Mati rasa dan kesemutan, selembut sengatan listrik.
Dia bangun dengan linglung, memeluk bantal sambil melamun..
Aneh sekali, kenapa bisa bermimpi seperti ini?
Bahkan jika karena membaca materi itu sebelum tidur, seharusnya mimpi bagaimana mengendalikannya, dan
kemudian kabur dari sini, kenapa bisa jadi mimpi erotis?
Memikirkan hal ini, Dewi tersipu malu hingga wajahnya memerah....
Saat masih berpikir liar, terdengar suara ketukan pintu di luar, “Nona Wiwi, apa Anda sudah bangun?”
“Sudah, masuklah.”
Dewi meregangkan pinggangnya dan bangkit berdiri dengan malas.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Nola masuk bersama beberapa pelayan sambil mendorong troli berisi beberapa pakaian baru.
“Kenapa menyiapkan pakaian untukku lagi?” Dewi menyipitkan matanya dan menatap para pelayan, “Pakaian di
lemari bahkan belum semuanya dipakai.”
“Tuan sudah menyiapkan beberapa pakaian santai untuk Anda,” kata Nola sambil tersenyum, “Dan juga, hari ini
harus memilih gaun pengantin dan perhiasan, Anda sudah harus mempersiapkannya.”
“Uh...” Dewi tertegun, “Benarkah?”
“Pernikahan sudah diumumkan secara internal.” Nola berseri-seri dan sangat bahagia, “Tuan pergi ke kantor
pagi-pagi sekali. Katanya dia akan umumkan pernikahan
kalian di ruang rapat dewan pagi ini.”
Mendengar kata-kata ini, Dewi tidak bisa menahan raut wajah cemberutnya. Saat Lorenzo mengatakannya, dia
tidak menganggapnya serius, sedangkan setelah tahu dia serius, dia mulai agak panik....
Jika berita menyebar, maka kelak dia tidak akan bisa kabur.
Untungnya, yang dia umumkan sekarang hanyalah identitas palsunya dan tidak ada yang tahu bahwa dia adalah
Tabib Dewa.
“Nona Wiwi, Nona Wiwi ....” teriak Nola beberapa kali sebelum Dewi sadar kembali,
“Hah?”
“Kartu keluarga, alamat rumah, status keluarga Anda, apa bisa beri tahu aku semuanya? Tuan memintaku untuk
menanyakannya pada Anda, jadi Tuan bisa atur orang untuk menjemput keluarga Anda ...."”
Tanya Nola sambil tersenyum.
“Aku tidak punya keluarga.” Dewi berseru, “Aku seorang anak yatim piatu.”
“Uh....” Nola membeku sejenak, lalu memandangnya dengan sedih, “Tidak apa-apa, Nona Wiwi, kelak kami akan
menjadi keluargamu.”
Setelah mendengar kalimat ini, Dewi merasa agak terharu dan berkata, “Terima
kasih!”
“Tuan juga tidak punya keluarga. Ada baiknya kelak kalian saling bergantung satu sama lain.”
Nola menepuk punggung tangan Dewi dan berseru, “Sejak lahir, Tuan sudah terlantar, bibinya membawanya
pulang saat Tuan berumur sepuluh tahun.
Saat itu, keluarga Moore masih ramai dan banyak orang yang tinggal di kastel, tapi
kemudian...
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Mereka semuanya ingin berjuang merebut posisi penguasa, bahkan berniat melukai Tuan. Untungnya, bibinya
melindunginya sekuat tenaga dan mencari orang untuk inengajarinya beberapa keterampilan.
Kemudian, saat bibinya mengalami kecelakaan, Tuan masih muda, orang-orang itu bahkan lebih terang-
terangan melukainya dengan perbuatan keji dan cara-cara kejam, bahkan aku saja tidak tahan melihatnya.
Sayangnya, keluarga besar Moore tidak ada satu pun yang mau menampung seorang anak, mereka semua
adalah keluarga inti, malah ingin membunuh seorang anak berusia enam belas tahun ...."”
Nola tidak lanjut bicara, matanya merah dan dia sangat emosional.
“Dulu aku merawat bibi, kemudian bibi memintaku untuk merawat Tuan. Aku melihatnya tumbuh dewasa dan
aku paling tahu penderitaannya.
Meskipun di mata orang luar, dia sangat kuat dan berkuasa, tapi di hatiku, dia selalu seperti seorang anak kecil.
Dia tidak banyak bicara dan tidak emosional. Orang lain menyebutnya berdarah dingin dan kejam, tapi
menurutku dia hanya berusaha melindungi dirinya sendiri dan menjaga keluarga ini.
Saat itu, bibi pernah bilang padanya bahwa keluarga ini harus dijaga. Bila perlu, bisa berantas kanker-kanker itu,
meskipun darah lebih kental daripada air, sekali memburuk, mereka akan lebih buruk dari musuh
Tuan selalu menjaga keluarga ini dengan sepenuh hati, demi mengikuti keinginan bibi.
Tapi, bibi telah tiada dan Tuan juga sudah tidak punya keluarga lagi. Selama ini. Tuan tidak pernah tersenyum,
dan sekarang ada Anda, akhirnya Tuan bisa tersenyum lagi.
Nona Wiwi, aku sangat berharap Anda dan Tuan bisa hidup bersama dengan baik ...."”