- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2059 Pesan
Keesokan pagi saat bangun tidur, tidak ada lagi sosok Bibi Lauren di sampingnya.
Dewi mengira Bibi Lauren sudah kembali ke kamarnya, jadi tidak memedulikannya dan saat berganti pakaian,
Brandon tiba-tiba masuk dengan tergesa-gesa, “Dewi, gawat....”
Namun, ucapan Brandon terhenti ketika melihat Dewi setengah telanjang, kemudian dia berbalik dengan gugup
dan terbata-bata, “Itu, aku, aku tidak sengaja.”
“Lain kali ketuk pintu dulu.” Dewi mengenakan kaos, perlahan-lahan mengenakan celana jeans, “Apa yang
terjadi sampai begitu terburu-buru?”
“Bibi Lauren dan Paman Joshua pergi.” kata Brandon khawatir, “Pagi-pagi aku mencari Paman Joshua, tapi dia
tidak kelihatan dan Bibi Lauren juga tidak ada, mereka berdua pergi naik mobil off-road....”
“Mereka ingin mengurus sesuatu.” Dewi tidak merasa khawatir, “Tidak perlu terlalu khawatir.”
“Bukan.” kata Brandon terburu-buru, “Pintu gudang senjata Paman Joshua terbuka....”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Ketika mendengar hal itu, Dewi terdiam, wajahnya menjadi serius seketika, “Kamu bilang apa?”
Sambil bicara, dia melangkah keluar....
Brandon mengikuti di belakangnya, dengan cemas berkata, “Aku merasa akhir-akhir ini mereka berdua tidak
beres, Paman Joshua mengajariku setiap hari, seperti sedang serah terima. Bibi Lauren juga tidak lagi
memarahiku, bahkan tadi malam dia membuatkan aku makanan enak....”
“Katakanlah intinya.” Dewi tidak sabar.
“Aku merasa mereka pergi karena alasan lain, mungkin mereka tidak akan kembali lagi.” Brandon akhirnya
mengatakan asumsinya sendiri, “Kalau tidak, Paman Joshua tidak akan membuka gudang senjata, mereka tidak
pernah menyentuh senjata selama beberapa tahun ini....”
Sementara Brandon bicara panjang lebar, Dewi sudah masuk ke kamar Paman Joshua, pintu gudang senjata
tertutup, tapi tanda pelangi di atas kunci kode kurang satu warna.
Pada waktu itu, saat Paman Joshua merancang gudang senjata ini, dia pernah berkata bahwa seumur hidup tidak
akan membuka pintu ini lagi, agar dia, serta Bibi Lauren bisa menjalani kehidupan ini dengan damai.
Kalau memang harus dibuka, dia berharap itu memang ada bencana besar.
Oleh karena itu, dia memasang tanda pelangi pada kunci pintu gudang senjata. Pintu ini hanya bisa dibuka
sebanyak tujuh kali. Setiap kali dibuka, salah satu warna pada tanda pelangi akan hilang.....
Ketika mereka baru saja tinggal di sini, para gangster setempat sering datang dan mengganggu,
bahkan melukai pengurus dan anak-anak panti asuhan.
Bibi Lauren dan Paman Joshua marah, mereka pernah membuka pintu sebanyak tiga kali dan mengeluarkan
senjata untuk melawan gangster itu.
Kemudian, gangster balas dendam, mereka juga membuka pintu sekali lagi, mengambil beberapa senjata untuk
membela diri, melawan gangster dan kawan-kawannya.
Jadi, seharusnya pintu ini masih tersisa tiga warna, tapi sekarang hanya tersisa dua, artinya tadi malam atau
pagi ini, mereka membukanya lagi....
Melihat tanda pelangi yang menghilang, mengingat kata-kata Bibi Lauren kemarin, Dewi baru sadar sekarang,
Bibi Lauren yang selalu tegas dan jelas, kemarin berulang kali mengajarkan padanya tentang berpikir secara
logika, bahkan tidur bersamanya semalam, jelas-jelas ingin memberikan pesan terakhir sebelum pergi...
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Dia sama sekali tidak menyadarinya....
Dewi merasa sangat bersalah dan buru-buru menelepon Bibi Lauren, tapi ponselnya mati. Dia coba menelepon
Paman Joshua, tapi ponselnya juga mati.
Dia panik, lalu mengambil kunci mobil dan bersiap-siap untuk mengejar mereka. Namun, Brandon tiba-tiba
berteriak, “Tunggu sebentar!”
“Ada apa lagi?” tanya Dewi dengan sedikit kesal.
“Ada surat di sini.”
Brandon menarik amplop dari bawah vas bunga, tertulis “Untuk Dewi!”
Dewi menerima surat, membukanya, dan langsung mengenali tulisan lembut Bibi Lauren, seperti pesannya
semalam....
‘Dewi, ketika kamu membaca surat ini, aku dan Paman Joshua sudah pergi.
Identitas kami terbongkar dan sekarang banyak musuh yang mengejar kami. Sebelum pertempuran ini
melibatkan kalian, kami harus pergi.‘