- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 1983 Menahan Diri untuk Tidak Menghubunginya
“Cukup!!!” Denny sangat marah.
“Belum cukup.” Dewi bicara dengan penuh amarah, “Iblis sepertimu tidak seharusnya punya anak. Meski punya
anak, juga tidak seharusnya kamu membawanya di sisimu.
Kamu sendiri yang mencelakai Tania, malah menyalahkanku dan para perawat, apa salah mereka? Tiga belas
nyawa mati begitu saja di tanganmu.....
Kamu pikir itu dengan begitu, kamu bisa membalaskan dendam Tania? Apa kamu pernah berpikir, apa dia
bersedia kamu berbuat begitu? Di surga, dia tahu kamu membunuh begitu banyak orang demi dia, dia akan
membencimu...."”
“Diam, Diam. Diamlah!!!”
Denny berteriak emosi, di saat bersamaan, tidak jauh di luar, terdengar sebuah suara tembakan....
Segera, teleponnya terputus.
Sonny segera mengutus orang untuk memeriksanya, juga menghubungi polisi.
Dewi memegang ponselnya, perasaannya sangat rumit....
Awalnya dia hanya ingin berbincang dengannya, tapi Denny terlalu paranoid, tidak disangka Dewi malah
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmembuatnya marah
Pembunuh kelas atas sepertinya sangat pandai bersembunyi, tidak akan menampakkan dirinya dengan mudah,
sungguh sulit menemukannya.
Saat ini, emosinya tidak terkontrol, dia malah menembak, mengungkapkan keberadaannya, Sonny segera
bertindak dan melapor polisi.
Meski kali ini tidak tertangkap, tapi dalam beberapa waktu ini, dia tetap tidak bisa mendekati Dewi.
Jadi, ini juga termasuk sebuah keberuntungan.
Kepala Dewi mulai sakit lagi, dia meletakkan ponselnya dan memegang kepalanya dengan erat, berbaring di
atas ranjang.....
Ponselnya bergetar, tapi dia tidak mempedulikannya.
Tidak lama kemudian, baterai ponselnya habis dan mati secara otomatis.
Sepanjang hari ini banyak telepon masuk, juga tidak mengisi daya.
Kota Snowy. Mendengar suara sibuk dari seberang sana, Lorenzo menggertakkan giginya dengan kesal. Wanita
ini, tidak menjawab telepon, tidak membalas pesan teks, sungguh tidak masuk
akal!!!
Tidak masalah jika mengabaikannya, tapi dia juga tidak mencarinya.
Semakin memikirkannya, Lorenzo semakin kesal, dia langsung melempar ponselnya keluar.
“Apa terjadi sesuatu?”
Jasper buru-buru menelepon Sonny.
Sonny berkata bahwa di sekitarnya ada suara tembakan, mungkin orang yang menyerang diam- diam semalam.
Dia sudah mengutus orang untuk melacaknya.
Jasper segera bertanya kabar Nona Dewi, apa baik-baik saja.
Sonny bilang tidak terjadi apa-apa, bahkan ia mengutus orang untuk melindunginya dari dekat, dia meyakinkan
Tuannya untuk tenang..
Jasper berpesan beberapa hal, lalu memutuskan teleponnya. Dia menenangkan Lorenzo dengan. hati-hati,
“Tuan, Anda sudah dengar, tadi di sekitar vila ada suara tembakan, barangkali Nona. Dewi merasa takut,
mungkin sebentar lagi dia akan menghubungimu.”
“Takut?” Lorenzo tertawa, “Dia tidak takut pada apa pun, mana mungkin takut pada suara tembakan?”
“Eh...."” Jasper tidak tahu bagaimana membalas perkataannya.
“Mungkin kelembutannya yang sebelumnya itu semua hanya pura-pura, tujuannya agar aku membiarkannya
pulang sendiri ke negara asalnya, lalu dia akan mencari kesempatan untuk kabur ....” Semakin berpikir, Lorenzo
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsemakin merasa ada yang tidak beres, “Kalau tidak, kenapa begitu sampai di Kota Bunaken, dia langsung tidak
memedulikanku?”
“Tuan jangan berpikir terlalu banyak, mungkin bukan seperti itu....”
“Kenapa tidak? Menurut buku, beberapa bulan di awal adalah masa bulan madu, keduanya akan sangat manis,
saling nempel satu sama lain, terutama si wanita. Tapi, bagaimana dengannya? Dia tidak nempel padaku,
bahkan tidak memedulikanku
Lorenzo semakin emosi.
“Setelah masalah kita di sini beres, cukup ke sana lebih awal saja.” Hibur Jasper, “Seharusnya beberapa hari
lagi, kita hampir selesai.”
“Untuk apa ke sana? Dia bahkan tidak menjawab teleponku.” Jawab Lorenzo dengan emosi, “Utuslah beberapa
orang untuk mengawasinya, jangan sampai dia kabur.”
“Siap!”
“Mulai sekarang, aku juga tidak akan memedulikannya, kecuali terjadi suatu hal yang besar
padanya. Kalau tidak, jangan bahas dia di hadapanku, aku mau dia sendiri yang datang memohon padaku.”
Lorenzo cemberut, masih marah.
“Baik.”
Jasper mengangguk, tapi dia malah berpikir, jika Tuannya ini bisa tahan, itu baru aneh....
Diperkirakan dalam waktu kurang dari tiga hari. Tuannya pasti akan berinisiatif menghubungi Nona Dewi duluan.