- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1920
Lorenzo sama sekali tidak marah, dia pergi setelah berpesan beberapa hal pada dokter.
Dia juga meninggalkan Jasper di sini, dan memberi tahu bahwa dia baru bisa pergi setelah Jeff
kembali.
Jasper ingin pergi mencari dokter, dia berpesan pada Wezo dan Sonny sebelum pergi, “Harus jaga Nona Dewi
dengan baik, jangan sampai ada masalah apa pun. Kalau tidak, aku akan menghabisi kalian.”
“Baik, baik, Kak Jasper tenang saja.” Wezo menjamin sambil menganggukkan kepalanya terus- menerus, “Aku
akan menjaga Nona Dewi dengan nyawaku.”
Saat Jasper menatap ke arahnya, Sonny sedang berjinjit dan meninggikan lehernya untuk melihat Dewi yang ada
di dalam kamar rawat.
Dia tersadar setelah Wezo menepuk pundaknya, lalu buru-buru menjamin, “Kak Jasper tenang saja, aku tidak
akan melakukan kesalahan lagi. Sekarang Tabib Dewi sudah terluka begitu parah, dia tidak bisa ke mana-mana.”
Kalimat terakhir ini memang kenyataan.
Lorenzo mengalihkan pandangannya dan pergi mencari Dokter Heidy.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Saat malam, Nola membantu membersihkan tubuh Dewi, lalu menghangatkan segelas susu untuknya, barulah
pergi dengan tidak rela, “Nona Wiwi, Anda harus istirahat dengan baik, aku akan membawakan makanan Anda
besok pagi.”
“Terima kasih, Bibi.” Dewi menatap kepergiannya.
Dua orang perawat merapikan ruangan itu, lalu berjaga di dekat pintu.
“Kalian keluar saja, aku ingin istirahat sebentar.”
Dewi ingin tidur, tapi saat baru saja dia menyipitkan matanya, ada suara ketukan pintu dari luar, “Nona Dewi,
bisakah aku masuk?”
Itu suara Jasper.
“Masuklah.” Kepala Dewi terasa sedikit sakit.
Jasper masuk dengan membawa beberapa dokumen, ada Sonny yang mengikutinya dengan hati- hati dari
belakang.
“Nona Wiwi, ah, tidak, seharusnya memanggil Tabib Dewi.”
Jasper masih tidak terbiasa memanggilnya begitu untuk sementara waktu, saat menjadi Tabib Dewi sebelumnya,
kondisinya tidak seperti sekarang.
Saat itu, selalu wanita ini yang mengejar Tuan, bahkan beberapa kali mencuri ciumannya dan Tuan selalu terlihat
sangat jijik.
Tapi sekarang Tuan yang mengejar-ngejar wanita ini dan ingin menjadikannya istri.
“Sekarang semua sudah tahu identitasku.” Dewi sedikit tidak berdaya, “Katakanlah, ada apa?”
“Ada dua hal yang harus dilaporkan pada Anda.” Jasper mengeluarkan tas ranselnya, “Ini tas ransel Anda, di
dalamnya ada perhiasan, dokumen, juga beberapa obat, ssmuanya masih ada. Lihatlah, apa ada yang hilang?”
“Bawa ke sini.” Dewi langsung bersemangat begitu mendengarnya.
Jasper segera memberikan tas ransel itu, dan mengeluarkan barang itu satu per satu untuk diperlihatkan pada
Dewi.
Dia baru merasa tenang setelah Dewi memastikan tidak ada yang hilang.
“Untunglah, tidak ada yang hilang,” ujar Jasper sambil tersenyum, “Aku akan membantu Anda membawanya ke
rumah...”
“Letakkan di sini saja,” ujar Dewi segera, “Aku baru tenang kalau diletakkan di dekatku.”
“Eh...."” Jasper tersenyum canggung, “Baik.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Lalu, dia memasukkan tas ransel itu ke nakas.
“Masih ada satu hal lagi,” ujar Jasper melanjutkan, “Terkait kondisi penyakit Anda, kami sudah mengundang
Dokter Heidy, tapi dia bilang hanya memiliki 20% keyakinan terhadap keberhasilan operasi Anda, bahkan
meminta kami segera mencari Tabib Dewa, barulah bisa menyembuhkan penyakit Anda.”
“Omong kosong!” Dewi tidak bisa berkata-kata karena kesakitan.
“Ya.” Jasper buru-buru menganggukkan kepalanya, “Aku juga tahu, Anda adalah Tabib Dewa. Dokter tidak bisa
mengobati dirinya sendiri, meski kemampuan medis Anda sangat hebat, tetap saja tidak bisa mengoperasi diri
sendiri.
Tapi kondisi Anda sekarang sangat berbahaya, sudah tidak bisa ditunda, jadi aku ingin bertanya, apa Anda
mengenal dokter hebat lainnya atau Ada punya kakak dan adik seperguruan? Atau mungkin guru Anda?”
Dewi terdiam mendengar kalimat ini, sepertinya kondisinya benaran sangat parah, sepertinya yang bisa
menyelamatkannya kali ini hanya gurunya.
Namun, dulu dia bersikeras turun gunung tanpa memedulikan perintah gurunya dan tidak
pernah
Meski mencari gurunya, gurunya juga belum tentu bersedia menolongnya ....
En hubungan selama bertahun-tahun, sekarang ia malu untuk menemui gurunya itu.
Entah bagaimana pria tua yang keras kepala itu memarahinya.