- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1950
“Istri bangsawan yang ditinggalkan?”
Dewi tidak dapat menahan tawanya setelah mendengar kata-kata baru ini.
“Di dunia ini, menjalin hubungan apa pun selalu ada timbal balik, begitu pula dengan cinta. Sekarang, kamu
dapat menukar cinta Lorenzo dengan tubuhmu yang masih muda dan cantik. Namun, semuanya ini ada batas
waktunya.”
“Setelah kecantikanmu sirna, semuanya akan berubah. Kamu tidak mungkin dapat terus menikmati cinta
Lorenzo. Kalau aku, dengan latar belakang keluargaku ini, setidaknya aku bisa hidup damai dengannya. Tetapi
kamu, tanpa adanya penyokong apa pun, hanya akan berakhir menjadi wanita yang ditinggalkan ....”
“Mungkin kamu akan mati, mungkin kamu akan dipenjara, hingga membuatmu merasa lebih baik mati daripada
hidup, atau bahkan kamu akan diberikan ke orang lain. Itu semua bukan hal yang mustahil.....
“Sudah selesai bicaranya?” Dewi sudah merasa kesal mendengarnya, “Bukannya kamu sudah memilih Wakil
Presiden? Untuk apa masih memedulikan urusanku dengan Lorenzo?”
“Semuanya belum terlambat kalau kamu mundur sekarang,” Juliana meletakkan gelas anggurnya dan
mendekatinya perlahan, “Kalau tidak...."”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Sebelum ia dapat meneruskan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, yang disusul
dengan suara Michael Henderson, “Juliana, keluarlah sebentar.”
Juliana menatap Dewi dengan dingin, lalu bangkit berdiri dan pergi ke luar.
Saat pintu itu terbuka, Dewi melihat Michael berdiri di luar dengan wajah muram, sambil menatap Juliana
dengan tatapan yang sangat tegas....
Dewi kira-kira mengerti kalau Michael ingin Juliana menikah dengan Wakil Presiden, tetapi Juliana masih
mengharapkan Lorenzo dalam hatinya, sehingga ia mengambil kesempatan ini untuk menekan Dewi, berharap
Dewi akan berinisiatif untuk mundur.
Michael menebak apa yang dipikirkan putrinya, sehingga ia datang tepat waktu untuk menghentikannya.
Seharusnya seperti ini, bukan?
Selain itu, Michael sebelumnya mengirim seseorang untuk menculiknya mungkin karena ia ingin menciptakan
peluang bagi Juliana. Lagipula, Wakil Presiden belum menawarkan rekonsiliasi saat itu.
Mereka menempatkan fokus tujuan mereka pada Lorenzo, dan mengira asalkan Dewi dapat
disingkirkan, Juliana dapat menikahi Lorenzo.
Jika dipikirkan kembali, pada pesta perjamuan yang lalu, Dewi dan Wati sama-sama jatuh pingsan, bahkan
diserang oleh seseorang. Seharusnya, Michael yang mengirimkan orang untuk melakukan semuanya itu, ‘kan?
Apa Lorenzo mengetahui semua ini?
Saat pikirannya tengah berkeliaran ke mana-mana, tiba-tiba kembali terdengar suara ketukan di pintu. Ada
orang yang masuk sambil membawakan gaun untuk Dewi.
Dewi asal memilih salah satu gaun itu. Saat ia hendak menyuruh mereka keluar, tiba-tiba seorang pelayan
wanita bertanya dengan nada yang janggal, “Apa Nona perlu kubantu?”
Dewi mengarahkan pandangan menatapnya, lalu dengan cepat berkata, “Baiklah, kamu tetap di sini. Yang
lainnya boleh pergi.”
“Baik.”
Semua orang pun pergi meninggalkan ruangan itu.
Pelayan wanita itu mengunci pintu, lalu berkata kepada Dewi dengan suara tertahan, “Ini aku!“
“Aku tahu,” Dewi menatap Bibi Lauren dari atas ke bawah, lalu menggodanya, “Bibi Lauren cantik juga, tidak
salah berpura-pura menjadi pelayan di usia tiga puluhan.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Tentu saja, bibimu ini memiliki kecantikan alami yang begitu menawan.”
Bibi Lauren memutar-mutar pinggangnya dan berpose dengan bangga.
“Bagaimana Bibi bisa masuk ke sini?” Dewi bertanya penasaran, “Ada banyak aturan di sini, dan. penjagaannya
sangat ketat...."
“Intinya aku selalu punya cara,” Bibi Lauren berjalan ke arah jendela dan mengamati situasi di luar. “Dewi, aku
telah menemukan cara untuk pergi dari sini. Jadi, kamu harus segera menjawabku, kamu mau pergi atau tidak?”
“Apa, cara apa?”
Tanpa disadari, hati Dewi berubah gelisah, hingga membuatnya sedikit tergagap.
“Ada seorang wanita bangsawan yang baru saja salah makan hingga asmanya kambuh. Dokter pribadi di kantor
kepresidenan telah memeriksanya, tetapi ia masih merasa tidak nyaman, dan perlu dibawa ke rumah sakit.”
“Ambulans akan segera tiba. Kita dapat berpura-pura menjadi paramedis, menyelinap ke dalam mobil dan pergi
bersama mereka...."”
Bibi Lauren berkata pelan, “Intinya, apa kamu sudah memikirkannya matang-matang? Sebenarnya kamu ingin
pergi dari sini atau tidak?”
“Aku ....” Dewi ragu-ragu.