- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2011 Angan-angan yang Indah
Jantung Dewi berdebar sangat cepat, dia menatap Lorenzo dengan gugup, “Kamu ...."
Baru saja dia bicara, Lorenzo sudah menciumnya. Awalnya ciumannya sedikit kuat, tetapi dengan cepat berubah
menjadi lembut.
Tubuh Dewi terasa aneh, meleleh di bawah pelukan pria itu, napasnya juga menjadi menderu.
Namun, Lorenzo tidak melanjutkan. Memikirkan luka di bagian belakang kepala Dewi masih sangat serius, dia
pun menyingkir dengan cepat. Setelah membersihkan bekas ciuman di bibir Dewi, dia berkata dengan lembut,
“Tidurlah!”
Kemudian, dia bangun dan pergi.
“Kamu mau ke mana?”
“Ruang kerja.”
Lorenzo pergi tanpa menoleh.
Tubuhnya sudah bereaksi. Dia takut jika terus di kamar ini, dirinya akan sangat menderita, tapi juga tidak bisa
menyentuh Dewi.
Melihat Lorenzo pergi menjauh, Dewi merasa sedikit sedih.
Dia merasa Lorenzo tidak suka dirinya botak, maka pergi begitu saja.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Tidak bisa, dia harus membuat obat yang bisa menumbuhkan rambut dengan cepat.
Saat berpikir sembarangan, Dewi pun perlahan-lahan tidur.
Malam itu dia memimpikan hal yang memalukan. Dia memimpikan ciuman, pelukan, dan napast menderu
Lorenzo.
Di dalam mimpinya, dirinya menempel dengan intim ke tubuh Lorenzo, menggigit bahu dan telinga pria itu,
seperti seekor anak kucing liar.
Saat terbangun, Dewi sangat malu hingga wajahnya memerah.
Dulu dia belum siap, maka terus menolak pernikahan. Namun, sekarang dia sangat yakin bahwa dirinya sudah
punya persiapan mental yang cukup.
Bukan demi uang, juga bukan demi membuat gurunya bisa menyumbangkan uang ke mana pun.
Melainkan karena dia benar-benar mencintai Lorenzo!!!!!
Mungkin sejak awal perasaan ini sudah tersembunyi di dalam hatinya. Hanya saja, seiringan dengan
penyembuhan lukanya, kenangan-kenangan indah itu pun perlahan-lahan muncul dalam
benaknya.
Jadi, merangsang perasaannya dengan kuat.
Tidak peduli karena alasan apa pun.
Sekarang dia ingin menjadi istri Lorenzo dan menghitung uang setiap hari!
Memikirkan hal ini, dia merasa sangat senang.
Sungguh ingin segera menikah, lalu memasuki kehidupan pernikahan yang
Entah seratus komputer cukup atau tidak untuk menghitung uangnya.
Kalau semuanya diganti ke uang tunai, apa akan setinggi kastel?
Oh ya, dia bisa minta bantuan Bibi Lauren, Paman Joshua, dan Brandon.
indah.
Ya, kelak semuanya satu keluarga, seharusnya lebih cepat membawa mereka untuk mengenal Lorenzo.
Masih ada gurunya ....
Setelah lukanya sudah sembuh, dia akan mencari hari baik untuk mengajak Lorenzo ke Bukit Oldish, bersujud
dan meminta maaf pada gurunya, serta memohon pengampunannya.
Semoga gurunya itu bisa menjadi saksi di pernikahan mereka.
Oh ya, pernikahan harus dilangsungkan secara tradisional, juga diadakan di Negara Nusantara, paling bagus
kalau di Kota Bunaken.
Ya, juga bisa diadakan sekali lagi di Kota Snowy.
Lagi pula, dia mau memotret foto pernikahan di pinggir pantai. Saat kembali ke Kota Snowy, juga boleh
memotret sekali lagi.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Dia mau mengundang semua anak di panti asuhan ke acara pernikahannya, untuk menjadi pengapit ciliknya.
Memikirkan pemandangan di mana puluhan ribu anak menjadi pengapit ciliknya, pasti sangat spektakuler!!!
Anak-anak juga pasti sangat gembira.
Dulu mereka memanggilnya Mami Dewi, kelak bertambah satu Papi Lorenzo.
Ada papi yang bisa melindungi, mereka pun tidak perlu takut lagi.
Oh ya, apa mau melahirkan anak?
2/2
Melahirkan anak sangat sakit.
Selain itu, dengan kondisi tubuhnya, tidak boleh melahirkan anak.
Kalau melahirkan anak, kemungkinan besar akan mengancam nyawanya.
Namun, kalau tidak melahirkan anak, kelak Keluarga Moore tidak akan punya penerus.
Lorenzo juga pasti tidak akan senang, ‘kan?
Memikirkan hal ini, Dewi menjadi sedikit khawatir. Namun, dia mengubah pikirannya, lagi pula dirinya juga tidak
bisa hidup lebih dari 30 tahun, cepat atau lambat akan meninggal. Meninggal karena melahirkan anak juga
bagus, setidaknya bisa meninggalkan anak untuk Lorenzo.
Mungkin saja anak itu bisa menggantikan dirinya untuk melindungi Lorenzo!
Ya, diputuskan seperti itu saja.
Berpikir sampai di sini, Dewi langsung merasa sangat yakin. Membayangkan kehidupannya kelak, seluruh
benaknya dipenuhi dengan gambaran yang sangat bahagia.