- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1949
“Maaf, maaf!” Cole bergegas minta maaf dan langsung memarahi pelayan itu, “Apa yang kamu lakukan? Apa
kamu tidak pakai mata saat berjalan?”
“Maaf, maaf ....”
Pelayan itu membungkukkan tubuhnya hingga sembilan puluh derajat dan terus meminta maaf.
“Tidak apa-apa,” Dewi tidak ingin mempersulit pelayan itu.
Juliana dan Michael yang melihat kejadian itu langsung bergegas menghampiri mereka.
Seorang pengikut dari keluarga Henderson menyerahkan sapu tangan kepada Dewi. Saat itu juga, tanpa sengaja
Dewi melihat ada memar pada bagian tangan antara ibu jari dan jari telunjuk orang
itu.
Itu jelas luka gigitan ular.
Mata Dewi pun menegang, tatapannya berubah dingin...
Ternyata, dalang di balik penculikannya dulu adalah Michael Henderson!!!
Pemimpin penculikan pada hari itu berada dalam rumah kayu di atas gunung dan terluka oleh gigitan ular yang
dipanggil oleh Dewi. Meskipun setelah sekian lama, memar luka tersebut masih akan membekas.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Sehingga, hari ini ia masih terus mengamati siapa sebenarnya yang memiliki luka itu.
la mengira orang itu adalah Cole Kingsley.
Tak disangka, ternyata Michael Henderson pelakunya!
Tentu saja, bos mana yang akan langsung turun tangan mengurusi hal seperti ini? Mereka pasti akan menyuruh
asisten terhandal mereka untuk melakukannya.
“Sebaiknya kita ke aula belakang. Aku akan menyuruh orang mengantarkan beberapa gaun untukmu.”
Juliana terdengar seperti Nyonya pemilik tempat itu.
“Cukup dibersihkan saja, tidak perlu repot-repot.”
Dewi menatap pengikut Henderson, lalu mengikuti Juliana menuju ruang istirahat di aula belakang.
Hana dan Sharon, kedua pengawal wanita dari Grup Moore, mengikuti Dewi dekat-dekat
sepanjang jalan.
Dewi pergi ke kamar mandi untuk membersihkan noda anggur di gaun itu, namun noda itu ternyata tidak dapat
dibersihkan. la hanya dapat keluar dan beristirahat di atas sofa sambil menunggu orang-orang Juliana
membawakan gaun yang lain.
“Kalian semua keluar saja. Biar aku yang menemani Nona Wiwi di sini.”
Juliana memerintahkan para pengikut wanitanya keluar, lalu berpaling menatap Hana dan Sharon.
Hana dan Sharon menatap Dewi.
Setelah Dewi mengangukkan kepalanya, mereka baru berani keluar ruangan dan berjaga di luar.
Juliana menjawab panggilan pada ponselnya dan berpaling ke arah Dewi, “Pelayan yang menabrakmu tadi sudah
ditangani.”
“Orang itu tidak menabrakku,” Dewi menjelaskan, “ia menabrak Cole, dan Cole tidak memegang gelasnya
dengan baik, sehingga anggur di tangannya tumpah.”
“Tidak penting bagaimana insiden itu terjadi. Intinya, ia telah berbuat salah padamu,” Juliana menggoyang-
goyangkan gelas anggurnya, “Karena ia telah berani menyinggung tunangan Tuan Lorenzo, ia telah melakukan
kesalahan besar!”
Dewi sadar tidak ada guna berbicara dengannya, sehingga ia enggan berbicara lebih panjang lagi, dan langsung
bertanya, “Bagaimana kalian menanganinya?”
“Tentu saja dilemparkan ke dalam penjara,” Juliana berkata santai, “la bahkan lebih hina daripada sampah, bisa-
bisanya melakukan kesalahan pada acara perjamuan penting seperti ini!”
Mendengar ucapannya itu, Dewi mendongak dan menatap Juliana dengan tidak percaya....
la mengira kalau sifat Juliana hanya sedikit arogan. Tak disangka, ternyata ia sekejam ini. Mungkin bagi orang-
orang seperti mereka, hidup para pelayan itu sama sekali tidak berharga.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Pemikiran ini jelas telah mendarah daging dalam otak mereka, sehinga ia dapat mengatakannya secara tenang
di depan Dewi.
Dewi merasa sangat tidak nyaman, tetapi ia sadar ia tidak dapat berargumen dengan Juliana mengenai masalah
ini .....
“Kamu mau minum anggur?” Juliana menyodorkan segelas anggur merah pada Dewi.
Dewi menerima gelas anggur itu. Aroma anggur yang manis merebak ke wajahnya, rasanya begitu murni. la pun
meneguk anggur itu dan berseru, “Rasanya enak!”
“Kamu bisa minum anggur juga?” Juliana tersenyum, “Atau sengaja demi bisa berbaur dengan kalangan atas?”
“Apa maksudmu?” Dewi mengangkat alis dan menatapnya.
“Sebenarnya, mereka yang datang ke sini untuk bekerja sebagai pelayan memiliki latar belakang yang baik dan
pendidikan tinggi. Bahkan, tinggi badan dan penampilan mereka harus diseleksi dengan ketat....”
Juliana menggoyang-goyangkan gelas anggurnya dan berkata dengan penuh arti, “Ketika mereka datang,
mereka juga memiliki mimpi dan ambisi tersendiri, tetapi begitu mereka melakukan kesalahan, itu sudah lain
cerita...”
Juliana terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Perasaan Tuan Lorenzo terhadapmu saat ini masih terhitung baru. la
bersedia memberikan apa pun untukmu. Namun, bagaimana ke depannya? Berapa lama perasaannya itu dapat
bertahan?”
“Tanpa dukungan dari keluarga besar ini, aku khawatir tidak lama lagi nasibmu akan sama seperti pelayan itu.
Oh bukan, sejak dulu, istri bangsawan yang ditinggalkan hanya akan berakhir dengan tragis....