- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1931
Keesokan paginya, ketika Dewi terbangun, Lorenzo telah menghilang.
Ada rasa kehilangan yang tak dapat diungkapkan di hatinya, ia menatap kosong ke sofa di samping tempat
tidurnya sambil termenung
Setelah sekian lama, akhirnya terdengar suara ketukan pintu, ia baru perlahan-lahan kembali
sadar.
Dokter Heidy, serta beberapa perawat masuk untuk memeriksa kondisi Dewi.
Dewi berbaring malas di tempat tidur, membiarkan mereka melakukan berbagai pemeriksaan padanya.
Dokter Heidy melihat Iuka di belakang kepalanya dan bertanya sambil bercanda, “Apa kamu masih ingat
denganku?”
“Ingat, kita pernah bertemu di San Francisco.”
Dewi sangat terkesan dengan Dokter Heidy, ia merasa keterampilan pengobatan Dokter Heidy di dunia
pengobatan modern sangatlah tinggi, terlebih lagi ia tampaknya sangat menghargai pengobatan tradisional.
Ditambah lagi, ia orang yang sangat bertanggung jawab, memiliki karakteristiknya sendiri, tidak seperti dokter
lain yang tunduk pada status Lorenzo.
Oleh karena itu, Dewi memiliki kesan yang cukup baik terhadapnya.
“Jika saat itu kamu bersedia untuk dioperasi, peluang kesembuhannya akan lebih tinggi daripada sekarang.”
Heidy melihat luka Dewi, tidak dapat menahan penyesalannya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Hidur
nati adalah takdir Tuhan!”
Nada
Jewi acuh tak acuh, seolah ia tidak peduli.
“Ada pepatah di Nusantara, tubuh, rambut dan kulit adalah orang tuamu.” Heidy sangat serius, “Kamu begitu
tidak menghargai hidupmu sendiri, apa kamu layak berbicara dengan orang tuamu?”
“Aku tidak punya orang tua.”
Dewi menjawabnya dengan santai, selesai berkata, muncul bayangan guru di dalam benaknya ...
Dalam dua hari ini ia teringat beberapa orang dan beberapa kejadian, sosok guru begitu jelas
muncul di dalam benaknya, ia ingat ketika ia turun gunung dan bertengkar dengan guru, ia merasa sedikit
bersalah....
Sepanjang hidupnya, gurunya adalah orang yang berhati baik dan lembut, ia jarang marah, namun saat Dewi
turun gunung, ia begitu marah, pertama kalinya ia mengeluarkan kata-kata kasar dalam hidupnya.
la berkata, jangan kembali lagi ketika Dewi sudah pergi, ia juga berkata, jangan beri tahu orang- orang bahwa
Dewi adalah muridnya, menurutnya itu memalukan.
Karena perkataan itu, Dewi tidak pernah lagi berhubungan dengan guru itu.
Lima tahun berlalu, dalam lima tahun ini, ia melalui banyak kesulitan, namun ia terus berkata pada dirinya
sendiri untuk menciptakan dunianya sendiri, ia harus membuktikannya pada guru saat ia kembali....
Namun hingga saat ini, ia belum melakukan sesuatu yang hebat, sebaliknya hidupnya malah dalam bahaya.
Jika dengan kesulitan yang ia pikul sekarang, ia kembali ke sana, gurunya pasti akan memakinya
sampai mati, ‘kan??
“Sekarang aku akan mengganti perbanmu, ini akan sedikit sakit, mohon tahan sedikit.”
Dokter Heidy mengingatkannya dengan pelan.
“lya.” Dewi memberikan respon, dengan bantuan perawat ia membalikkan tubuhnya, menelungkupkan
tubuhnya di atas tempat tidur sambil memeluk bantal.
Heidy mulai mengganti perban pada luka di belakang kepala Dewi.
Dewi menggigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit dan tetap diam.
Heidy dengan cepat dan terampil mengganti perbannya, ia menghela napas dan berkata, “Kondisi seperti ini
sudah tidak bisa ditunda lagi, aku harus secepatnya menghubungi Tabib
Dew.
“Umi
Dewi menjawab tanpa sadar, lalu secepatnya menimpali, “Apa?”
Baiklah, memang ia sangat terkenal, semua orang mengira, operasi dengan tingkat kesulitan. tinggi seperti ini,
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmtidak dapat dilakukan oleh orang lain selain dia.
Tapi mereka tidak tahu, ia masih memiliki seorang guru yang keterampilan medisnya jauh lebih tinggi.
“Sudah selesai, aku keluar dulu.”
Heidy berpamitan, lalu berjalan pergi.
Para perawat merapikan peralatan, hendak membantu Dewi membalikkan badannya, namun Dewi berkata,
“Tidak usah, aku telungkup seperti ini saja, sangat nyaman....
“Baiklah.”
Para perawat tidak banyak bicara, mereka membawa peralatan mereka dan berjalan pergi.
Saat ini, ada seorang perawat yang bertanya secara tiba-tiba, “Kenapa kamu tidak pergi?”
“Aku bersihkan kamar mandi dulu baru pergi.”
Jawab perawat lainnya.
Dewi tidak dapat menahan dirinya untuk terkejut saat mendengar suara ini ....
“Baiklah, terima kasih.”
Ketika perawat-perawat lainnya berjalan keluar, salah satu perawat berbisik, “Orang baru ini sangat tekun, ia
bahkan berinisiatif untuk membersihkan kamar mandi.”
“Betul, sepertinya area ini bukan tanggung jawabnya?”
“Mungkin dia mau menjalin hubungan dekat dengan tuan rumah ini, hubungan baik dan dapat sedikit tip?”
“Mungkin saja.”